A Little Rest

134 15 0
                                    

Nako meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas. Seseorang di balik selimut itu dari semalam tiba-tiba mengeluh pusing dan saat ia periksa ternyata suhu tubuhnya tinggi. Woozi demam.

"Oppa," Nako mengelus rambut sang pria, tangannya kembali memeriksa suhu tubuhnya. "Masih hangat," Nako bergumam.

"Woozi Oppa," Nako masih berusaha untuk membangunkan pria tersebut. Sebenarnya ia tau kalau Woozi sudah sepenuhnya sadar, hanya saja pria itu pasti malas untuk membuka mata.

"Makan dulu, ya? Nanti tidurnya dilanjut lagi."

Erangan suara berat itu membuat Nako tersenyum. Akhirnya Woozi membuka matanya.

"Tidak ingin makan karena pasti nanti aku muntahkan," rengek pria itu.

Sepertinya Nako harus melakukannya lagi. Terakhir kali ia menggunakan cara ini saat Woozi sakit juga tahun lalu.

"Ayo, makan dulu, bayi besar," Nako menciumi wajah sang pria. Birainya merasakan bagaimana hangatnya wajah sang pria.

"Akh—"

Nako tersenyum saat pria itu mengubah posisinya menjadi duduk sehabis ia mencium lehernya. Gadis itu turun dari pangkuan sang pria.

"Kau bisa ikutan sakit, sayang." Woozi mengusap matanya dan menyuruh Nako untuk tidak berdekatan dengannya dengan cara seperti tadi karena takutnya gadisnya tertular.

Dengan cepat Nako men-iya-kan lalu mengambil semangkuk bubur dengan porsi yang sedikit sudah berada di nakas. Nako meniup sebentar bubur yang ada di sendoknya sebelum sang pria menerima suapan pertamanya.

"Enak," ucap Woozi saat mengunyahnya.

"Tentu saja, aku yang memasaknya," Nako berbangga diri dan lanjut menyuapi sampai makanannya habis.

Pusing yang dirasakan Woozi semalam sampai membuat indera penglihatannya sedikit kabur. Bahkan semalam Nako sampai panik karena Woozi belum pernah sakit seperti ini selama tinggal berdua.

"Masih sakit hmm?" Nako mengelus kepalanya dengan sangat lembut. Ini yang disuka Woozi saat ia sedang sakit, gadisnya akan menaruh perhatian penuh padanya.

"Sakit sekali," ucap Woozi berbohong. Rasa sakitnya bahkan sudah hilang, ia memang ingin bermanja dengan sang gadis lebih lama saja.

"Minum obat dulu, ya, baru tidur lagi," gadis itu memberikan obatnya setelah itu mengasihkan gelas berisi sebagai pembantu agar obat tersebut ditelan.

Setelah meminum obatnya, Woozi masuk ke dalam selimut. Nako juga membantu merapikan selimutnya agar menutupi sempurna tubuh sang pria.

Sebelum lanjut istirahat Woozi memperhatikan Nako. Gadisnya cantik sekali pagi ini, layaknya seorang bidadari yang menghiasi pagi harinya. Sayang sekali tidak bisa menggoda sang gadis karena untuk bicara saja membutuhkan banyak tenaga.

"Terima kasih sudah merawatku dengan baik," ucap Woozi sambil berusaha tersenyum walau sebenarnya ia lemas.

"Kembali kasih. Tidurlah yang nyenyak," Nako ikut tersenyum dan mengecup dahi sang pria.

-------------

Sore hari.

Woozi bangun sekitar pukul lima. Ia tidak mendapati Nako di kamar. Di luar sana sudah hampir gelap. Woozi bisa melihat pemandangan lampu gedung pencakar langit Seoul yang sudah menyala. Mereka memang sudah di Korea dari kemarin. Woozi sakit kemarin malam itu pas sekali ketika mereka baru pulang.

Merasa tenaganya sudah ada dan bisa dipakai untuk berdiri juga berjalan, Woozi bangkit dari kamar tidur menuju dapur. Sepertinya sang gadis sedang membuat makan malam.

Winter in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang