- Ketiga

111 53 18
                                    

Gue masih ingat pertama kali ketemu Nina itu dimana dan situasinya sedang apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue masih ingat pertama kali ketemu Nina itu dimana dan situasinya sedang apa.

Pertemuan itu tidak disengaja. Waktu itu dia salah fakultas dan nyasar di Fakultas gue saat ospek pertama kampus dimulai. Dia mengenakan kemeja putih dan rok span berwarna hitam, persis sama dengan pakaian yang gue pakai, lengkap dengan atribut topi yang terbuat dari bola plastik yang dibelah jadi dua dan tas kantong plastik dengan tali plastik berwarna kuning sebagai tali tas nya.

Dengan wajah lugunya dia menghampiri gue yang pagi itu menunggu teman satu jurusan gue, Rayen.

"Jadi, ini bukan FIP ya?" tanyanya usai gue bilang dia salah Fakultas dan mengarahkan arah fakultas yang dia tuju.

"Bukan," kata gue. "Eh, tapi bukannya ospek pertama itu masih pembukaan di aula kampus ya?"

"Masa sih?"

"Iya," Dalam hati lalu gue menggerutu, 'Ini orang nggak dijelasin apa sama katingnya tata acara ospek itu gimana.'

"Besok baru mulai ospek di Fakultas, sekalian juga sama jurusan," kata gue lagi menjelaskan. "Mending lo duduk dulu deh biar kita barengan ke aulanya. Sekalian nunggu temen gue, bentar lagi dia nyampe kok."

Dari situlah kita ngobrol-ngobrol. Sehari itu doang sih. Habis ospek sampai tiga bulan kemudian gue baru ketemu dia di sekret UKM Seni. Itu pun nggak sengaja.

Waktu itu gue cuma mau jemput motor Rayen yang dipinjem sama sepupunya. Pas banget itu sore-sore dan mereka baru bubar, mungkin baru selesai latihan. Gue melihat dia pas jalan ke parkiran, begitu juga dia melihat gue.

"Lo...Fabrizio kan?" tanyanya dengan kedua mata melebar.

"Iya. Haiii..." ucap gue canggung.

"Hai...Lo ngapain kemari?"

Dan begitulah jadinya, kita pun temenan sampai sekarang. Meski ada masanya ketika gue pacaran, gue lupa sama keberadaannya. Kecuali kalau gue lagi bermasalah sama cewek gue, dia nggak segan buat nanya. Awalnya sih nggak niat nanya-nanya. Itu juga dia nanyanya pas gue pernah update instastory galau. Dia pun nge-dm gue dan berakhir jadi gibahin cewek gue waktu itu.

Begitu juga sebaliknya. Dulu, jaman-jaman Nina pacaran sama seseorang juga begitu. Dia sempat lupa sama eksistensi gue sebagai temennya. Dikit-dikit sama cowoknya, apa-apa sama cowoknya. Bahagia banget kayak pasutri pendatang baru. Giliran ada masalah, baru dah gue diinget.

Harusnya tuh pas masalah yang diinget itu Tuhan, bukannya gue.

"Harus banget apa ketemuannya disini?"

Lamunan gue buyar ketika seseorang bersuara serak-serak becek membuka pintu apartemen gue dengan sengaja. Tanpa ijin terlebih dulu sama gue sebagai pemiliknya.

"Harus banget apa datang nggak bilang-bilang dulu kalau udah jalan menuju kesini?" Gue balik bertanya karena emang harus gue tanyain kenapa dia harus masuk seenaknya disaat gue ngelamunin Nina.

#2 Friend To Lover (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang