‘Glek!’
Luisa menelan ludahnya susah payah. Sudah setengah jam mereka menatapnya dengan tatapan yang aneh menurutnya. Ia merasa sangat tak nyaman ditatap seperti ini. Belum lagi dengan penolakan tegas dari Duke Beauregard, ayahnya.
‘Aduh, harus bujuk gimana, ya, ini? Chia ayo berpikir!’ batinnya menjerit.
Luisa berdeham, memecah keheningan yang sejak tadi mencekiknya. Meskipun ia nolep dan tak suka dengan hal yang menyusahkan atau merepotkan menurutnya, tapi ia sama sekali tak menyukai yang namanya keheningan.
“Kumohon … hanya seminggu. Setelah itu aku janji akan diam di rumah dan belajar mengenai tata krama bangsawan dengan baik,” bujuk Luisa sambil menunjukkan puppy eyes-nya. Lihatlah wajahnya yang imut dan menggemaskan itu.
Yah, Luisa harap bujukan mautnya ini mempan. Meskipun jika ia pakai untuk membujuk ibunya di masa depan tak pernah mempan. Namun, gadis ini cantik dan imut bukan?
Berbeda dengan Chiara yang memiliki wajah memuakkan. Itu kata ibunya saat tahu putrinya sudah seminggu hari nonstop diam di depan layar laptop yang menampilkan film kesukaan sang putri.
Duke Beauregard memijit pelipisnya. “Kau baru sadar setelah dua bulan koma, Nak. Mana mungkin ayah mengizinkanmu berkemah di sana?”
“Baiklah.” Luisa menggantungkan kalimatnya. “Lima hari saja kalau begitu. Ya—”
“Sekali tidak, tetap tidak,” putus Duke yang membuat Luisa menatapnya dengan tatapan memelas.
“Ayah … ayolah. Kawasan itu, ‘kan, berada di wilayah kekuasaan Ayah. Kak Arthur juga yang akan menjagaku agar Ayah dan Ibu tidak khawatir. Bagaimana?” tawar Luisa yang tetap keras kepala.
Arthur langsung melemparkan tatapan protes, tapi tak berani menyuarakannya. Kondisi saat ini tengah serius, ia tak mau jika kekesalan atau amarah dari Ayahnya jadi berpindah kepadanya.
“Kenapa kau keras kepala? Apa alasanmu sebenarnya, Luisa?” Kali ini suara Duchess Beauregard yang menginterupsi.
Luisa menghela napasnya sejenak. Ia harus memutar otaknya lagi. Oh, sial! Kenapa ia tak pernah kepikiran untuk menyiapkan alasannya? Ah, ia terlalu menggebu-gebu ingin cepat bertemu dengan pria bersurai putih keperakan itu.
“Aku ingin merasakan hidup di alam bebas dan ingin belajar hidup mandiri. Sebelum aku bertambah usia dan semakin dewasa, aku tak akan mendapatkan dan pernah merasakan pengalaman ini lagi.” Luisa menjeda kalimatnya. Ia ingin melihat bagaimana raut wajah dari keluarganya saat ini.
Baik, sepertinya ia bisa melanjutkan ucapannya sebab raut wajah mereka seperti tengah menimang mengenai alasan konyol yang baru saja terpikirkan oleh Luisa itu.
“Jadi, aku mohon agar Ayah dan Ibu mengizinkan. Setelah ini, aku janji tak akan meminta hal aneh lainnya.”
‘Ya, jelas saja aneh! Anak Sembilan tahun, mana ada yang minta gituan? Gotcha! Kenapa dari dulu aku nggak punya bakat cari alasan yang baik?’
Duke dan Duchess Beauregard menghela napas beratnya. Sebenarnya alasan dari putrinya cukup masuk akal. Namun, mereka tetap merasa khawatir. Apalagi mendengar ucapan tabib sewaktu dulu mengenai tubuh putrinya yang memang lemah. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka melimpahkan kasih sayang yang lebih.
Duke Beauregard menghela napas beratnya. Rasanya berat untuk mengiyakan permintaan sang putri. Namun, ia pikir alasan dari putrinya itu masuk akal. Sebelum terjun terlalu dalam tentang dunia kebangsawanan, membuat putrinya merasa bebas dan berbaur sejenak rasanya tidak masalah bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lover Behind Time [On Going]
Fantasy[Follow sebelum membaca~] -Fantasi series : III- ***** Chiara Kei Mallory, gadis nolep, tak pandai bergaul, dan menjadi beban bagi ibunya itu tak pernah menyangka diberi kehidupan kedua. Awalnya ia merasa bahagia karena akhirnya bisa terbebas dari p...