3 tahun yang lalu...
Tetha sudah sering mendengar, bahkan pernah memergoki dengan mata kepalanya sendiri bahwa pacarnya kini tengah dekat dengan cewek lain. Tetha berpacaran dengan Richard dari jurusan Arsitektur. Mereka berdua beda jurusan. Selain beda jurusan yang membuat mereka jarang bertemu, jadwal Tetha yang super sibuk pun menjadi alasan lainnya. Richard kini sedang dekat dengan teman sejurusannya bernama Rose. Suatu hari Tetha pun meminta klarifikasi dari Richard.
"Apa hubunganmu dengan Rose?" Tanya Tetha to the point.
"Teman. Teman dekat."
"Apa benar kamu sedang berusaha mendekatinya, untuk menjadikannya pacarmu seperti yang dikatakan orang-orang?" Suara Tetha mulai bergetar. Richard terdiam. Ia tidak membantah. Tetha pun bisa menyimpulkan bahwa pernyataannya benar.
"Kamu pilih Rose atau aku?" Tanya Tetha lagi.
"Rose..." Jawab Richard pelan namun mantap. Tetha yang terkejut lalu membulatkan matanya.
"Karena ia bisa ngasih aku sesuatu yang kamu nggak bisa kasih ke aku, yaitu WAKTU." Richard mempertegas kata waktu. Di situ Tetha sadar bahwa hubungannya dengan Richard sudah tidak bisa dipertahankan lagi.
"Kalo gitu, mungkin sebaiknya kita putus aja, Chard." Tutup Tetha.
* * *
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 dimana kampus sudah sepi. Micky baru menyadari bahwa bukunya ketinggalan di kelas ketika ia hendak belajar untuk kuis besok, tapi buku catatannya malah tidak ada di tasnya. Terpaksa Micky kembali ke kampus untuk mengambil bukunya.
Ketika Micky berada di depan kelas C, yang merupakan kelasnya, sayup-sayup ia mendengar suara tangisan cewek. Ruang kelas memang masih sedikit terbuka, tapi di dalamnya benar-benar gelap. Walau merinding, Micky pun memberanikan diri untuk masuk ke kelas.
Micky melihat buku catatannya masih tersimpan rapi di atas mejanya yang berada di barisan tengah. Namun ia juga melihat seorang cewek tengah tertunduk di meja dengan wajah tertutup sedang menangis, tepatnya di barisan meja belakang. Jujur yang Micky takutkan adalah sosok tersebut bukanlah manusia. Sambil terus berdoa di dalam hati, Micky berjalan mengambil buku catatannya. Setelah berhasil mengambilnya, Micky makin penasaran dengan sosok cewek yang menangis di bangku belakang tersebut. Dengan jarak yang kini lebih dekat, Micky yakin bahwa sosok tersebut adalah manusia. Ia lalu mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SO RIGHT, SO WRONG [Complete]
FanfictionTentang empat sahabat (yang seharusnya berlima) menghadapi masa-masa quarter life crisis yang menguji persahabatan mereka. inessiregar, 2021