II. Penyesuaian

147 25 10
                                    

"Can i to be closer with you, Ji?" - Haein
_____



"Pagi, Ji." Jennie menyapa dengan hangat, gadis itu sudah bersiap dengan jas putih dokternya.

"Aku yang bangun kesiangan atau kamu yang bangun terlalu pagi?"

Jisoo masih dengan muka bantalnya mencoba untuk merenggangkan tulang-tulang yang masih terasa pegal. Tampaknya tidur hari ini belum cukup mampu untuk menghilangkan rasa pegal yang menempel pada tubuh gadis itu. Ia lantas melirik jam dinding yang terpasang di ruang tamu dan menunjukkan pukul enam pagi. Pada jam seperti ini, Jisoo tidak bisa dikatakan bangun terlambat, ia bangun dalam waktu yang pas. Berarti sahabatnya itu sepertinya sudah sangat bergiat dan tak sabar untuk bertemu dengan penduduk desa di hari pertama prakteknya sehingga bangun lebih awal, atau bisa saja gadis itu tak bisa tidur semalaman karena akan praktek sungguh-sungguh dan bukan hanya sekedar simulasi semata.

"Tenang saja, aku yang kepagian. Cepatlah mandi terlebih dahulu, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita berdua." Jennie mendorong pundak Jisoo agar lekas kembali masuk ke dalam kamarnya untuk berbenah diri.

Kebersamaan sahabat itu terhenti setelah Haein keluar dari dalam kamarnya dengan jas yang juga telah siap menggantung di lengan laki-laki berkemeja putih garis-garis itu. Jennie seketika berlari kecil menyambut kedatangan Haein dengan senang hati dan meninggalkan Jisoo begitu saja. Jisoo hanya bisa menggeleng, kebiasaan Jennie yang satu ini memang susah dihilangkan. Hal inilah yang menyebabkan Jennie memiliki mantan paling terbanyak diantara ketiga sahabatnya. Itu disebabkan karena gadis tersebut sangat pintar dalam mengambil hati laki-laki yang dia incar. Sedangkan Jisoo? Dia tak memiliki pacar ataupun mantan. Hidupnya hanya terfokus untuk kuliah setelah merasa lelah untuk jatuh cinta dengan seseorang.

"Pagi, oppa." Jennie mengedipkan salah satu matanya genit pada Haein, "Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Sarapannya ada di meja. Mau ku buatkan teh atau langsung makan sarapan bersama denganku, mungkin?"

"Bukannya dia bilang tadi sarapan itu untukku? Dasar Ruby Jane." Jisoo hanya bisa menggeleng ringan dan masuk kembali ke kamarnya untuk menyiapkan diri.

*****

"Ini resep obatnya, Bu Chaeyon. Bisa langsung ditebus di apotek di sini. Semoga cepat sembuh." Jisoo tersenyum ramah sambil memberikan selebaran kertas resep obat kepada seorang wanita yang tampak pucat.

Wanita itu mengangguk berterima kasih lalu pergi meninggalkan ruang praktek Jisoo dan tak lama seseorang masuk ke dalam sebagai pasien selanjutnya yang harus Jisoo tangani.

"Selamat datang. Sebelumnya perkenalkan, saya Kim Jisoo, dokter baru yang tengah menjalankan praktek untuk mendapatkan lisensi di desa ini. Boleh tolong jelaskan terlebih dahulu apa keluhan anda?" Formalitas Jisoo sebagai dokter sudah tak perlu diragukan lagi. Gadis itu sudah sangat mempersiapkan dirinya untuk menyambut semua pasien dengan sebaik mungkin. Sebenarnya Jisoo sangat layak menjadi dokter tetap. Tetapi karena peraturan pemerintah yang mengharuskan setiap dokter muda memerlukan lisensi agar bisa bekerja, Jisoo harus tetap melakukan praktek terlebih dahulu.

"Tidak ada keluhan." Ucap singkat gadis yang dihadapan Jisoo sekarang. Jisoo sedikit tertegun namun berusaha ia tutupi, tampaknya gadis dihadapannya ini sedikit cuek. Ia dapat memakluminya, mengingat semua karakter penduduk tidak bisa disamaratakan.

"Lalu, apakah anda datang untuk meminta vitamin?" Sebagai dokter yang profesional dalam bekerja, Jisoo tetap berusaha untuk mempertanyakan semua hal yang berkaitan dengan kesehatan sang lawan bicara. Ketika seseorang datang ke klinik atau rumah sakit, mereka pasti membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan.

Beauty Creatures [Jaesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang