BASKET

41 17 3
                                    

Happy reading!!!
...

Dengan kecepatan sedang motor itu membelah jalanan Ibukota. Killa sebenarnya masih belum bisa mengendalikan keadaan jantung nya yang sedang berdegup dengan kencang, bahkan sangat kencang. Kini ia memeluk tubuh Galaksi yang pelukable. Dada Galaksi itu bidang nyaman banget buat dijadikan sandaran, sebelas duabelas  sama sandaran sofa dirumah kalian.

Tubuh Galaksi juga tinggi sekitar seratus tujuh puluh tiga sentimeter. Kalian harus merahasiakan ini ya, Galaksi mempunyai abs, iya perut kotak kotak. Mirip banget sama roti sobek merek top bakery huft, pasti kalian juga akan menyukai Galaksi sama seperti killa. Tidak akan bisa, karna Galaksi punya Killa.

Motor sport berwarna navy itu melaju membawa sebuah kisah tersendiri, bukankah setiap kendaraan mempunyai kisah nya tersendiri?. Tak butuh waktu lama, motor navy itu sudah memasuki wilayah sekolah. Kuda besi itu cukup menyita perhatian, entah karna pengemudi atau karna motor yang dianggap keren bagi anak sekolah.

Dengan bantuan pundak Galaksi Killa turun dari motor diikuti dengan Galaksi yang sudah memastikan Killa aman karna motornya yang cukup tinggi. Galaksi membuka helm full face nya, lalu menata rambut melalui kaca spion motor. Pekikan histeris dari para siswi yang ada di parkiran sekolah pun tak terhindarkan.  Maklum, wajah Galaksi rupawan kalau tidak ya, responya tidak seheboh itu.

Killa tak menghiraukan teriakan histeris itu hari ini. Pasalnya, ia sibuk dengan pengait helm yang macet dan tak bisa dibuka. Galaksi yang melihat dengan sigap membantu Killa agar helm itu bisa terlepas dari kepalanya. Hal itu sudah biasa dilakukan seseorang bukan, tapi justru itu lah yang membuat jantung Killa berdegup lagi dengan kencang. Wajah Killa dan Galaksi kini hanya berjarak sekepalan tangan.

Lagi lagi Killa menahan nafas nya, ini baru pukul tujuh kurang dua puluh menit tapi, tak terhitung berapa kali Killa menahan nafas sekaligus menahan degupan jantung nya. Killa sering berpikir, apakah suara jantung nya juga terdengar oleh Galaksi? Karna terlalu kuat. Setelah pengait itu terlepas, masih dengan wajah yang berjarak sejengkal, Galaksi mengedipkan mata sebelah kanan nya lalu berdiri tegak.

Rasanya Killa ingin teriak sekuat kuatnya. Dengan sedikit terlambat Killa kembali mengatur ekspresinya, ia meletakkan helm sial itu di salah satu kaca spion lalu pergi begitu saja. Malu banget rasanya, walau sudah berpacaran selama delapan bulan dengan Galaksi tetap saja jiwa dan raga Killa masih belum siap jika Galaksi sudah bersikap manis. Killa berjalan cepat mendahului Galaksi yang tentu langsung disusul Galaksi yang sebelumnya terkekeh melihat sikap Killa.

"Gue rasa mereka cocok sih"

"Iyalah, kalau sama lo gak imbang mirip majikan sama pembantu"

"Killa menang cantik doang"

" Trus kenapa, lo iri? "

"Foto mereka pasti dipasang di yearbook nanti, couple of the year".

Bisikan itu terjadi setiap hari. Toh Killa juga tak bisa menyuruh mereka diam. Hal tersebut sudah menjadi hobi bagi beberapa orang.

Sepasang muda mudi itu berhenti di depan sebuah kelas, itu kelas Killa. Senyum masih terukir jelas. Tentu saja dengan binar binar mata yang terpancar pada bola mata mereka. Galaksi memang akan selalu mengantarkan Killa hingga kelas nya.

" Duluan ya" Pamit nya. Killa berjalan masuk kedalam kelasnya sedangkan Galaksi menunggu hingga Killa benar benar di dalam ruangan baru akan Galaksi melangkah ke kelas nya yang hanya beda dua kelas.

" Ada yang habis ngapel tuan putri nih" Baru saja masuk kedalam kelas nya, Galaksi sudah disapa monyet yang lepas dari kandang.

Ia Gio, teman Galaksi sejak masih SMP. Ciri khas nya mempunyai lesung pipi, kulitnya juga kecoklatan khas laki laki Indonesia, tubuhnya sangat tinggi melebihi Galaksi, lebih tepatnya seratus enam puluh sembilan. Alisnya tebal, jangan tanya tentang badanya, walau belum terbentuk sempurna tetap saja macho.

Galaksi memutar bola mata nya malas lalu duduk di bangkunya tanpa mengucapkan apapun. "Yaiyalah, emang lo ngebonceng angin" Cemooh Daffa, teman sebangku Galaksi sekaligus tetangga nya.

Kulitnya putih, tingginya persis dengan Galaksi, alisnya juga tebal, bibir tipis, dan bulu mata lentik. Siapa sangka, ia mempunyai poin plus dimata gadis gadis, Daffa adalah orang yang humoris. Sikap ini sebenarnya yang membuat banyak gadis ketar ketir saat menjadi pacaranya. Memang, mereka nyaman bersama Daffa tetapi bisa saja gadis lain menyukai Daffa karna sikap nya yang mudah berbaur. Mungkin ini alasan ia masih jomblo, ada yang berminat?.

" Jomblo gak usah teriak jomblo! " Cibir balik Gio.

" Setidaknya gue gak pernah ditolak cewek" Lontar Daffa lalu tertawa jahat.  Fyi Gio pernah ditolak oleh cinta pertama nya. Hal itu yang membuat Gio agak ragu untuk menyampaikan perasaan nya lagi kepada gadis yang disukainya.

"Pagi anak anak" Sapa bu Dinda yang memotong obrolan.

...

Setelah berbalik badan, Killa dikejutkan dengan teman teman sekelasnya yang sudah berkumpul di dekat mejanya " Udah siap PR fisika belum? " Tanya teman sebangkunya, Raina.

Killa balik menatap teman teman nya " Udah, emang kenapa? " Jawab Killa sambil duduk dibangkunya.

" Minta dong sekampung mau nyontek, pada belum siap" Pinta salah satu teman dekat Killa, panggil saja dia Ara.

Killa menghilangkan kepala nya heran namun, tetap saja Killa memberikan buku latihan nya pada teman temannya.
Bak semut yang diberi gula, ya seperti itu lah yang menggambarkan keadaan kelas sekarang. Berebut menyalin jawaban titisan Albert Einstein.

Killa memilih mendengarkan lagu melalui airpods yang tersambung dengan ponselnya. Ia juga menelungkupkab kepala nya diatas meja.

"Kalau ada ibu senggol gue" Ucap nya yang diangguki teman sekelas nya.

....

Galaksi memantul mantul kan bola berwarna orange itu di lapangan sekolah nya. Kemeja yang biasa melekat di badan nya kini sudah terlepas menyisakan kaus berwarna hitam polos. Tapi, masih menggunakan celana abu abu yang ia gunakan sejak pagi. Galaksi tak sendirian, bersama siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket di sekolahnya.

Jarum jam menunjukkan pukul tiga sore,  waktu dimana para siswa seharusnya sudah pulang kerumahnya masing masing. Tapi hal berbeda terjadi pada hari senin, hari dimana tim basket sekolah berlatih. Lapangan yang tadi penuh dengan suara bisik bisik keluhan kini penuh dengan suara sorak ramai. Ya, menyemangati kedua tim yang sedang bertanding.

Tak terkecuali Galaksi, malah ia yang mendapat sorakan paling keras. Mungkin karna parasnya yang indah, belum lagi kini ia sedang berkeringat, kalau para siswi menyebutnya sexy. Killla masih memperhatikannya dari jauh sambil memegang mug berisi coklat dingin.

"Cowo lo keren la" Puji Ara sambil mengacungkan jempol nya.

Killua hanya tersenyum lalu menegak coklat hangat nya " Lo diajarin main basket gak sama Galaksi? " Tanya Raina penasaran.

Killa terdiam sebentar " Maksudnya? " Tanya Killa balik.

"Ya... "

" Jangan bilang lo gak paham" Tebak Ara.

Raina mengebuskan nafas nya berat "fix sih ini" Ucap nya yeng membuat Ara menggelengkan kepala nya.

" Nilai kita gimana dong" Tandas Ara sambil tersenyum miris.

Raina menepuk pundak Ara pelan " Pasrah" Jawab Raina sambil membalas senyum yang terkesan dipaksakan.

" Kan masih bisa belajar " Pungkas Killa santai tapi, mata nya tak bisa lepas dari Galaksi.

Ara menoleh ke arah Killa " Belajar dari mana Killa, teori guling depan aja masih berantakan apalgi disuruh masukin bola kedalam ring tinggi gitu, mana harus pakai teknik lagi" Celotehnya kesal.

Raina tertawa " Kalau gitu gak usah praktek " Jawab nya sambil menaik turunkan alisnya.

Sontak Killa ikut tertawa karna balasan Raina " Gak dapat nilai dong " Bingung Ara.

...

SIMULAKRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang