Capter 1

774 53 36
                                    

Suara hentakan kaki Karen terdengar keras, langkah kakinya begitu cepat, terbilang buru-buru. Nafas tak beraturan Karen. "Ais, stt." Gumamnya melihat kedua pintu kelas yang sudah tertutup sedari tadi.

Karen mengambil ponselnya, tak lama kemudian pintu kelasnya terbuka. Yupz ada Selena sahabatnya. Karen masuk berlahan dengan berjongkok secara berhati-hati, dibantu Selena yang menutupinya.

"Siang Miss." Sapa Kenzo yang baru saja tiba di pintu utama. Ia berjalan santai menghampiri kursinya sambil menyapa Karen dengan menaiki satu alisnya, dengan senyum miring di wajahnya. Ia mengejek Karen yang sedang berjongkok menghampiri bangkunya.

Karen menatap tajam Kenzo. "Aiss." Umpatnya, berdiri langsung menghampiri kursi yang telah disediakan oleh Selena.

"Loh kenapa telat?" Bisik Selena, mendekati wajahnya.

"Tuh." Tunjuk Karen kearah Kenzo.

"Dia lagi. Loh cinta, dia cinta... disatukan jadi kita, kenapa gak pacaran aja sih." Cetus Selena lantang membuat Karen menutup mulut berbisa Selena.

"Loh kalau ngomong jangan suka gitu." Bisiknya geram.

Kenzo menoleh Karen sekilas dengan mengedipkan satu matanya. Karen mendongak mengalihkan pandangan. "Psycho." Ucap bibirnya tanpa suara.

***

Pukul 19.29 WIB
Karen baru saja tiba di depan rumahnya bersama sopir muda tampannya sih Nando. Biasa ia panggil Pak, atau menyebut namanya.

"Nih mobil, mobil siapa?" Ucap Karen sambil melihat mobil yang berada di depan mobilnya berhenti. Karen keluar dari mobil, berjalan masuk ke halaman rumahnya.

"Ini motor, motor siapa?" Ucap Karen bingung sambil melihat motor yang berada di dalam teras rumahnya. "Do, tahu gak?" Tanya Karen dengan menunjuk motor ninja rr berwarna coklat klasik. Nando menggeleng, tidak tahu.

"Masuk aja, entar juga tahu siapa... gue masuk duluan." Sahut Nando berjalan kearah pintu samping.

"Siapa ya? malam-malam gini? Tahu ah bodoh amat." Cibirnya, melangkah berjalan membuka pintu dengan berhati-hati.

"Karen pulang." Ucapnya samar.

"Karen?" Ucap seseorang wanita.

Karen mengangguk cepat. Ia terlihat kikuk dan bingung, siapa wanita ini yang bersama Ayahnya.

"Ya ampun, udah gede banget kamu nak." Sambung wanita itu, beranjak dari duduknya menghampiri Karen yang di angan pintu, menarik kedua tangan Karen untuk duduk di dekatnya. "Kamu inget Bunda gak?" Tanya wanita itu. Wajah Karen yang semakin dramatis. Wajah bertanya-tanyanya. Siapa orang ini? Nggak mungkin kan Mama baru? Apa iya?

"Bunda? Bunda siapa?" Batin Karen bingung.

Wanita itu tertawa melihat Karen yang kebingungan. "Tolong mas, jelasin siapa aku." Ucap wanita itu kepada Mario, Ayah Karen.

Mario tersenyum. "Jadi, Bunda ini-""

"Tunggu! Karen bukan anak wanita ini kan?" Celahnya membuat wanita itu kembali tertawa. Karen menoleh bingung.

"Ini Karen?" Tanya seseorang pria yang baru saja keluar dari dapur. Wanita yang menyebut dirinya bunda itu mengangguk sebagai jawaban. "Udah gede banget ya kamu ren." Sambung pria itu.

"Siapa lagi laki-laki ini? Jangan bilang wanita dan laki-laki ini orang tua Karen?" Batin dan pikirkan travelling Karen bersamaan.

"Dia temen Papa." Jelas Mario menyadarkan Karen dari lamunannya. Karen menghela nafas kasar.

ALKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang