Ilustrasi: Keren lah lukisannya, iya ngga? Silakan klik link gambarnya untuk tahu siapa pelukisnya.
Seantero Kurusetra terkesima menyaksikan ledakan dahsyat itu, laksana sebuah rudal yang meluncur dari langit menghantam kubu Hastina. Barisan pasukan Hastina tampak porak poranda dan kocar-kacir tak tentu arah, pun menjadi sasaran yang mudah ditaklukan oleh serangan balik pasukan Pandawa.
Duryudana pun segera mencari Karna di dekat ledakan kemudian menemuikannya.
"Apa yang terjadi, Karna?" sergah Duryudana tampak geram melihat situasi yang merugikan itu.
Karna yang baru saja berhasil meloloskan diri dari ledakan dahsyat akibat serangan terakhir Gatotkaca tersebut, berpikir sejenak lalu menjawab, "Tampaknya itu adalah tubuh Gatotkaca yang sudah tidak bernyawa, jatuh dari langit dan menimpa bala tentara kita, paduka!"
"Gatotkaca tewas? Olehmu, Karna?" tanya Duryudana lagi.
"Benar, Paduka. Aku melepaskan senjata Kunta pada Gatotkaca dan senjata tersebut tidak kembali padaku, artinya Kunta pun menghilang setelah menewaskan targetnya!" jawab Karna dengan roman wajah tidak tentu. Dia tentunya teringat kembali bahwa Kunta awalnya dia niatkan untuk menewaskan rival abadinya, Arjuna. Rasa sesal pun mulai muncul dalam hatinya.
Wajah Duryudana bersemu gembira, dia pikir kematian Gatotkaca sangat berharga karena pahlawan Pandawa itu lawan yang sangat sulit ditaklukan dan sering merugikan pihak Hastina.
"Bagus, Karna! Kalau begitu cukupkan serangan dadakan kita dan tarik kembali pasukan segera! Beri perintah mundur dan kita gempur lagi mereka esok hari!" titah Duryudana.
Karna pun memberi komando pada pasukan Hastina untuk mundur. Akhirnya peperangan malam hari itu pun berangsur-angsur berakhir, sesuai perjanjian bahwa peperangan seharusnya tidak berlangsung di malam hari.
Kematian Gatotkaca pun tersebar dengan cepat dan menjadi berita gembira bagi pihak Hastina, mereka pun berpesta gembira seolah-olah kemenangan sudah didepan mata dan bisa diraih esok hari. Seperti yang mereka selalu lakukan setiap malam sejak perang Bharatayudha ini dimulai. Mereka telah berhasil menewaskan jago-jago pihak Pandawa dari hari pertama dengan cukup mudah. Mulai dari tiga pangeran Wirata yaitu Utara, Seta dan Wratsangka. Kemudian para raja pelindung Pandawa yang harus tewas satu persatu, seperti prabu Matsyapati raja Wirata, prabu Drestaketu raja Cedi, prabu Drupada raja Pancala, dan raja-raja lainnya. Dan paling berarti tentu tewasnya dua putra Pandawa yang terkuat yaitu Abimanyu, putra Arjuna, dan Gatotkaca, putra Bima, akan menjadi tonggak kemenangan Hastina. Itulah menurut mereka dan sudah selayaknya pesta dilanjutkan dan malah ditambah lagi kemeriahannya.
Hanya Adipati Karna yang tampak sangat kecewa saat itu, Duryudana sendiri pun bisa melihat keanehan dari panglimanya ini. Dia pun bertanya, "Ada apa, Karna? Kau tampaknya tidak terlalu gembira dengan kemenangan Hastina hari ini?"
Karna pun tersentak, tidak menyadari bahwa Duryudana memperhatikan dirinya. Setelah tertegun sejenak dia pun menjawab, "Maaf, paduka. Aku hanya sedang memikirkan strategi untuk esok hari."
Duryudana terkekeh mendengar jawaban itu, lalu berkata, "Kau ini selalu serius dan terlalu bekerja keras, Karna. Kau harus ingat bahwa sekarang kau ini bukan lagi anak kusir, tapi sang panglima perang Kerajaan Hastina yang agung, tangan kanan nomor satu Prabu Duryudana yang digjaya!"
"Tentu saja, Paduka. Terimakasih atas kepercayaan yang selalu Kanda berikan padaku."
Duryudana tertawa lagi, lalu merangkul bahu Karna, "Kau ini selalu berterima kasih lagi dan lagi dan lagi, Karna. Sudahlah nikmati saja malam ini, besok sudah pasti kita hancurkan Pandawa bersama Paman Dorna, Paman Salya, Paman Sangkuni, dan barisan Kurawa yang perkasa! Kemenangan sudah di depan mata, Karna. Santailah saja, ok."

KAMU SEDANG MEMBACA
MAHACINTABRATA: SPECIAL CHAPTERS
Fiksi SejarahHai para MAHACINTABRATERS... Maaf sudah lama sekali author gak update cerita MAHACINTABRATA, minta maaf juga karena sangat slow dalam menulis update cerita Mahacintabrata, karena sedang banyak kesibukan juga musibah di RL alias dunia nyata. Tapi mud...