How We Met

171 12 6
                                    

Seperti biasa, setelah melakukannya pasti mereka rtidur karena lelah. Woozi bangun lebih dulu kali ini. Setelah dua jam tidur dari jam enam sore tadi. Ia melihat sang gadis masih pulas terlelap. Selimut tebal yang dipakai sepertinya membuat tidurnya sangat nyaman.

Niatnya ingin membangunkan sang gadis, akan tetapi diurungkannya karena mengingat betapa beringasnya ia tadi. Maklum, beberapa minggu ini ia tidak mendapatkan bagiannya. Karena itu juga pinggangnya terasa pegal-pegal.

Woozi keluar dari selimut, ia ingin memesan makanan saja untuk makan malam. Tenang saja, ia sudah berpakaian lengkap, Nako yang masih tertidur juga sudah memakai pakaian. Mereka selalu langsung membersihkan diri setelah melakukannya.

Memastikan bahwa sang gadis tidak terganggu, Woozi melangkah keluar kamar, membuka pintu dengan hati-hati lalu menutupnya. Malam ini ia harus membeli makanan di luar karena gadisnya tidak mungkin memasak.

"Oppa," samar-samar ia mendengar seseorang dengan lirih memanggilnya.

Pasti karena ia terlalu berisik memakai jaket jadi gadis itu terbangun. Woozi membuka pintu kamar dan melihat gadisnya sudah duduk di tepi ranjang.

"Aku akan beli makanan di luar, ingin apa?" Woozi menangkup wajah sang gadis dan mengecupi pipinya.

"Nasi kari dan katsu ayam, " jawab Nako dengan suara khas baru bangun tidurnya.

"Tunggu sebentar, ya," Woozi mengacak gemas rambut sang gadis dan mencium sekilas birainya.

Nako sudah pasti tidak terkejut, hal manis seperti itu pasti dilakukan oleh sang pria sehabis mendapatkan apa yang dia mau. Dalam hal ini tentu saja mengenai aktivitas penuntasan gairah tadi. Walaupun begitu, Woozi sebenarnya selalu bertingkah romantis setiap hari, hanya saja kali ini terasa agak berbeda ditambah mereka baru saja baikan.

Nako keluar dari kamar. Tidak dapat dipungkiri, tubuhnya remuk. Benar-benar memang pria itu, menyerangnya tanpa ampun.

Malam ini, karena terlanjur lelah, mereka akan tidur di rumah ini. Malas sekali untuk berpindah ke apartemen yang sudah di sewa, walaupun lebih mewah dan fasilitasnya sangat canggih, tetap saja rumah sendiri berada di urutan nomor satu untuk tempat tinggal.

Nako berbaring di sofa ruang televisi. Ia memilih untuk menonton film kartun berbahasa asing, yang memiliki terjemahan tentu saja. Ia sesekali tertawa saat menonton. Saat menonton kartun seperti ini ia jadi ingat saat dimana ia masih mengajar di taman kanak-kanak.

Tiba-tiba ia rindu menjadi seorang guru. Sudah satu tahun ia berhenti menjadi seorang guru karena tiba-tiba dilamar pria berkebangsaan Korea itu.

Pertemuannya dengan Woozi sangat unik, saat itu ia sedang mengadakan kunjungan ke suatu taman di Jepang, untuk mengenalkan bunga-bunga kepada anak muridnya. Tanpa ia sadari saat sedang berjalan mundur, ia menabrak seseorang. Ya, yang ia tabrak itu Woozi. Pria itu sedang liburan di Jepang dengan beberapa temannya.

Insiden mereka di taman itu ternyata bukan hanya ketidaksengajaan yang berlalu begitu saja. Beberapa hari kemudian, Nako dan Woozi bertemu kembali di sebuah kafe, di mana mereka berdua bertemu kembali karena diundang oleh orang yang sama. Teman Nako ternyata teman sang pria juga.

Nako memiliki teman yang memang berkebangsaan Korea, temannya itu sedang mendapatkan tugas mengajar anak taman kanak-kanak di Jepang, kebetulan mengajar di sekolah tempat dirinya mengajar juga. Namanya, Boo Seungkwan. Pria itu memang lebih tua darinya dan Nako sangat takjub dengan Seungkwan, dia mau menjadi guru karena keinginannya sendiri, saking cintanya dengan anak-anak.

Karena sudah satu tahun kenal juga, Nako jadi meng-iya-kan saja ajakan Seungkwan saat itu, karena kebetulan juga ia suntuk di rumah. Saat datang ke kafe ia sadar bahwa Seungkwan tidak sendirian, ada satu orang pria yang duduk di dekatnya. Ternyata, memang niat pria tersebut mengenalkan Nako dengan pria berkulit putih itu, Woozi. Jadi kesimpulannya, mereka seperti dijodohkan oleh seorang Boo Seungkwan.

Winter in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang