O7 , half blood

93 14 2
                                    

O7, centaurus di pavilium.

Malam telah tiba, bulan bersinar terang dia gelapnya langit malam. Soobin berada di pondoknya, dan sedang bersiap-siap untuk pergi makan malam bersama pekemah lainnya. Ya, Haechan memberi tahunya untuk tidak melewatkan makan malam pertamanya di perkemahan.

Soobin telah bersiap-siap, ia sedang menunggu datangnya Felix yang berkata akan menjemputnya. Pondok yang di tinggali Soobin terasa begitu sepi, ada enam buah tempat tidur bertingkat di dalamnya namun hanya ada Soobin disana.

Soobin sedang duduk di atas tempat tidurnya, ia melihat ke sekeliling pondok tersebut. Namun matanya tertuju pada nakas di samping tempat tidurmya, terdapat sebuah pena berwarna abu-abu di atasnya. Walaupun secara samar, ia ingat bahwa pena tersebut adalah yang membantunya membunuh monster banteng yang menawaskan Ibunya.

Ia berdiri dan berjalan mendekat ke arah nakas tersebut, kemudian diambilnya pena yang ada diatasnya. Soobin masih ingat bagaimana pena tersebut berubah menjadi sebuah pedang dan membantunya untuk melawan monster banteng beberapa hari yang lalu.

Soobin mencoba membuka tutup pena tersebut, namun belum sampai tutup pena tersebut terbuka sempurna, seseorang datang dan menepuk pundaknya.

"Ngapain lu Bin?" Felix bertanya sambil menepuk pundak Soobin, dan merangkulnya.

Buru-buru Soobin mengurungkan niatnya, dan menaruh kembali pena tersbut ke atas nakas. "Nggak ada apa-apa kok, gue cuman lagi beresin meja gue doang."

Felix hanya ber-Oh ria, "Ya udah yuk makan malem, yang lain udah pada disana."

Soobin mengangguk, " Lo duluan aja ke depan gue masih mau beresin ini bentar."

Felix menepuk pundak soobin pelan, dan melangkahkan kakinya menuju luar pondok, sedangkan Soobin mengambil kembali pena tadi dari tempatnya dan memasukannya ke dalam kantong bajunya. Entah kenapa ia merasa pena tersebut mungkin saja diperlukan nantinya.

Soobin melangkahkan kakinya ke depan pondok, dimana felix masih menunggunya. "Yuk," ajak Soobin pada felix yang sedang berdiri memandang lurus ke arah atas bukit, di atas sana terdapat sebuah pohon pinus di puncaknya. Felix pun terbangun dari lamunanannya dan segera menoleh ke arah soobin.

"udah selesai? ayo berangkat nanti kalo telat ga dapet bagian makan kita" akhirnya kedua pemuda tersebut berjalan beriringan menuju sebuah pavilium dengan atap terbuka bergaya yunani kuno yang cukup luas, di dalamnya berjejer kursi – kursi dengan meja panjang yang sudah penuh ditempati oleh para pekemah yang lainnya. Tempat makan kali ini memang berada di outdoor, tetapi tidak ada atap atau apapun itu yang menutupi bagian atasnya ntah bagaimana nanti saat ditengah mereka makan tiba - tiba hujan turun.

"Ini tempat makannya? kalo hujan gimana, misal lagi makan mie goreng nanti jadi mie kuah dong" lagi – lagi Soobin dengan rasa ingin tahunya bertanya pada Felix di saat mereka telah sampai.

"Ya ampun Bin, masa gitu doang lu pikirin. Tenang aja, di perkemahan kita punya sihir pelindung yang bisa bikin hujan ga bakalan turun di daerah ini jadi santai aja kalau lagi makan, cuacanya ga bakal berubah." Jelas Felix pada Soobin.

Soobin melangkah masuk ke dalam pavilium tersebut mengikuti Felix yang berjalan di depannya menuju salah satu meja yang sudah terisi beberapa pekemah lainnya, tampaknya mereka semua adalah teman satu pondok Felix karena hampir semua anak disana memiliki ciri-ciri mirip sepertinya dengan rambut pirang dan bola mata abu-abu.

"Eh Bin, lo ngapain ngikutin gue?" Felix menoleh ke belakang saat menyadari Soobin masih mengikutinya. "Em anu gue mau duduk bareng lo aja deh, lagian kan gue udah kenal sama lo kalau duduk sama yang lain gue belum kenal." Ucap Soobin sambil memainkan jarinya. Jujur saja Soobin orangnya emang agak pemalu kalau ketemu orang baru apalagi kalau di suruh makan sama duduk bareng orang yang ga dia kenal, bisa-bisa dia jadi orang bisu dia gara-gara ngga berani ngomong sama sekali.

"Ga bisa Bin, disini peraturannya kalau makan harus sesuai sama kelompok pondoknya masing-masing. Anak Athena ya sama anak Athena lainnya, begitupun anak dewa yang lain. Jadi ya lo bisa duduk bareng kalau sama anak Poseidon lainnya." Lagi-lagi Felix menjelaskan.

"Yah Lix, berarti gue duduk sendirian dong. Ga enak banget makan sendiri, ngenes banget hidup gue." Kasian sekali memang nasib (setengah)manusia yang satu ini, sudah seperti jomblo yang kalau malmingan makan sendiri sambil ngeliatin orang pacaran.

Felix hanya menepuk pundak Soobin pelan sambil tersenyum ke arahnya, "Nanti abis makan gue temenin lagi deh, sambil ajak temen yang lain." Soobin hanya mengangguk, mau tidak mau ia pun mulai melangkah menuju sebuah meja kosong di salah satu suduh pavilium karena jam makan malam akan segera tiba.

*Soobin mau aku temenin aja ga sih, kasian banget mam sendiri :<*

Melihat sekeliling di pavilium tersebut, Soobin masih tak menyangka jika semua orang yang ada di sekitarnya adalah anak-anak hasil hubungan terlarang para dewa dengan manusia termasuk dirinya. Kadang ia masih tak percaya juga jika sebenarnya ayahnya adalah seorang Poseidon, dan kenapa selama ini Ibunya selalu merahasia kan tentang kebenaran itu, ingin sekali ia bertanya langsung pada wanita itu namun, kenyataan pahit beberapa hari yang lalu lagi-lagi datang menghantuinya.

Bisa dibilang Soobin merasa kehilangan, sangat malah. Ibunya, wanita dan orang satu-satunya yang sangat ia sayangi harus meninggal dibunuh oleh monster biadab di depan matanya sendiri. Marah, sedih, kecewa, semuanya Soobin rasakan.

Soobin marah, marah kepada monster yang membunuh ibunya dan marah kepada ayahnya. Lihatlah ibunya bahkan di saat terakhir Ibunya hidup ia masih berusaha melindungi anak satu-satunya itu, dan berakhir mengorbankan nyawanya. Sedangkan ayahnya? dia tak pernah melakukan apapun, kadang Soobin berfikir akankah ayahnya juga masih menganggapnya sebagai anak atau tidak, ia tidak tahu.

Lamunan Soobin seketika terbuyarkan saat mendengar suara hentakan di lantai kayu pavilium, ia menghadap ke depan dan hampir terjatuh pingsan. Sesuatu yang nampak sangat asing dimata soobin sedang berdiri di hadapan seluruh pekemah, seseorang dengan tinggi dua meter lebih yang tampak sangat gagah berdiri di depan sana.

Bukan, bukan karena tinggi laki-laki tersebut Soobin terkejut—tinggi Soobin aja hampir dua meter, jadi wajar aja dia ga kaget liat manusia jumbo lainnya— Sekilas, dilihat dari atas laki-laki itu tampak seperti manusia biasa namun sesuatu dibawahnya yang membuat Soobin jelas akan pingsan.

"C-centraurus..." Soobin tergagap.

Ya, laki-laki itu memiliki badan setengah manusia dan setengahnya lagi adalah kuda. Oh demi dewa-dewi, tolong kirim seseorang untuk menabok kepala Soobin untuk menyadarkan ia dari mimpi buruk ini segera.

°♆

centaurus, kentaur (dari : Κένταυρος, "Kéntauros") atau Hippokentaur adalah makhluk yang berwujud setengah manusia setengah kuda.



hai, jujurly aku hampir lupa alurnya apaa hehe. btw, salam hangat dari author yang ngilang 1 tahun :D, votement juseyoo!!!!!!!

Half BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang