Chapter 1

58 15 1
                                    

Kenapa si disetiap sekolah itu harus ngikutin setidaknya satu ekskul? Bikin males tau gak si. Tapi diharuskan. Mempengaruhi nilai katanya. Nyenyenye.

"Gua ikut ekskul yang jarang aktif aja kali ya? Kaya teather atau paduan suara?." Kata Malika sambil mengunyah makan siangnya. "Hm, aktifnya kan kalo mau ada pensi atau lomba gitu. Biar hari jumat bisa santai-santai dikelas." Lanjutnya masih dengan mulut yang penuh, sibuk mengunyah makanan.

"Emang kalo gitu lu bakal ikut apa? teather atau paduan suara?" Sahut Raina, teman kelasnya yang saat ini duduk didepan Malika. "Kalo kata gua sih, lu mending ikut teather, secara kan lu jago ber-dra-ma." Lanjutnya lagi dengan maksud bercanda menekankan pada kalimat terakhirnya.

Ucapan Raina tadi benar-benar ambigu. Entah meledek atau memuji. Malika jadi tidak tau harus merasa senang atau tersinggung.

"Malika boro-boro ya mau berdrama didepan banyak orang. Disuruh persentasi dikelas aja kek orang goblok, ketawa-ketawa mulu gak jelas." Juan yang baru datang pun ikut menimpali sambil membawa nampan makanannya duduk didepan Raina. disusul teman-teman yang lain

"Dia mah emang goblok Wan." Chiko yang entah datang darimana tiba-tiba nyeletuk. Malika yang mendengarnya mengumpat kasar lalu menendang kaki Chiko dibawah meja. "Satt, diem lo pendek!" Umpat Malika kesal.

"Lo sendiri ikut ekskul apa?" Tanya Woni disamping Malika pada Chiko. "Gue ikut basket." Sahut chiko yang malah mengundang gelak tawa dari teman-temannya.

"Lo? Ikut basket?" Tanya Malika berlagak terkejut. "Ya gapapa sih ya, cuma gua takut aja gitu. Anak basket kan tinggi-tinggi, kalo lo ikut emang keliatan?" Kata Malika tertawa puas. "Mal, jangan gitu lah. Kita hargain usahanya untuk menjadi lebih tinggi." Kata Yoshi kini ikut menimpali. Pasalnya Chiko ini merupakan cowok paling pendek dikelasnya. Bahkan lebih pendek dari Malika. Chiko mengumpat.

"Kenapa lo ga ikut basket aja? Pak Dino lagi nyari orang juga tuh di tim putri, gara-gara kemarin Naya out. Padahal pertandingan udah deket." Kata Karina memberi usul. Karina juga masuk ke tim basket putri. Direkrut langsung sama pak Dino, pelatih basket disekolahnya. "Lumayan juga kalo lo ikut, tiap latihan bisa sambil cuci mata." Lanjutnya antusias.

"Boleh juga tuh Mal, waktu SMP juga lu ikutnya basket kan?." Raina ikut menyetujui usul Karina tadi. "Bisa juga sambil nyari cowok tuh. Kasihan juga lo kelamaan jomblo." Malika mendecak sebal mendengar itu, tapi Chiko malah menertawainya.

"Malika jomblo terus tuh pasti si cowok yang takut ngedeketin. Galak sih, cowoknya jadi takut dimakan." Kata Chiko tertawa renyah. "ELO YANG GUA MAKAN!" Sahut Malika menghentakkan meja hendak bangun untuk mengejar Chiko yang sudah berlari kencang karna takut dimarahi gadis itu.

"Udah, biarin aja si Chiko tuh." Kata Karina menenangkan Malika yg sudah kesal setengah mampus. "Jadi gimana? Lo mau? Kalo mau, nanti kita langsung ke ruang guru buat daftarin lo."

"Hm boleh deh." Sahut Malika akhirnya memutuskan. Lalu kembali duduk menyantap makanannya yang sudah sisa setengah.

----

Selesai dari kafetaria, Karina dan Malika pergi bergegas ke ruang guru mencari Pak Dino untuk mendaftar.

"Permisi pak, ini temen saya katanya mau daftar buat masuk tim basket putri." Kata Karina pada Pak Dino yang terlihat sedang sibuk dengan ponselnya. Mendengar itu Pak Dino langsung menoleh "Oh kebetulan sekali, bapak juga sedang cari penggantinya Naya." Sahut Pak Dino tersenyum ramah pada Karina dan Malika.

"Nama kamu siapa?" Tanya Pak Dino pada Malika "Malika Dzafina pak" Baru mencatat nama depannya, Pak Dino berhenti karna mendapat telpon dari seseorang. "Haidar! Sini." Katanya kepada cowok tinggi yang hendak keluar dari ruang guru, tapi tidak jadi karna dipanggil Pak Dino.

"Tolong kamu catat nama anak ini ya. Dia yang bakal gantiin Naya. Juga kamu tolong print ulang untuk daftar absennya. Bapak buru-buru, ada urusan." Katanya pada Haidar sambil terburu-buru mengambil jaket dan kunci mobilnya. "Jika ada pertanyaan masalah basket, kamu bisa tanya sama Haidar. Dia kapten basket tahun ini." Lanjutnya lagi menoleh pada Malika yang hanya dibalas senyuman kecil.

"Nama lo siapa?" Tanya Haidar pada Malika sesaat setelah Pak Dino pergi. "Malika Dzafina." Sahut Malika memberi detail namanya. Matanya tertuju pada kertas kosong yang ditulisi Haidar. Merasa sesuatu salah saat Haidar menuliskan namanya.

"HE BUKAN SAFINA! TAPI DZAFINA. D-Z-A-F-I-N-A." Kata Malika malah jadi ngegas langsung mengambil alih pulpen ditangan Haidar menulis namanya sendiri.

Haidar mengerjapkan matanya masih diam mematung. Posisinya Malika sekarang hanya berjarak beberapa centi dari Haidar, membuatnya harus menahan nafas beberapa detik.

"Eh Mal ini lagi diruang guru njir lu ngapain ngegas disini alahuu. Gue yang malu" Celetuk Karina menutup wajahnya dengan kedua tangan menahan malu, tapi untungnya berhasil menyadarkan Haidar.

"Ekhemm. Bukan salah gue. Lu tadi ngomongnya gak jelas." Kata Haidar sambil berdehem kecil mengatur nafas dan ekspresinya. "Bukan salah gue. Lu aja yg budeg." Sahut Malika tak terima malah jadi dituduh ngomongnya gak jelas. Haidar melotot kearah Malika yang saat ini menatapnya sinis. Padahal tadi saat dia datang, Malika terlihat sangat manis dihadapan Pak Dino tapi kenapa sekarang malah jadi sangar begini?

"Udah-udah Mal. Inget ini ruang guru, harus jaga sikap." Kata Karina menyudahi perdebatan antara Haidar dan Malika. "Udah kan Dar? Kalo gitu kita pamit kekelas dulu." Katanya pada Haidar, ingin segera menarik Malika menjauh agar tidak terjadi keributan lagi. Haidar yang tampak kesal tidak menjawab lalu pergi melengos begitu saja.

"Dihh songong banget njir kaptennya." Kata Malika masih sedikit kesal perkara namanya yang salah ditulis tadi. Gadis ini memang agak sedikit sensitif mengenai namanya yang memang agak ribet. Karina yang mendengar itu langsung cepat-cepat menarik Malika keluar dari sana.

-----







a/n : Hi guys! Sehat semua ya. Jangan lupa 3M.

Boleh minta votementnya dong biar makin semangat nulis :)

ExtracurricularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang