Regan: Cita-cita Sederhana

6.4K 1.2K 496
                                    


REGAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

REGAN

Semenjak lulus SMA, gue selalu punya cita-cita untuk menjadi seorang Ayah.

Orang-orang pasti mikirnya ini aneh. Karena, sejak kapan menjadi seorang Ayah adalah sebuah cita-cita?

Buat orang lain mungkin gitu, tapi nggak buat gue.

Mami dan Papi gue dulu menikah muda. Mereka menikah di usia 20 tahun, pas mereka masih sama-sama kuliah. Nggak lama setelah lulus kuliah, Mami ngelahirin gue. Mami mengandung gue pas dia lagi merampungkan skripsinya, dan menurut gue itu keren banget. Salah satu hal yang gue kagumi dari Mami, adalah karena dia orang yang kuat dan nggak gampang nyerah.

Bayangin, lagi hamil gede, beliau harus ngerjain skripsi yang bikin pusing tujuh keliling. Istilahnya, nggak jarang lah orang yang lagi skripsian itu sensitif banget. Nah ini, Mami gue hamil dan skripsian, bayangin seberat apa tanggungan beliau waktu itu.

Setelah gue lahir, orang tua gue mengalami banyak kesulitan. Terutama kesulitan ekonomi. Perlu waktu sekitar 5 tahun, sampai keadaan finansial kedua orang tua gue stabil, dan mereka nggak lagi hidup susah.

Selain itu, waktu gue menginjak usia 2 tahun, Mami sempat hamil tapi kemudian didiagnosis plasenta previa di usia kehamilan 8 bulan. Hal itu menyebabkan janin harus segera dilahirkan meskipun belum waktunya. Sayangnya, calon adik gue waktu itu nggak bisa diselamatkan karena mengalami masalah pernapasan, yang membuat dia cuman bertahan hidup selama kurang dari 24 jam.

Kejadian itu meninggalkan trauma mendalam buat orang tua gue. Mami terus-terusan menyalahkan dirinya karena waktu hamil adik gue, beliau kerja terlalu keras sampai beberapa kali sempat pendarahan. Tapi, bukannya istirahat setelah mengalami pendarahan itu, Mami malah mengabaikan saran dokter dan terus memforsir dirinya. Gara-gara kondisi ekonomi keluarga yang emang waktu itu memprihatinkan, Mami jadi lupa kalau selain dirinya, ada nyawa lain yang harus terus sehat dan membutuhkan banyak perhatian.

Semenjak itu, orang tua gue nggak berencana punya anak sampai kondisi finansial mereka stabil. Tapi, setelah kondisi finansial stabil dan Mami siap untuk hamil lagi, lagi-lagi musibah terjadi. Mami keguguran di usia kehamilan yang baru 8 minggu. Mami mengalami perdarahan abnormal di rahim yang membuat beliau harus melakukan kuret.

Semenjak itu, Mami dan Papi menyerah untuk punya anak lagi.

Membuat gue akhirnya, sampai sekarang, menjadi anak satu-satunya mereka.

Itu alasan kenapa gue cukup dimanja sejak kecil, bahkan kadang sampe sekarang—sebenernya ini Mami gue yang masih suka nggak inget kalau gue udah dewasa.

Melihat bagaimana kedua orang tua gue merawat dan membesarkan gue sampai sekarang setelah pernah mengalami kesulitan, gue ngerasa kagum dan pengin kayak mereka. Pengin jadi orang tua sehebat mereka.

Itu kenapa gue punya cita-cita jadi Ayah.

Waktu zaman sekolah, seringkali temen-temen gue nanya, gue kalau udah lulus SMA rencananya mau ngapain selain kuliah, terus pas gue jawab pengin jadi Ayah, mereka malah ngetawain gue.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang