4. Driving too fast, moon is breaking through her hair.

407 27 0
                                    

Gadis ini menghampiri sebuah mobil taksi yang terparkir di pinggiran jalan. Ia membuka pintu mobil yang tak terkunci dan menyuruhku untuk masuk. Ia duduk di kursi kemudi. “Tolong lihat, apa kondisi di belakang aman?” Tanyanya sambil sibuk mengotak-atik mesin. Aku menoleh ke belakang dan tak menemukan seorang pun dari mereka menemukan kami. “Tidak ada.” Jawabku. Ia mengangguk dan masih sibuk menyabotase mesin mobil ini.

“Itu mereka.” Kataku. Untung saja gadis ini telah selesai dengan pekerjaannya, dan tanpa banyak pertimbangan, ia langsung mengendarai mobil ini.

Dengan kencang..

“Apa kau gila?” Teriakku. Namun gadis ini fokus menyetir, sesekali ia melirik kaca spion untuk memastikan tiada siapapun yang membuntuti kami.

Tak kusangka gadis selugu ini bisa mengendarai mobil sekencang pembalap. Jantungku berdegup begitu kencang melihat jalanan yang kami lewati begitu cepat. Kendaraan melesat bagai angin. “Awas!!!” Teriakku ketika gadis ini menyalip kendaraan di depannya bersamaan dengan mobil berlawanan arah juga sedang melaju kencang.. Gadis itu memerhatikanku lalu terkekeh. Ia kembali fokus setelah itu.

Aku melihat ke belakang dan komplotan itu masih mengejar kami dengan motor mereka. “Siapa mereka?” Tanyaku. “Orang-orang baik.” Jawabnya. Jika mereka orang baiknya, berarti kami orang jahatnya? “Ayolah, jangan bercanda.” Mohonku. Gadis itu kembali terkekeh menyaksikan paranoidku. “Tenang saja..” Katanya sambil menoleh ke arahku, aku menatapnya. “Kau aman bersamaku.” Katanya dengan mata yang berbinar. Aku terpaku lagi di tatapan itu.

Andai saja ini film action. Mungkin, sekarang kamera-man sedang me-slow motion adegan ini. Wajahnya sangat cantik. Ia kembali fokus dengan sengaja mengibaskan rambutnya di hadapanku membuatku semakin terpesona pada kecantikannya. Sinar bulan menyorot keindahan dirinya. Dan tanpa kusadari, kini jantungku tidak lagi berdegup kencang. Hatiku tiba-tiba tenang dan aku memercayai dia sepenuhnya.

“Nampaknya mereka kehilangan jejak kita.” Kata gadis itu  tersenyum lalu menghentikan mobilnya. “Baiklah, kita harus turun dan membeli beberapa jaket.” Pintaku yang kewalahan sambil keluar dari mobil.. “Kau bercanda? Lihat dirimu! Kau berkeringat. Apa kau masih mau mengenakan jaket?” Tanyanya meremehkanku yang terlihat begitu takut saat ia mengemudikan mobil itu. Ia tertawa dan menghampiriku. “Baiklah. Aku lapar.” Kataku. Ia mengangguk dan menawarkan tangannya untuk aku raih. Aku pun kembali menuntunnya.

“Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa namamu?” Tanyaku yang tentu saja masih penasaran dengan sosok gadis ini. “Namaku? Orang memanggilku ‘bitch’, ‘slut’ dan ‘motherfucker’. Oh iya, dan satu lagi, ‘sexy’. Terserah Tuan mau memanggilku apa.” Katanya dengan nada bercanda. Tapi aku sakit sekali saat mendengarnya berkata kotor seperti itu. “Benarkah? Orang-orang memanggilmu seperti itu?” Tanyaku tidak percaya. Dia tersenyum dan mengangguk. “Aku serius Tuan, dipanggil seperti itu sudah menjadi makananku sehari-hari.” Katanya. “Ayolah, serius. Siapa namamu?” Tanyaku kembali ke intinya. Ia menatapku lekat-lekat. Tatapan itu kembali menyerang inderaku. “Broken eyes.” Jawabnya seperti membaca pikiranku. “Apa kau tahu aku menyukai matamu?” Tanyaku dengan inosens membuatnya tertawa. Kenapa aku mengatakannya? Sial! “Oya? Benarkah? Kau menyukai mataku?” Katanya tersenyum bahagia, dia manis sekali. Aku mengangguk perlahan dengan malu. Ia pun memelankan suara tawanya dan kembali serius. “Terimakasih, Tuan.” Ucapnya. “Untuk apa?” Heranku. “Hanya Tuan yang melihatku dari mata. Bukan dari penampilanku. Hanya Tuan yang memerlakukanku seperti layaknya gadis biasa. Gadis baik-baik.” Ucapnya dengan rendah diri. Aku mengangguk. Kami masih berjalan.

“Aku melihatmu mencariku ke bar kemarin. Dan untuk mendeskripsikan diriku, kau memerlihatkan lukisanmu kepada Nyonya itu. Benarkan?” Tanyanya membuatku terkejut. Bagaimana dia tahu?

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang