TUJUH-LAQUETA

102 14 4
                                    

Tujuh

"Tuh kan, apa gue bilang. Laqueta nggak bakalan cuek terus, kok," ujar Aliza dengan bangga. Tentu saja dia bangga, rencananya berhasil.

Meesam berdehem, lebih baik mengiyakan daripada ribut dengan Aliza yang berujung ia mengalami kekalahan, tentu saja Aliza tidak akan menyerah dan menyerang Meesam habis-habisan.

"Jangan senang dulu, jelas-jelas Laqueta mau pergi sama Meesam untuk ngehindarin kamu. Bukan karena suka sama Meesam," celetuk Bara, tidakkah sadar kalau dia sudah membuat hati Meesam terluka? Tanpa sadar Bara menyadarkan kalau Laqueta tidak mau menerima Meesam.

"Ini adalah awal yang bagus, nggak usah coba-coba bikin semangat aku down karena itu nggak mungkin sama sekali," ucap Aliza dengan yakin.

Meesam hanya diam mendengar suami istri itu berdebat, biarkan saja, Meesam sudah pusing sendiri.

"Udah deh, kalian ribut mulu," lerai Dairah.

"Lo ngapain aja sama Laqueta tadi?" Pertanyaan dan Khansa membuat Meesam mengingat kejadian tadi, Laqueta memang mau pergi dengannya. Tetapi seperti yang dikatakan Bara tadi, Laqueta hanya ingin menghindari Aliza, bukan karena ingin jalan-jalan dengan Meesam.

Selama mereka jalan-jalan, tidak ada yang berbicara, Laqueta diam dan Meesam tidak tau apa yang dipikirkan gadis itu. Dan Meesam juga ikut-ikutan diam karena takut mengganggu Laqueta. Jalan-jalan apanya! Bahkan ketika Meesam menawarkan sesuatu, Laqueta langsung menolak tanpa berpikir.

"Cuma diam aja, It's always like that." Aliza berdecak kesal.

"Heh! Lo nyia-nyiain kesempatan. Meesam, lo tuh niat nggak sih?" tanya Aliza kesal. Meesam ini, di mulut bilang suka, tetapi kenyataannya. Hm, jangan ditanya. Melempem.

"Siap-siap kalah, Aliza," seru Dairah mengejek.

"Hm? Lo lupa kalau gue ini temannya Laqueta, gue tau apa yang terjadi sama Laqueta. Gue bisa kok bikin mereka nikah, bahkan bisa mendahului lo," balas Aliza dengan emosi. Dairah pikir dia tidak bisa?

"Masih ada waktu, lebih baik kamu menyerah," saran Bara. Karena kalau Aliza repot, tentu saja dia ikutan repot. Meskipun Bara menang, tetapi dia juga akan merasakan kekalahan.

"Nah betul!" celutuk Hans. "Masih ada waktu," lanjutnya.

"Takut?" sinis Aliza. Kesal juga lama-lama karena disuruh menyerah. Memangnya Aliza seorang pengecut?

"Nggak, ya! Seharusnya lo yang takut. Kami berenam, lo sendiri," bantah Dairah.

"Jumlah tidak menentukan keberhasilan!"

"Terserah lo. Terserah. Kalau kalah jangan nangis."

"Nggak akan!"

🦋🦋🦋

Laqueta tersenyum, adegan yang kini dibacanya di salah satu novel membuatnya berkhayal ingin seperti itu. Tetapi ini hanya bisa jadi khayalan, bagaimana mungkin ada orang yang menyukai dirinya, itulah yang dipikirkan Laqueta.

Mana ada orang yang tahan dengan Laqueta, Meesam saja tidak tahan, Laqueta mengingat ketika dia dan Meesam pergi. Pria itu tidak bicara sama sekali membuat Laqueta tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikiran buruk. Laqueta berpikir, Meesam tidak nyaman bersamanya sehingga selalu saja diam.

Biarkan saja, toh liburan ini akan segera berakhir dan Laqueta akan kembali menjalani kehidupannya yang biasa-biasa saja. Tanpa ada yang istimewa.

Sepertinya Laqueta harus memberi pelajaran kepada Aliza, karena temannya itu selalu mendekatkannya pada Meesam. Bosnya sendiri. Yang benar saja.

Laqueta [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang