Dia

50 3 0
                                    

Chapter 01 || 1782 kata

~°•○●○•°~

"Gawat! Ini gawat!!" Teriak Fredric berlari menyusuri lorong rumah sakit.

"Oh, ternyata itu kau Fredric, ada apa ribut-ribut?" Balas Nio yang kebetulan sedang berada di lorong.

"Nio... ga.. gawat.." ucapnya sembari memegang kedua bahu Nio.

"Tenang Fred tenang, jangan tergesa-gesa seperti itu. Tenangkan dirimu dulu baru bicara," ucap Nio.

"Nio! Gawat! Garis pertahanan kota berhasil ditembus! Saat ini pasukan dari negara musuh sedang menuju kemari!" Balasnya dengan nafas terengah-engah.

"Apa?!!" Ucapan Fredric sontak membuat semua yang mendengarnya terkejut.

Situasi rumah sakit yang mulanya tenang, langsung hancur oleh perkataan yang Fredric ucapkan.

"Semuanya! Cepat keluarkan semua pasien dari rumah sakit! Kita harus pergi dari sini secepat mungkin!" Teriak salah satu dokter kepada semua orang disitu.

"Baiklah, aku akan mengumumkannya melalui ruang informasi!" Ucap seorang perawat yang langsung bergegas lari menuju ruang informasi, disusul oleh para perawat dan dokter yang lain sehingga hanya menyisakan dua insan yang saling bertatapan di lorong.

"Apakah sudah tidak ada pasukan keamanan yang tersisa di kota ini?" Tanya Nio dengan nada yang menaik, ketegangan dan ketakutan terukir jelas di wajahnya.

"Seperti yang kubilang, garis pertahanan kota telah hancur, begitu juga dengan para penjaga disana!" Balas Fredric tak kalah tegang dengan kaki yang gemetar.

"Oh tidak, jika memang begitu, kita harus segera pergi dari si-" belum selesai bicara, ucapan Nio terpotong oleh suara dentuman dari arah depan rumah sakit.

Suara dentuman yang memekikkan itu terasa sangat dekat, getarannya sampai bisa membuat tubuh kehilangan keseimbangan, juga kebulan asap hitam yang menyusul membuat mereka berdua semakin merasakan kengerian dari situasi ini.

"Ahhh!!! Mereka sudah datang! Terlambat sudah! Pergi dan selamatkan dirimuu!!!" Fredric yang sudah tak kuasa menahan rasa takutnya pun hanya memikirkan keselamatannya sendiri, dia mendorong Nio lalu berlari menjauh menyusuri lorong secepat kilat, sepertinya rasa takutnya itu malah menjadi dorongan tenaga baginya.

Terus berlari, meninggalkan Nio sendirian.

"Dia itu kalau udah kena situasi begini ya gak bakalan peduli sama yang lain." Ucap Nio sembari menghela nafas mencoba memaklumi kelakuan sahabatnya itu, walaupun dia sangat ingin menghajarnya nanti.

Dihadapkan dengan situasi seperti ini, Nio juga ingin segera kabur dari Rumah sakit.

Tetapi hati kecilnya tak tega meninggalkan semua orang yang masih ada disini.

Mencoba memikirkan rencana untuk setidaknya menghalangi ancaman yang datang walaupun hanya sebentar.

Dengan otaknya yang seencer madu, rencana pun akhirnya terlintas di benaknya.

"Baiklah, kurasa ini akan berhasil," ucap Nio sembari berlari keluar.

Dari arah utara, tepatnya dari arah depan rumah sakit terlihat seorang tentara dengan seragam lengkap tengah berjalan menuju rumah sakit.

Bukan bergerombol dengan pasukan yang lain tetapi dia hanya sendirian.

"Apa? Hanya satu orang? Baguslah jika seperti itu," ucap Nio tak menyangka.

Keberadaan Nio didepan rumah sakit membuat langkah tentara itu terhenti.

"Minggirlah anak muda, kau menghalangi jalanku," ucap tentara itu dengan nada yang tenang dan angkuh.

EXOUSIA : FebraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang