Untuk kedua kalinya, di pagi itu Zara memergoki teman-temannya membicarakan hal buruk tentang dia dengan Riska menggunakan teori-teori asal tuduh.Semua mata tertuju padanya. Tidak ada yang khawatir dengan kedatangan Zara. Mereka merasa Zara adalah orang yang terlalu pendiam dan lemah, mungkin kejadian malam itu yang menguatkan bahwa sosok Zara ini tak akan berbuat apa-apa.
"Maaf ya, Zara. Jika kamu terbawa jelek di obrolan kami. Kamu ingatkan hadist tentang antara berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi." Anna berdiri dari duduknya memdekati Zara. Mereka saling berhadapan dengan posisi tangan Anna yang menyilang.
Dalam diri Zara yang mulai kesal mencoba memasang ekspresi tak peduli dan acuh terhadap kepintaran Anna yang akan dipertontonkan.
Ia dengan santai dan nada lembut yang menjadi ciri khasnya kembali melanjutkan.
"Seseorang yang berteman dengan orang saleh dan orang yang buruk, bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu, engkau bisa membeli minyak wangi darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak sedap.” jelasnya disambut senyuman kagum teman-teman satu kamar, tanda setuju ikut mengiyakan dan terkagum pada Anna. Terlihat jelas Zara yang merasa terintimidasi saat itu."HR. Imam Bukhari," tukas Anna tanda ucapannya bukanlah asal-asalan.
Zara membalas dengan setengah senyuman ala kadarnya. Ia melangkah menuju lemari ujung untuk menyimpan pakaian yang memberangkatkan kedua tangan. Anna sedikit keheranan, bagaimana bisa Zara mengabaikan orang yang tengah berbicara padanya.
Sembari merapikan baju Zara berkata
"Hati-hati saat kamu merasa diri lebih baik daripada oranglain, jangan sampai gajah dipeluk mata tak terlihat sedangkan semut ditengah lautan terlihat." Ia menutup lemari rapat-rapat lalu membalikan badan sambil berdiri untuk melanjutkan pembicaraan tadi.Zara mencoba mengatur emosi, jelaslah dalam hatinya ia tak ingin kalah di hadapan mereka.
"Maaf, aku bukan sok menggurui, hanya sekedar mengingatkan." ucap Anna merasa dirinya berniat menyampaikan kebenaran.
"Aku juga mau sekedar mengingatkan ya teman-teman. Membicarakan oranglain, jika benar ia jadi ghibah dan jika salah ia menjadi fitnah. Keduanya hanya menambah catatan buruk bagi para pelakunya. Harus kalian ketahui, bahwa yang tadi maupun kemarin malam itu termasuk fitnah!" Mata Zara sekali-kali melirik kearah Anna juga teman-temannya yang sedang duduk bersantai dekat jendela kamar.
Giliran mereka yang kini terintimidasi dengan ucapan Zara. Anna sedikit kaget dengan sanggahan Zara yang tertuju padanya. Kepercayaan dirinya jatuh seketika. Ia tak membalas sepatah katapun. Sikap Zara benar-benar diluar dugaan.
"Permisi ya silahkan kalian lanjutkan obrolan tadi." Zara melenggang keluar, menutup pintu penuh kemenangan.
Zara mulai bisa mengendalikan emosi yang tak langsung meledak namun cukup dalam untuk para pendengar."Zara, kamu membelaku?" dengan ekspresi senang tangan Zara ditarik beberapa saat setelah keluar pintu. Rupanya sedari tadi Riska sedang menguping.
"Aku hanya mengatakan sesuatu sesuai dengan kebenarannya." balas Zara sembari menepis genggaman tangan Riska.
"Aku juga heran sendiri, kenapa mulut mereka sampai begitu tajamnya." aambung Zara.
Zara mulai berpikir mungkin itulah penyebab Riska menangis di pagi itu saat pertama kali mereka harus masuk sekolah.
"Zara, kita ke pinggir danau yuk! Aku sangat ingin sekali menyegarkan otaku di sana." ajak Riska sedikit merajuk.
"Ayo!" Zara mengiyakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/251850401-288-k704760.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MyDiary PesanTrend!!
Teen Fiction****************************************** Jakarta, 10 Oktober 2010 Iya sayang, namaku Zara. Zara khoirunnisa. Orang yang paling kau cari di dunia ini. Katamu adalah aku............................... ------- "Untuk apa mempertahankan yang ingin...