Bagian Yang Lain

302 56 7
                                    

(KyungSoo Pov)

''aku tidak tertarik untuk menjadi bahan agar klub kalian menjadi populer !!'' Kalimat itu terus saja terngiang di telingaku, hingga fokusku untuk mengerjakan PR matematika menjadi hilang. Namun di sela-sela aku sedang mengumpulkan fokus kembali, ponselku pun berbunyi dan tertera disitu 'Mercon' alias nama si manusia paling berisik Baekhyun.

Aku.           " Hummm ada apa?"
Baekhyun " Aku sangat merindukanmu"
Aku.           " Cepat katakan mau apa kau sebenarnya Baek"
Baekhyun " Hihihi, kau memang paling mengerti aku, boleh aku melihat jawaban PR Matematikamu Soo-yah?"
Aku.          "Huh~~~ yang nomor berapa?
Baekhyun " Nomor tiga dan empat, ehh sampai nomor dua belas deh ya"
Aku.           " Anjiir itu lebih dari separuh Baek"
Baekhyun " Kan kau yang bertanya"
Aku.           " Yaudah, Eitss tunggu dulu, nomor empat belas dan lima belas kau sudah emang?
Baekhyun " Sudah, malah tiga soal terakhir itu kan paling gampang, aku yang otaknya minimalis aja ngerti"
Aku.          " Sudah diam, fotokan trus kirim ke aku, aku lagi mumet nih"
Baekhyun " Ommoo, Seorang Do Kyungsoo tidak bisa menjawab soal semudah itu"
Aku.          " Yaaaaak, kirim tidaak?, atau jangan harap aku akan memberi tau-mu jawaban yang soal yang kau minta"
Baekhyun " Iya, iya, galak amat kek janda gagal dapatin cinta sopir truck, oh iya bagaimana hasilnya, apa Park Chanyeol setuju untuk diwawancarai?"
Kyungsoo " Jangan sebut nama itu"
Baekhyun " kenapa gak boleh disebut, Emang dia Voldemort"
Kyungsoo " Sudah kirim aja, setelah kau mengirim jawaban soal itu, baru aku mengirim jawaban soal yang kau minta"

********
(Chanyeol Pov)

Pagi ini cukup menjengkelkan, karena sepeda motorku harus diperbaiki di bengkel dari kemaren sore sehingga aku ke sekolah harus naik bus. Sesampai di halte aku harus berjalan lagi dari halte ke sekolah, namun bukan hanya itu seorang namja tepatnya siswa lebih pendek dariku berlari menabrakku dari belakang dan hanya mengangukan kepala lalu berlari kembali. Aku ingat namja itu adalah siswa kemaren yang memintaku untuk wawancara di klubnya di hari jadi sekolah. "Sialan, apa dia sengaja karena aku menolak permintaan wawancaranya" umpatku.

Saat istirahatpun aku tak kalah kesal, bagaimana tidak, kunci ruangan musik yang dititipkan denganku ketinggalan di rumah karena aku harus buru-buru ke sekolah. Padahal ruangan musik adalah satu-satunya tempat yang buatku nyaman di sekolah ini dari riuh para siswi-siswi yang selalu berusaha menempel dan mencari perhatianku. Dan kekesalanku kupikir harus kuluapkan agar aku tidak pusing, dan saat berada di taman belakang sekolah kuliat namja kecil anggota klub penyiaran yang tadi menabrakku sedang membaca buku dengan serius. Mungkin saja aku harus meminta ungkapan maafnya atau aku hanya butuh seseorang untuk dijadikan sarana luapan kekesalanku.

"Hey, kau" panggilku
"aku?" tanyanya bingung, namun tak bergerak dari tempatnya, hingga aku yang menghampirinya
"ada apa?" tanya nya lagi
"apa kau tidak merasa berhutang sesuatu padaku?" tanyaku sinis
"haah, apa?" tanyanya lagi sambil bangkit
"bukannya kau harus meminta maaf padaku karena menabrakku pagi tadi" jelasku
"ahh, yang tadi pagi.. Bukannya aku sudah meminta maaf" kilahnya
"heii, kapan?" tanyaku kesal
"aku menundukkan kepalaku tadi" jelasnya
"dan apa hanya karena itu kau harus bersikap kasar begini?" tanyanya heran
"dengan menundukkan kepala saja, kau tidak punya etika" bentakku pelan, dan kuliat dia membuang nafas panjang
"aku tidak tau apa masalahmu, dan baiklah TuaanMudaaaa aku minta maaf" kalimat itu seperti ejekan buatku
"Yaaak" bentakku tak bisa terbendung
"Kupikir kaulah yang merasa ada masalah denganku"
"Apa karena aku menolak untuk diwawancarai oleh klubmu? Haaah" sindirku sinis
"Huuuh, maaf, kau pikir kau seistimewa itu?"jawabnya tegas
"kami sudah tidak butuh orang yang tidak pantas sepertimu" jawabnya lagi sinis
"Dengan pengikut sosmed dan subsciber yang banyak itu tidak menjadikanmu sebaik dan seberbakat itu Tuan muda" ejeknya

Akupun terdiam, jujur hatiku panas karena belum pernah ada yang mengucapkan itu padaku, Entah aku yang begitu suka dipuji dan jujur saja sedikit angkuh. Rasanya harga diriku runtuh. Dan kuliat namja pendek itu membuka ponselnya.

"Kau sangat tampan Yeol, Kau terlihat mengagumkan Chanyeol, Aku yakin dewa membutuhkan waktu lama untuk membuatmu, bla bla bla" dia membacakan komentar-komentar di youtubeku, dan memampangkannya tepat di wajahku
"Apa kau lihat ada yang memujimu permainan musikmu Park Chanyeol?" lanjutnya

Kalimat-kalimatnya seperti membuatku terjatuh dari gedung pencakar langit. Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa, jujur aku marah namun apa yang dia katakan mungkin benar.

"maaf Chanyeol, aku tidak bermaksud merendahkanmu, harus kuakui kau hebat bisa memainkan banyak alat musik, tapi apa ada satu saja dari alat musik itu yang benar-benar begitu kau kuasai, sehingga menjadikanmu layak?" ucapnya, lalu dia terlihat sibuk membuka ponselnya lagi

"kau lihat ini, dia begitu mahir, dia begitu tulus dengan pianonya, tapi kau liat subscribernya sedikit, hanya karena dia tidak tampan dan terlebih dia cacat" ucapnya memperlihatkan video seoarang pianis tuna-netra

"Tapi kau liat diantara sedikit subscribernya, mereka bilang permainan dari surga, musikmu dapat menyembuhkan kesedihanku, aku sulit tertidur tapi permainanmu mampu membawaku ke alam mimpi" lanjutnya lagi

"Jadi seperti itulah landasan seorang musisi" katanya pelan
"Lalu apa aku salah kalau aku tampan?" aku tetap berusaha tak mau mengalah
"Kau tidak salah jika tampan" balasnya
"Tapi apa kau yakin jika kau buat video tanpa memperlihatkan wajah tampanmu itu, kau bisa mendapatkan subscriber dan fans sebanyak itu?" tanya nya lantang

Aku langsung terdiam tak bisa meyakinkan diriku akan pertanyaannya. Lalu bell berakhirnya waktu istirahat berbunyi.

"Maaf kalau perkataanku menyakitimu, tapi kalau bukan karena desakan direksi sekolah, klub kami tak pernah berpikir untuk mewawancaraimu Chanyeol" ucapnya sambil berlalu meninggalkanku.

Jujur saja baru ini aku merasa kebangganku hancur, apalagi oleh seseorang yang tak terlihat dapat membuat orang lain malu seperti itu. Ucapan pedas namun logis itu menggugurkan rasa percaya-diriku selama ini. Tapi satu yang membuatku heran, entah kenapa aku menjadi begitu penasaran olehnya, dan saat melihat punggungnya dari kejauhan meninggalkanku, aku menjadi bertekat untuk mencari tahu tentangnya. Dan kurasa Baekhyun dapat memberiku informasi tentang namja pendek yang sebenarnya manis dan imut itu buatku.

123 LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang