TIARA
Pantesan ya, si Aga memutuskan buat berhenti dari hiruk pikuk perkantoran yang super sumpek dan memilih banting setir ke dunia pendidikan, karena sekarang gue ngerti mengapa jadi kacung kampret itu tai banget.
Maksud gue, man, kerja from nine to five aja udah capek banget, ini ditambah sama lembur yang bikin gue menggila.
"GUE PENGIN RESIGN!" kalo kata si Titit, inner beauty gue lagi meronta-ronta sekarang.
Tapi, kemudian logika gue berkata, "Lo masih miskin, Ra."
Iya, gue belum sanggup beli stiletto Alexander McQueen sambil merem, gue juga belum sanggup beli Alexandre Christie termahal, dan yang terpenting, cita-cita gue sebagai sugar mommy belum terpenuhi!
Gue harus kaya dulu sebelum memutuskan resign. Emang lemah banget jiwa males ini, baru 2 tahunan jadi kacung kampret, tapi gue udah banyak ngeluh aja. Belum lagi segala kejadian apes yang terus menerus beruntut mendera kehidupan gue, bikin gue jadi nggak bergairah untuk hidup.
Semuanya kacau. Jam tidur gue kacau. Waktu clubbing gue juga kacau. Dan kisah cinta gue kacau!
Eh, ngomong-ngomong soal kisah cinta, gue mau cerita sedikit, nih, ya tentang perjalanan hidup gue dalam menemukan tambatan hati yang super dramatis.
Orang-orang selalu judge books by its cover tiap kali ngelihat gue. Mereka pikir gue ini playgirl cap badak yang intensitas gonta-ganti cowoknya hampir persis kayak intensitas cewek gonta-ganti beha. Padahal, salah banget. Gue nggak pernah main-main sama yang namanya cinta. Edan, cakep banget omongan gue.
Intinya, selama 25 tahun hidup di dunia, gue cuman punya mantan tiga. Demi Tuhan! Orang-orang gak percaya waktu mereka nanya gue udah pacaran berapa kali, dan gue jawab tiga. Mereka pikir tipikal cewek kayak gue nih punya puluhan pacar yang nggak kehitung jumlahnya.
Idih.
Sorry, ya. Gue ini picky banget kalau masalah cowok.
Pertama kali gue pacaran itu kalau nggak salah waktu SMP kelas 9. Pacar pertama gue namanya Javas, dia tetangga gue yang sampe sekarang masih suka ketemu dan bertegur sapa kalau gue kebetulan lagi pulang atau dia yang kebetulan lagi ada di Bandung. Alasan kita pacaran, gue gak begitu inget. Mungkin cinta monyet, karena hubungan kami cuman bertahan sampai 3 bulanan aja, dan setelahnya kami balik lagi temenan. Gak penting banget.
Pacaran sama Javas nggak begitu berbekas karena waktu itu gue masih kecil banget. Anak SMP pacaran waktu itu, tahu apa, sih?
Kemudian pacar kedua gue, Hasbi, adalah cowok yang gue pacarin dalam jangka waktu terlama sampai kadang gue lupa kalau gue tuh punya pacar.
Jadi gini, gue pacaran sama Hasbi itu dari kelas 10 SMA, dan putus waktu kami sama-sama semester 6 kuliah. Berapa lama, tuh? Kayaknya ada deh 6 tahunan, iya gak, sih? Lama banget pokoknya, sampai gue pikir gue tuh beneran jomblo karena kami kadang suka saling sibuk masing-masing. Gue sama Hasbi emang beda kampus. Dia anak institut ternama di kota Bandung yang anak-anaknya emang cenderung ngambis dan super sibuk. Mana dia anak Arsi lagi, bisa dibayangin kan gimana sibuknya dia sewaktu kami pacaran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
General Fiction(COMPLETED) Persahabatan itu perihal menyambut dan menerima. (spin-off SAGARA and Possibility Impossible) - 2020 © neomuhane