Gadis

29 3 4
                                    

Chapter 5 || 2182 kata

~°•○●○•°~

"Bukannya Ayah harusnya nggak ada ya? Dia kan lagi ada urusan kerja di luar kota. Lantas, siapa Ayah yang kutemui pagi ini? Atau mungkin dia sebenarnya sudah pulang ya?" Aku mulai mencari berbagai dugaan dan hipotesis.

"Sebaiknya aku cek ke kamar Ayah sekali lagi untuk memastikan," Aku pun pergi ke kamarnya yang berada di lantai satu.

"Mari kita lihat," Sesampainya disana, aku mulai memeriksa barang Ayah satu persatu.

"Terakhir kali kulihat, saat itu dia membawa koper besar berwarna biru tua dan memakai setelan jas hitam. Tapi disini koper besar itu tak ada, benda-benda elektronik Ayah juga tidak ada, berarti memang benar donk."

Tiga hari yang lalu, dia bilang kepadaku jika dia akan pergi ke luar kota selama lima hari, itu berarti dia baru akan pulang besok lusa.

"Jangan-jangan,.... hantu?" Bulu kudukku pun mulai berdiri.

Pagi-pagi dah dijailin hantu? Lengkap banget kesialanku hari ini.

"Lebih baik aku cepat-cepat pergi dari sini!" Tancap gas, aku berlari sekencang mungkin untuk keluar rumah, jujur saja aku itu takut pada hantu.

Tetapi lagi-lagi aku dikejutkan oleh sesuatu di ruang tamu, "piringnya.. kembali utuh?" Ucapku mengusap-usap mata tak percaya.

Piring yang pecahannya tadi memenuhi lantai ruangan, saat ini sudah kembali utuh dan tergeletak di meja, seakan-akan tak pernah terjadi apapun padanya.

Aku hanya bisa menatap keheranan, saat ini ada banyak sekali hal-hal yang memenuhi kepalaku, membuatku semakin tak bisa berfikir jernih.

"Tapi ini memang utuh, tak ada bekas retakan sedikitpun," Ucapku memeriksa piring itu dengan seksama.

"Lantas, apakah itu bukan hantu? Melainkan semuanya hanya halusinasiku? Mulai dari Ayah sampai piring ini? Tapi kalau memang hanya halusinasi, kenapa ada piring dan gelas di meja tamu? Kemarin-kemarin kan nggak ada."

.....

"Kuanggap saja semua ini adalah ulah hantu!" Ujarku lanjut berlari keluar rumah.

"Sialll, aku sampai lupa waktu! Sudah jam berapa sekarang!" Ucapku sembari melirik jam tanganku, "Jam 6.50?" Lagi-lagi aku terhenti, terkejut setelah mengetahui ada yang salah dengan waktunya.

"Lho? Lho? Ini jamku nggak rusak kan? Masa baru jam 6.50? Harusnya ini udah hampir setengah delapan lho."

Untungnya, saat ini aku sedang melewati taman kota dimana disitu dibangun monumen jam yang lumayan besar.

"Tapi jam taman itu juga menunjukkan waktu yang sama dengan jam tanganku, tapi tadi pagi smartphone serta jam dindingku menunjukkan pukul tujuh! Aku harus memastikannya lagi." Aku pun langsung mengambil smartphone di tasku.

"Eh? Jam 6.51?" Terkejutnya aku setelah mengetahui jika waktu yang ditunjukkan juga tak jauh beda.

Lah, kenapa ini? Aku yakin saat aku masih dirumah, semua jam menunjukkan pukul tujuh lebih.

Janggal, terlalu banyak fenomena janggal yang kuhadapi di pagi ini.

"Permisi," ditengah kebingunganku, tiba-tiba saja aku mendengar suara perempuan yang lembut seakan memanggilku.

Kulihat ke arah suara tersebut, dan benar saja ada seorang gadis cantik tengah berdiri tepat di depanku.

"Anuu, permisiii," ucap gadis itu sekali lagi.

EXOUSIA : FebraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang