6. Kedua kalinya

14 4 16
                                    

"Aku tidak bisa terlalu lama membohongi diriku sendiri."

****

Hari ini sebenarnya Sagara tidak berniat untuk pergi ke sekolahnya, tetapi apa boleh buat, sudah sangat banyak catatan kerusuhan yang dihasilkan oleh dirinya, belum lagi hampir di setiap pelajaran Bu Yuna dirinya selalu bolos.

Biasanya ia bersama ketujuh teman-temannya itu selalu mendapatkan hukuman dari Bu Yuna, hukuman yang sangat familiar di lakukan oleh para guru untuk menghukum siswanya yang sudah keterlaluan, berlari mengelilingi lapangan basket yang mempunyai luas 28×15 meter sebanyak 10 kali.

Tak berapa lama kemudian motor sport berwarna hitam milik laki-laki dingin itu sudah sampai di lingkungan SMA Gepura, beberapa cewek menatap takjub ke arah orang yang sedang mengendarainya itu. Tak sedikit dari mereka yang sengaja mencari perhatian dari ketua geng itu.

"Yo what's up bruh, selamat datang di SMA Gepura, SMA yang tidak lama lagi akan kita tinggalkan," ucap Gemilang dengan suara yang sedikit mengganggu, dia berjalan ke arah Sagara sambil merekam dirinya sendiri sambil bergaya seolah-olah ia adalah seorang YouTubers.

"Pagi-pagi kuping gua udah sakit nih gegara nih anak pungut." Bhaskara mengejek Gemilang sambil tertawa.

"Biarin aja lah dia berkarya sendiri," ujar Sagara terkekeh.

"Walaupun omongan lu kasar, tapi gua dukung lo kok Ga, hidup abang Arga." Gemilang tertawa lalu mengangkat sebelah tangannya dan mengayunkannya seperti orang yang sedang melakukan demo.

"Jadi gimana nih Ga, lo ada persiapan buat hadapin Bu Yuna?" tanya Ravael yang tiba-tiba sudah berada di antara mereka.

"Gua bukan lo kali Rav."

"Asalkan itu gak ngelibatin orang tua gue, ngapain gue kapok," lanjut Sagara sambil menatap ke arah temannya itu, di susul oleh tatapan dari Gemilang dan Bhaskara.

"Gue gak di tanyain nih bund?" Adhian menimbrung.

"Lo gak usah di tanya, elo kan gak pernah di hukum keliling lapangan gegara gak ngerjain tugas. Palingan gegara masalah lain," sahut Gemilang diikuti oleh kekehan dari Adhian.

Hal itu memang benar, seorang Adhian Emery mana pernah di hukum gara-gara tidak mengerjakan tugas, paling-paling ia ikut di hukum gara-gara ribut di dalam kelas, ataupun tidak menaati peraturan yang telah di tetapkan oleh sekolah.

"Hai Ga," sapa Varissa dari arah belakang saat cowok ini berada di lorong kelas, sungguh Varissa mengagetkan Sagara.

Cowok ini tidak menjawabnya, ia masih terlalu nyaman bersikap dingin ke cewek ini.

"Ngapain?"

"Mau nyusulin kamu lah, biar barengan jalan ke kelasnya," jawab Varissa, jarak kelas mereka berdua lumayan jauh tapi Varissa tak ingin membuang sia-sia moment langka ini, jika penolakan ke kantin terus berlanjut paling tidak ia bisa berjalan menyusuri lorong kelas bersama pria ini.

"Hmm," ujar Sagara dingin, tidak berbeda dari hari-hari sebelumnya, sikapnya masih belum ada perubahan sama sekali, hanya saja kali ini cowok tersebut tidak menjauh saat Varissa berada di sampingnya.

Wangi parfum yang berasal dari Sagara sangat menyengat di indera penciuman gadis ini, jujur saja Varissa menyukai wangi tersebut, sesekali ia mencoba untuk menebak-nebak apa merk dari parfum yang di gunakan oleh laki-laki di sebelahnya ini, pasti parfum itu di beli mahal olehnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Perfectionist {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang