Ke Tigbel

86 12 0
                                    

Al sampai disalah satu rumah sakit milik keluarga Brian. "Suster,tolong bantu temen saya!". Teriak Al terdengar frustasi.

Kini Cia didalam ICU sedang ditangani oleh dokter. Setelah beberapa menit dokter keluar dari ruangan. Al berdiri dari duduknya dan menghampiri sang dokter.

"Bagaimana keadaannya dok?"Tanya Al pada dokter Andi, salah satu dokter di rumah sakit tersebut.

"Tenang saja, temanmu tidak papa, Al. Hanya maag nya saja kambuh"Ucap dokter tersebut. Dokter Andi memang kenal dengan Alexi karna Al anak tunggal dari memiliki rumah sakit.

"Oh,maag toh".

Dokter Andi hanya tersenyum. Tidak lama datang keluarga Adijaya menghampiri dokter dan Al. Karna Reja yang memberitahu mereka bahwa Cia pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Reja terlewat panik tadi.

"Gimana anak saya,dok?"Tanya Treca tidak santai dengan muka merahnya. Adijaya mencoba menangkan istrinya itu agar tidak panik. "Kamu tenang sayang,percaya Cia tidak papa."Ucap Adijaya. Treca sedikit tenang sekarang.

"Anak anda tidak papa. Hanya maag nya saja yang kambuh". Ucap dokter Andi.

"Apakah saya boleh melihat anak saya?". Tanya Treca pada dokter didepannya. "Tentu saja boleh, tapi diharap tenang dan jangan berisik". Setelah mengucapkan itu, "Saya permisi dulu,masih ada pasien". Dokter Andi pun pergi meninggalkan ke 4 orang tersebut.

Suara pintu yang terbuka cukup mengganggu pendengaran Cia. Cia sedikit membuka matanya.

"Ah,silau".

"Astaga Ciaaa! Kamu ini bikin panik!". Sembur Trecia emosi karna anaknya yang membuat jantungnya tidak sehat. Cia pengang mendengar suara mamanya itu.

"Shit... berisik mah". Cia memutar bolanya jengah. Masih dengan emosi Treca memilih untuk duduk saja di sofa menenangkan diri.

"Sayang kamu gak papa?"Tanya Adijaya lembut sambil mengusap rambut Cia pelan.

"Fine, hayang sedikit terlambat makan saja. Pah". Jawab Cia sambil tersenyum tipis.

"Hm,jangan diulangin laginya. Liat tuh mama kamu sampai segitunya". Adijaya terkekeh melihat istrinya yang seperti itu.

"Yaudah si mah. Maaf". Ucap Cia pelan

"Hm". Balas mama nya begitu singkat dengan ekspresi wajah kesal. Adijaya hanya geleng-geleng kepala saja melihat istri dan anaknya tidak jauh beda jika soal sifat. Sedangkan Al yang melihat itu menaikan alis heran.

"Pantes anaknya jutek. Mama sama anak gak kalah beda". Gumam Al menggelengkan kepalanya pelan. Adi yang melihat Al seperti itu hanya tersenyum tipis.

"Lu gak papa ca?". Tanya Al, lalu menghampiri Adijaya untuk salim.

"Punya mata kan bisa liat kan,kalo gua udah gak papa". Jawab Cia jutek begitu tidak sukanya dia terhadap Alexi. Al yang mendengar itu hanya memaklumi saja karna sudah hapal Cia bagaimana.

"Pengen pulang". Minta Cia sedikit bernada manja. Adi yang mendengar itu menghampiri anaknya yang sedikit memanyunkan bibirnya.

"Ayah bicara dulu sama dokter nya". Dengan mengelus kepala cia pelan. Cia mengangguk dan tersenyum. Setelah Adi keluar.

"Mama..".

"Hm".

"Ahh...". Cia berpura-pura kesakitan agar mamanya menghampiri dirinya. Treca yang mendengar itu langsung mengubah ekspresi wajah nya dan menghampiri anaknya.

"Jangan ngeprank nya kamu".Treca menyentil kening anaknya gemas.

"Adahh...sakit ge". Keluh Cia sambil memanyunkan bibir mungilnya. Treca yang melihat itu tersenyum hangat.

"Lu bisa manja juga nya ternyata".

"Gemes gua Ca,pengen manjain elu". Gumam Al dalam hati dengan bibir tersenyum.

T R E C I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang