mengaku

6 3 0
                                    

"kadang orang terdekat kita adalah orang yang paling berpeluang besar dalam urusan menyakiti"

Naya delicia.

----------


"hah lega.." naya keluar dari salah satu bilik toilet dan membasuh tangannya.

Brukk

"wo wo woi, lama ni gue gak ketemu lo!" raka mendobrak pintu toilet membuat naya terlonjak kaget.

    Raka beserta teman-temannya, minus naufal berjalan mendekati naya yang berdiri ketakutan.

"bawa guys!" titah raka lalu berbalik dan bimo, fandi, dan taufik memegang tangan gadis itu dan menyeretnya.

"gak mau!" naya menyentak kedua tangannya untuk melepaskan tangan kekar yang memegangi tangannya guna menahan ruang geraknya.

   Usaha naya tidak membuahkan hasil karena taufik dan fandi mencengkram makin erat.

"lepas kak, sakit!" naya masih mencoba melepaskankan tangan itu.

    Berjalan dikoridor dengan raka yang memimpin jalan, banyak pasang mata yang menatapnya namun tak berniat menolongnya sama sekali. Bahkan mereka melihat mata naya yang sudah berkaca-kaca pun mereka tetap membutakan penglihatan mereka.

"kak raka!!" teriak naya memanggil raka yang berjalan didepannya sontak membuat lelaki itu berhenti dan berbalik menatap naya dengan alis terangkat, sangat tampan batinnya.

"sakit, lepasin" naya berucap lirih masih dengan perlawanan melepaskan tangan itu.

   Diujung saja naya melihat dion yang melintas bersama anggota BEM lainnya, mata mereka sempat bersitatap namun setelahnya dion berjalan seolah tak melihat apa pun, sungguh naya ingin sekali meneriaki nama lelaki itu.

"jangan kekencengan bego!" raka memarahi taufik dan fandi dengan menggeplak kepala mereka satu persatu.

"ya abisnya brisik!" dengus fandi dan mengendurkan cengkramannya tapi tidak lepas begitu juga dengan taufik.

    Naya mengalihkan matanya menatap raka yang berdiri didepannya dengan wajah sangar dan tampannya lelaki itu, ditambah rambut acak-acakan duh lemah jantung.

"dah" raka kembali berbalik dan berjalan.

    Naya mengikuti dari belakang persis seperti tahanan yang keluar lapas hanya untuk pipis saja.

"pesenin kita" titah raka setelah sampai dikantin.

    Mereka duduk dengan naya yang masih setia berdiri dipinggir meja.

"gue bisa laporin lo ke dekan" naya mengancam.

    Ya ini lah yang diajarkan sandra jika terjadinya pembulyan, selain melapor pada yang berwewenang naya juga tidak boleh terus diam.

"hahaha" raka tertawa kencang seperti psikopat saja "laporin aja, lo kira gue bakal berenti ganggu lo? Gue bakal ganggu lo lebih sadis dari pada nyeret lo dari toilet" ucapnya datar bahkan tawanya sudah hilang digantikan tatapan menakutkan.

"gue nasi goreng, tanpa kecap, sambel sesendok aja, tanpa sayur, dan jangan lupa acarnya harus genap" ucap taufik.

"gue soto ayam aja, pakek jeruk nipis 3 tetes peresan aja, cuka nya 2 tetes aja sama bihunnya gak bole putus" fandi menambahkan.

"gue sate kambing, bawang goreng nya gak mau yang gosong, lontonnya harus dipotong bulet, dan satenya harus ganjil gak boleh ada lemak" kata raka menatap wajah naya yang cengo.

will be mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang