Request dari TripelSFitoria
.
Cklek!
"Aku pulang..." Ucap Luz sambil menghela nafas.
Hening.
Tidak ada sahutan. Apartemennya terlihat begitu gelap dan sepi. Luz melirik kesana kemari.
Hm? Kenapa tidak ada balasan?
Padahal setiap kali kekasihnya itu tidak ada jadwal dan hanya berdiam dirumah, ia tak pernah sekalipun tidak membalas sapaannya saat ia pulang.
Kemana kekasihnya pergi?
Melepaskan sepatunya, Luz kemudian beranjak masuk lebih dalam untuk mencaritahu keberadaan kekasihnya yang hilang bak ditelan bumi.
"Aneh, kukira ia tidak ada jadwal apapun hari ini. Kemana dia?" Gumamnya sambil melirik kesana kemari.
Ditengah pencariannya, Luz kemudian mendengar samar-samar suara tangisan dari arah kamar.
Tunggu-- tangisan?
Memasang raut bingung, ia meletakkan barang-barangnya disofa sembarangan sebelum dengan cepat berjalan menuju satu-satunya kamar yang ada disana.
"Shoose? Kau disini?" Panggilnya.
Tak ada balasan.
Melongokkan kepalanya dari celah pintu, Luz hanya disapa oleh kegelapan dan juga cahaya remang-remang.
"Hiks!"
Ah.
Ia mendengarnya lagi.
Membuka pintu lebih lebar, Luz kemudian masuk setelah menyalakan lampu dan menemukan sosok kekasihnya yang duduk sambil menangis sesenggukkan diatas kasur yang dipenuhi tisu.
Eh?
Ada apa ini?
"Shoose?" Panggilnya sebelum ia lekas menghampiri kekasihnya itu, "Kenapa kau menangis?" Tanyanya, jelas terdengar begitu khawatir melihat keadaan kekasihnya yang tampak tak karuan.
Rambut acak-acakan, mata basah yang memerah dan terlihat membengkak, juga bibir yang terus menerus mengeluarkan isakan-isakan kecil.
Apa yang sudah terjadi pada kekasihnya?
Manik coklat yang basah menatapnya pedih sebelum bibir yang gemetar itu menggumamkan namanya ditengah isakan yang memaksa keluar.
"... Hiks! Luz... Hiks!!"
Ia terisak kecil sebelum kemudian ia menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Hal ini membuat Luz jadi semakin panik melihatnya.
"A-apa yang terjadi? Kenapa kau menangis begini? Apa ada yang sakit? Beritahu aku..." Tanya Luz, kebingungan melihat kekasihnya yang menangis sesenggukan sendirian.
"Hiks! Luz... Hiks! A-aku... Itu... Hiks!!" Tidak melanjutkan kalimatnya, lagi-lagi Shoose malah kembali terisak.
Serius, apa yang membuat Shoose yang biasanya kuat itu sampai menangis begini?
Ia tidak bisa melihat kekasihnya hancur begini. Rasanya begitu sesak. Menghela nafas, Luz kemudian menangkup pipi yang lebih tua.
"Hei, hei, Shoose, dengarkan aku. Jangan menangis... airmata tidak cocok untukmu." Bisiknya lalu mencium kening yang lebih tua sayang. "Sayang, katakan padaku... Apa yang sebenarnya terjadi, hm?" Bujuk Luz sambil menghapus air mata yang terus menerus mengalir itu dengan pandangan khawatir.
Memeluk kekasihnya itu erat, Shoose kemudian membenamkan kepalanya didada bidang Luz sebelum ia terisak lebih keras.
"Eh? Shoose? Kenapa kau malah menangis lebih keras? Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Maafkan aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Utaite Oneshots
FanfictionHanya cerita-cerita random untuk menyalurkan imajinasi. . . Warning: - BL/Shounen-ai - Semua yang ada di buku ini hanyalah fiksi yang idenya berasal dari otak author Cover: Picrew Edit: PicsArt