~ Ku teringat hati, yang bertabur mimpi. Kemana kau pergi, cinta? Perjalanan sunyi engkau tempuh sendiri. Kuatkanlah hati cinta. Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja, yang menemanimu sebelum cahaya? Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra. Yang kan membelaimu cinta.
Kekuatan hati yang berpegang janji. Genggamlah tanganku cinta. Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri. Temani hatimu cinta. Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja, yang menemanimu sebelum cahaya? Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra. Yang kan membelaimu cinta.
Ku teringat hati yang bertabur mimpi. Kemana kau pergi cinta? Perjalanan sunyi engkau tempuh sendiri. Kuatkanlah hati cinta. Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja, yang menemanimu sebelum cahaya? Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra. Yang kan membelaimu cinta.
Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja, yang menemanimu sebelum cahaya? Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra. Yang kan membelaimu cinta.
Taburan salju yang tak ada bosannya menghampiri bumi London menemani perjalananku ke rumah. Aku putuskan untuk pulang sebentar ke rumah dan mengemasi beberapa barang untuk kubawa ke rumah sakit. Aku sudah bertekad akan terus menjaga sang gadis meski Andrew melarangku. Wanita itu yang menjaga gadisku sementara aku pulang. Aku pun takkan banyak membuang waktu di rumah karena aku harus segera kembali memantau perkembangan kesehatan gadis itu.
Kenapa aku selalu lupa untuk menanyakan nama gadis itu? Sial.
“Di sini, Tuan?” Tanya bapak sopir taksi ini. Aku membuyarkan lamunanku dan mendongak memperhatikan jalan. “Ya di sini saja.” Kataku mengiyakan lalu membayarnya.
Aku keluar dari mobil dan langsung mendapat sambutan hangat dari salju yang lebat. Aku berlari menuju rumah dan bergegas masuk.
**
“Itu yang membuatku tak dapat melarangnya keluar malam. Ia hanya ingin mendapat kesenangan yang tak pernah ia dapatkan saat siang hari. Ia hanya ingin melepas semua balutan kainnya setelah sehari penuh membungkus dirinya. Ia hanya ingin merasa hidup sebagai manusia normal! Hanya itu! Tetapi, karena dunia malam yang menyambutnya, ia masuk ke ruang gelap dan ia terlalu menikmati semuanya. Aku tak ingin ia mengalami semua yang kualami seumur hidupku. Tapi, apa dayaku ketika putri kotorku ingin merasakan setetes kebahagiaan di hidupnya? Ia hanya ingin sepertiga waktunya ia gunakan untuk merasakan apa itu hidup. Sungguh egois jika aku harus terus mengurungnya di kamar gelapnya itu.”
Ya Allah. Ucapan wanita itu selalu terngiang di kepalaku. Aku tak dapat melupakan bagaimana susunan katanya, raut wajahnya, helaan napasnya, tetes air matanya. Aku tak dapat menghilangkan pikiranku dari kehidupan gadis yang mungkin sedang aku cintai ini.
Ya Allah, bagaimana bisa aku kembali jatuh cinta pada kafir? Apa aku berdosa? Tapi, sulit sekali menemukan wanita muslim di sini. Apalagi yang benar-benar memiliki iman yang kuat. Andai saja gadis itu seorang muslim. Mungkin aku bisa menikahinya, dan.. mengetahui namanya.
Ayah?
Aku harus memberi tahu Ayah apa yang sedang kualami. Aku yakin ia bisa membantuku, mengingat ia yang selalu membenarkanku mengenai agama untukku yang teramat awam dalam pengetahuan Islam.
Aku menyimpan kopi yang sedang kunikmati dan berjalan menghampiri telepon rumah yang sudah beberapa hari ini tak kusentuh semenjak aku bertemu dengan gadis itu. Sebelum menelepon Ayah, ada baiknya aku mendengarkan pesan yang orang-orang tinggalkan selagi aku tak menyantuh telepon rumahku.
“Zayn, ini Ayah. Segera telepon!”
“Malik!!! Kenapa lo gak kesini? Anak-anak lagi pada gila!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Changes
FanfictionNight Changes Indah Muchtar Romance, religi, sad. 13+ Zayn Malik .. Ketika satu malam mengubah segalanya. Ketika malam menjadi tempat pelarian. Ketika malam memertemukan kedua insan yang berbeda. Ketika malam menyatukan air dan api. Ketika malam ber...