I. Bertemu

351 34 4
                                    

"Perhaps you should make your own destiny even though that with wrong way." - Unknown.

-------

Jisoo menatap hutan belantara sekitar yang sudah tampak sangat gelap karena tak ada penerangan apapun sepanjang jalan mereka. Lagipula siapa yang mau memasang lampu jalan pada jalanan yang samping kanan-kiri hanya terdapat pepohonan.

Gadis itu tak dapat tertidur, jalanan yang berbatu sekaligus berlumpur membuat mobil yang ditumpangi mereka terus bergerak tak terarah. Bahkan siang tadi mobil mereka masuk ke dalam sebuah lubang dan harus bersusah payah mendorong mobil tersebut agar bisa lolos. Sungguh melelahkan, mereka berangkat jam sembilan pagi dari kota dan kini sudah hampir jam sepuluh malam pun tanda-tanda desa yang akan kunjungi belum terlihat wujudnya. Tetapi dirinya harus menerima kenyataan bahwa inilah satu-satunya cara agar dirinya mendapatkan lisensi untuk menjadi dokter di kota.

Sama halnya seperti orang-orang yang ingin mendapatkan lisensi kendaraan dengan cara melewati rintangan-rintangan yang dibuat untuk menguji para pengemudi apakah sudah layak menerima lisensi atau tidak, Jisoo ingin mendapatkan lisensi kemampuannya sebagai dokter yang baru lulus kuliah agar kemampuannya sebagai dokter dapat dipercaya sehingga akan mempermudah dirinya untuk bekerja pada instansi kesehatan atau rumah sakit manapun yang membutuhkan jasanya. Sudah bukan hal yang tabu ini terjadi, bukan hanya Jisoo yang harus melakukan praktek seperti ini. Banyak dokter-dokter muda diluaran sana yang mencari desa-desa sebagai tempat untuk praktek selama tiga bulan. Setelah mencari-cari data dari banyaknya desa, Jisoo akhirnya memutuskan untuk memilih desa ini.

Jisoo tak tahu banyak tentang tempat ini karena desa yang ia pilih begitu terpencil dan berada di ujung pulau. Selain itu, desa ini bukan murni karena semata-mata ia yang menginginkannya. Sebenarnya ia memilih desa tersebut untuk menemani Jennie yang juga dokter muda sepertinya. Mereka berdua bersahabat dari semenjak keduanya duduk di bangku kuliah.

Persahabatan mereka tak hanya berdua, ada Lisa dan Chaeyoung yang juga merupakan sahabatnya. Tetapi, karena setiap desa hanya menerima maksimal dua dokter untuk dijadikan tempat praktek, akhirnya hanya Jisoo dan Jennie yang memilih desa tersebut. Sedangkan Lisa dan Chaeyoung memilih desa lain yang tak terlalu jauh letaknya dari desa ini untuk mendapatkan lisensi dokter mereka. Meskipun begitu, nampaknya mereka berempat akan sulit untuk bertemu. Hal itu dikarenakan desa yang begitu terpencil dan dipisahkan oleh hutan yang lebat, membuat sinyal ponsel sangat sulit untuk masuk. Tampaknya baik Jisoo maupun Jennie harus bersiap untuk hidup tanpa internet selama tiga bulan kedepan.

"Sudah sampai." Ucapan supir itu langsung menarik perhatian Jisoo dan Jennie untuk melihat ke depan.

Dapat terlihat bangunan-bangunan yang tampak sederhana. Jisoo sedikit tercengang karena desa tersebut bukan yang terbuat dari bambu atau gubuk seperti dalam bayangannya. Bahkan tampak dari jauh pun, penerangan desa terpencil ini tak seburuk itu. Karena dari radius 200 meter, cahaya lampu listrik terlihat menerangi wilayah tersebut.

"Tahu rumah kepala desa di sana, Pak?" Jennie mulai merapikan barang-barangnya ke dalam tas.

"Tahu. Ini bukan kali pertama saya mengantar dokter muda untuk mendapatkan lisensi seperti kalian berdua."

Jisoo hanya terdiam, ia bisa melihat sebuah gapura yang menjulang tinggi menyambut kedatangan mereka.

"Desa Abadi", itulah tulisan yang Jisoo baca pada gapura yang telah mereka lewati. Gadis itu mengerutkan dahinya, namanya terdengar sedikit aneh untuk nama sebuah desa.

Suasana desa tampak sangat sepi, mungkin karena banyak penduduknya yang sudah beristirahat mengingat jam sudah menunjukkan pukul 10.15 malam. Mobil kemudian berhenti di depan sebuah rumah dengan cat hijau muda, rumah yang tampak sederhana namun nyaman untuk ditempati.

Beauty Creatures [Jaesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang