Taktik

728 140 41
                                    

Setelah memergoki folder berisikan foto-fotonya serta polaroid dengan tulisan-tulisan itu, Ten jadi memperhatikan gerak-gerik Johnny terhadapnya― tapi, Johnny terlihat biasa saja dan tidak bersikap berlebihan terhadap Ten.

Ten bingung, apa ia yang terlalu kepedean ya? Ia merasa percuma karena sempat merasa tidak enak ketika selalu bercanda soal ia adalah kekasih Johnny. Nyatanya, Johnny memang tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.

Dan pasti akan sangat canggung kalau Ten tiba-tiba bertanya soal perasaan temannya itu.

Kini mereka berdua sedang berada di cafe dekat perumahan mereka. Tadinya ingin ke cafe bana, namun itu terlalu jauh. Ten malas untuk pergi jauh-jauh.

"Bagi, John." Ten meminta kue milik Johnny, "Halah! tadi gamau." Johnny mencibir.

Nah, ini salah satu contoh, Johnny sangat pelit terhadapnya. Bagaimana bisa Johnny menyukainya kalau begini?

Ten memutar bolamatanya malas, "Pelit banget lo jadi orang."

"Pesanannya, kak. 1 french fried with nugget." Sang pelayan menaruh pesanannya, "Makasih mbak." ujar Ten.

Johnny mengambil satu nugget, "Nuggetnya bentuk pinguin." Ten menatap piring berisikan nugget itu, "Bentuknya aneh-aneh ya ni nugget."

Johnny mengangguk, "Iya anjir ini aja ada yang kotak doang. Terus ini malah bentuk bintang."

Iya, serandom itu percakapan mereka setiap harinya.

"Kotak bentuk spongebob kali―"

"Ten!" Ten menoleh mendengar seseorang memanggilnya, "Eh, William? Sejak kapan lo di Jakarta lagi?"

William tersenyum, "Dari kemaren. Gue mau ngabarin lo tapi kelupaan mulu."

Ten memang sudah sesantai itu terhadap mantannya tapi jelas, Johnny masih tidak terbiasa.

Ten menyuruh sang mantan untuk duduk, "Kebiasaan lo mah. Gimana LA?"

William mengibaskan tangannya dan bersandar di kursi, "Ga seru. Nothing like you there."

Ten tertawa, "Of course! Gue 'kan one and only. Limited edition."

William memutar bolamatanya malas dan menatap Johnny, "Johnny 'kan ya? Udah lama ga liat." William mengulurkan tangannya ke Johnny― mengajak salaman.

Johnny menyambut salaman William, "Ya, 'kan lo lama di LA." ujar Johnny canggung. Ia dan William tentu saja tidak begitu dekat.

"Ah, sayang gue harus pergi sekarang. Padahal gue masih mau ngobrol banyak." kata William setelah melihat ponselnya. Ia beranjak dari kursinya, "I'll call you later, yeah?"

Ten mengangguk menanggapi, "Iye telpon aja. Gue selalu available kok." candanya. William menatap Ten dan merentangkan tangannya, "Gamau kasih gue pelukan perpisahan?"

Johnny mendengus kecil, "Dasar modus!" batinnya.

Ten beranjak dan memeluk William, "See you later, bro!" William menepuk-nepuk punggung Ten.

Cup

Tunggu-tunggu― apa-apaan dia mengecup pipi Ten tepat di hadapannya! Ya, memang sih itu hal lumrah bagi orang luar― tapi tetap saja?!

"John! Heh bengong!" Ten menepuk Johnny.

Johnny bahkan tidak sadar kalau William sudah tidak ada disana. "Mau balik?" tanyanya.

"Heeh deh. Udah mau masuk kantor ni."

─────────────

ᵀʰᵉ ᴳᵉⁿᵍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang