Keputusan

70 15 0
                                        

Jakarta, 14 Oktober 2010

Untuk pertama kalinya, Bapak bersimpuh dihadapanku.
Aku merasa itu sangat tidak pantas saat ia melakukanya.

Matanya sembab dan berwarna merah,
Kurasa ia tidak tidur semalaman.
Bapak memegang tangan kanannya dengan tubuh yang tampak bergetar.

Untuk sesaat waktu terasa berhenti, kulihat tubuhnya yang kurus dengan rambut putih yang sudah memenuhi. Rasanya hatiku lebih tertancap dibanding kejadian semalam.

Aku beranjak dari tempat tidur dan memeluk bapak. Aku tidak bisa berkata apapun selain menangis sesenggukan dipelukannya.

"Tolong jangan ulangi perkataan seperti itu pada ibumu, Bapaklah nahkoda diikeluarga kita, bapaklah kaptennya, Bapak bertanggung jawab atas kalian."

Perkataan itu rasanya membekas diingatan. Aku tahu bapak sangat menyesal karena telah menamparku dan aku pun semakin yakin bahwa cintanya sangat besar pada ibu.

Setelah ini, hasil akhir yang diambil cukup membuatku menarik napas panjang. Keputusan bapak memang kuat dan beralasan. Berharap ini yang terbaik untuk kami. Bapak juga berjanji untuk memperbaiki hubungannya dengan ibu.

Dan untuk Fadli, rasanya aku sudah tidak bisa menangisimu. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kupikirkan, terasa sebagian dari diriku tengah hilang. Semakin hari ntah kenapa aku malah semakin membenci diri ini. Ya, aku benci pada diriku. Aku sangat membencinya.

MyDiary PesanTrend!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang