Di sore hari jam tiga. Gue keluar dari kamar mandi dalam keadaan rambut masih basah dan handuk yang dikalungkan di leher. Gue baru mandi setelah beres ngerjain revisian sidang dari tadi pagi. Bersyukur banget revisi gue cuma sedikit doang dan sidang waktu itu juga berjalan lancar. Gak nyampe satu jam gue di uji sama dosen pembimbing.
Tepat di jam tiga ini gue dikejutkan sama bel apartemen gue yang bunyi berkali-kali. Baru niat bukain pintu, sosok yang berisik itu udah nyelonong masuk.
"Lain kali sopan sedikit. Lo kira ini apartemen bapak lo apa?" ucap gue ketus, namun tentu saja diabaikan oleh cewek berambut lurus itu.
Dia cuma diem aja dan langsung lempar tas nya ke sofa tunggal, beralih buat rebahin diri di sofa panjang.
perlahan matanya terpejam. Gak biasanya nih bocah begini. Apalagi ke apart tanpa langsung bongkar isi kulkas. Atau nyariin Daegal, anjing peliharaan gue.
"Lo napa dah?" Gue jalan mendekat kearahnya lalu duduk di sofa.
"Gapapa. Ngantuk aja," ucapnya singkat.
"Bohong banget."
Sangat tidak masuk akal kalau seorang Karenina Gayatri datang ke apartemen gue cuma mau numpang tidur. Pasti dia lagi bête. Bukannya gue sok tahu, tapi emang kenyataannya begitu. Gue udah hapal gelagatnya karena dia bukan sekali dua kali kesini. Udah sering.
"Yaudah kalau gamau cerita," Gue memutuskan untuk tidak memaksanya langsung cerita. Gue nggak bisa menebak apa yang jadi masalahnya. Masalah lama atau masalah baru. Tapi, sejauh ini sih yang gue tahu masalahnya seringan tugas akhir.
Sama yang baru-baru ini tentang cowok sih. Reihandar namanya.
Usai ngomong begitu, dia buka matanya dan mengubah posisinya jadi duduk. "Gue sebenarnya lagi kenapa-kenapa. Tapi, entar aja ceritanya."
Kan, bener kata gue.
"Terus lo mau ngapain kesini?"
"Emang gak boleh?" Dia balik nanya dengan wajah super nyolot. "Gue mau numpang makan."
"Tai."
Dia cuma ketawa mendengar umpatan gue. Berikutnya, dia beranjak dari duduknya dan jalan menuju kulkas gue yang letaknya di dekat kitchen set. Dia ngambil mangkok es krim varian rasa strawberry yang udah habis setengahnya. Itu es krim memang punya dia dan emang sengaja dititip disini soalnya di kosan tempat dia tinggal gak ada kulkas.
"Lo dari tadi disini terus?" tanyanya begitu balik lagi duduk di sofa tempat dia rebahan.
Gue mengangguk, "Habis ngerjain revisian. Emang kenapa?"
"Gue kira lo gak disini. Gue chat lo gak bales-bales."
"Sorry, gue matiin hapenya,"
Karena diingetin hape, gue jadi tergerak mengambil benda persegi itu di atas meja. Dan benar aja begitu gue nyalain dan hidupin data selulernya udah banyak notifikasi dari dia.
Ada satu notifikasi yang gue anggurin sih. Chat dari seseorang.
"Gimana? Kapan jadi sidang?"
"Persetan sama siding. Hari ini gue nggak jadi bimbingan," Dia mengangkat bahunya. "Jadinya lusa. Bête banget gue."
"Jadi itu alasannya lo kesini?"
"Menurut lo apa lagi coba?"
Lo nggak tahu aja kalau gue malah mikir lo lagi galauin si Reihan. Ya, walaupun udah ditolak kan nggak menutup kemungkinan kalau Nina jadi nggak suka lagi sama tuh cowok.
Sejak saat dia cerita kalau cowok itu nembak Nina, gue langsung paksa dia untuk cerita disaat itu juga. Nina juga langsung mau. Ceritanya mengalir begitu saja dan dia juga menceritakannya seolah tanpa beban gituh.
Gue bisa rasain dibalik suaranya itu ada terbesit kelegaan. Mungkin lega setelah lama bertanya-tanya maksud cowok itu mendekatinya, atau lega telah menolak cowok itu. Entahlah. Gue cuma menebak-nebak doang.
"Jadi lo sama dia gimana?"
Gue memberanikan diri untuk menanyakan Reihan. Sengaja, gue juga mau memastikan apakah cowok itu beneran sama omongannya atau sekedar omong kosong biar kelihatan berjuang buat Nina.
"Nggak gimana-gimana," katanya cuek. "Masih seperti biasa. Chat biasa, gue masih dengerin siaran radionya, dia sibuk nyari kerja, gue sibuk skripsian. Udah."
"Ohh," Gue mengangguk. "Lo atau dia nggak menuntut kepastian lagi apa? Jadi hts-an dah lo berdua."
Dia diam bentar sambil ngemut es krim dimulutnya. "Untuk saat ini enggak deh. Gatau ya kalau dia pada akhirnya nyerah. Mungkin gue bakal relain dia gituh aja."
"Widih, kayaknya lain di mulut lain di hati nih," kata gue sarkas. "Awas aja entar lo mewek-mewek kalau udah jauhan sama cowok kesayangan lo itu."
"Gue emang bakalan mewek kali, Ci. Masa gue nggak nangis sih," kata dia sambil merotasikan kedua bola matanya.
"Terus ngapain lo ikhlas gituh aja semisal dia nggak mau sama lo lagi?"
Gue dengan berani terus bertanya. Tanpa sadar, gue bisa aja melukai perasaan gue sendiri.
Benar-benar Fabrizio bodoh.
Nina meletakkan es krimnya. Duduk bersila dengan tangan di depan dada, sepenuhnya menatap gue. Tatapan mata yang beberapa tahun ini berhasil bikin gue suka deg-degan nggak jelas.
"Gue nggak bisa apa-apa Ci selain mewek dan ikhlas. Gue nggak punya kuasa buat merubah perasaan orang. Kalau dia nggak mau sama gue lagi, yaudah. Gue juga belum sepenuhnya percaya ke dia apa dia nempelin Ayla sekarang ini murni temenan atau masih suka. Gue nggak mau jadi korban kesekiannya Reihan atau bikin perasaan Reihan tersiksa,"
Gue hanya bisa mengerjapkan mata. Nina kalau bicara serius begini emang suka bener. Selain kita lebih sering bahas masalah kuliah, baru-baru ini lagi kita bahas masalah percintaan.
"Salah gue juga kan udah nolak dia. Gue belum siap bilang ke dia kalau gue nggak nyaman sama pertemanannya sama Ayla. Terlebih Ayla itu juga temen baik gue, Ci. Gue nggak mau ngerusak semuanya."
Kalimat dia hari ini berhasil membungkam gue. Bahkan sampai dia pamit karena udah jam enam sore pun, kalimat yang dia ucapin hari ini masih terngiang di kepala gue.
Gue nggak bisa apa-apa selain mewek dan ikhlas.
Gue nggak punya kuasa buat merubah perasaan orang
Kalau dia nggak mau sama gue, yaudah
Mungkin ini yang akan terjadi sama gue Nin kalau perasaan lo emang bukan buat gue. Tapi, gue pengen banget mencoba sekali aja supaya gue nggak ngerasain apa yang lo ucapin tadi.
Gue berharapnya sih bisa dan semoga aja berhasil.
***
Mohon dukungannya untuk work ku yang baru yorobunss wkwkwk pokoknya semoga lancar jaya lah dunia perbucinan mbak yuri ini hahahahaha.
Btw, aku emang updatenya bakalan ngaret kayak biasanya karena emang rl aku tuh ribet bangetlah pokoknya.
Jangan lupa vote dan komen banyak-banyak ya. Sampai ketemu di chapter selanjutnya hehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 Friend To Lover (√)
Fanfictiondefenisi suka tapi gak bisa bersatu adalah fabrizio dan karenina.