Blessed Day

135 11 0
                                    

Beberapa minggu kemudian.

Pukul tiga pagi tadi tiba-tiba Nako menggigil dan tubuhnya terasa lemas. Sang suami yang sedang tidur pun sampai bangun karena mendengar sebuah rintihan. Woozi bergegas mengambilkan selimut tambahan untuk melapisi tubuh sang gadis. Pria itu juga melakukan tindakan skin to skin, yaitu memeluk sang gadis dengan kulit saling bersentuhan untuk menghantarkan panas.

Sampai saat ini, Nako masih kedinginan walaupun sudah sedikit lebih baik. Ia bahkan tidak mengetahui penyebabnya. Dan yang lebih menyebalkan lagi, sakitnya ini membuat dirinya harus izin untuk tidak masuk kerja.

Sudah lima belas menit ia ditinggal Woozi karena pria itu mencari dokter yang bisa datang ke rumah pagi ini. Ekspresi pria itu sangat kalut, benar-benar panik saat mengetahui sang gadis sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.

CKLEK

"Sayang, diperiksa dahulu, ya," Woozi masuk dengan terburu-buru. Di belakangnya ada seorang wanita dengan jas putih ikut masuk ke dalam kamar.

Ini masih pukul enam pagi, untung saja Yena memiliki kenalan seorang dokter yang dapat membantunya. Woozi memang menghubungi semua temannya tadi, beruntung istri dari salah satu temannya mengenal seorang dokter.

"Selamat pagi," ucap seorang wanita berambut sepundak.

Nako mengulas senyum walaupun ia masih kedinginan. Setelah itu ia melakukan beberapa pemeriksaan.

"Perlu dirawat?"

Dokter itu mengangguk, "hanya beberapa hari, untuk memastikan istri anda istirahat total."

Woozi menatap Nako meminta pengertian. Ia sangat tahu gadisnya tidak suka berada di rumah sakit. "Sayang, maaf, tapi ini untuk dirimu juga," ia mengecup dahi sang gadis.

-------------

Suasana rumah sakit sedang ramai, dokter dan perawat berlalu-lalang di depan matanya. Nako menghela napas, sudah sepuluh menit ia berdiam di kamar rawatnya. Woozi sedang mengurus administrasi dan tersisa ia dengan seorang dokter wanita yang tadi memeriksanya.

"Apa kau melakukan aktivitas berat belakangan ini, Nako san?" tanya sang dokter dengan nada tenang.

Nako tersenyum tipis lalu menggeleng, "Aku hanya bekerja seperti biasa."

Dokter wanita ini bernama Sakura. Iya, berasal dari Jepang sama seperti dirinya. Hal itu sedikit membuat Nako lebih lega. Pembawaan Dokter Sakura membuatnya menjadi santai dan tidak panik akan suatu hal yang sedang terjadi pada dirinya.

"Lalu, apa tidak ada hal aneh yang belakangan ini kau rasakan?"

Nako berpikir sebentar lalu kembali menggelengkan kepalanya, "Tidak terjadi hal aneh sama sekali."

Dari sini Nako bisa melihat Dokter Sakura menatapnya dengan tatapan serius dan sedikit khawatir.

"Baik, besok kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut—" ucap sang dokter. "Selamat istirahat," lanjutnya.

---------------------

"Eomma!"

"Aigoo, anak manisku... Sudah merasa lebih baik?"

Nako mengangguk sambil memeluk ibu sang pria. Sepertinya Woozi memberitahu kalau ia masuk rumah sakit.

"Maaf, aku sudah merepotkan Eomma," Nako merasa bersalah pasti sang ibu terburu-buru datang ke Seoul dari Busan.

"Jangan berkata seperti itu, sayang," sang ibu mengelus rambutnya dengan lembut.

"Eomma bawa makanan kesukaanmu, makan dulu, ya. Jihoon sedang di luar bersama ayahnya," jelas sang ibu.

Winter in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang