- ii. sulit

116 11 0
                                    

".. Jin?! Ryujin?!"

Aku tersadar dari lamunanku "Ah- Oh!"

Jaemin menyodorkan minuman botol kepadaku, aku menerimanya, dia langsung duduk disampingku, kita duduk dibangku taman bermain. Walaupun taman bermain ramai, bagiku orang-orang hanyalah angin lewat, aku selalu merasa hampa saat datang kesini.

"Na... Mereka baik-baik aja gak ya?" aku bertanya. Terdengar Jaemin menghela nafas dan menatap ke depan.

"Kamu do'a-in yang terbaik untuk mereka. Tau gak sih, selama 7 tahun aku lihat kamu begini rasanya capek, apalagi kamu Ryu...

Aku suka iba liat kamu sedih terus, bukan seminggu sekali, tapi setiap hari kamu begini. Keluarga kamu pasti gak suka liat kamu begini, please jangan gini.."

Ucapan Jaemin membuatku terdiam, tak tahu lagi menjawab apa, aku hanya menunduk lesu, menahan air mataku yang mulai kembali jatuh.

"Ma- maaf, Na." aku semakin tertunduk. Jaemin merangkulku, mendekapku erat seperti berbagi rasa sedih di antara banyaknya orang yang berlalu lalang, kita tidak peduli.

Dekapannya membuatku lebih tenang, aku merasa lebih baik sekarang.

Jaemin menepuk-nepuk pelan punggungku yang masih di dekapnya, menaruh dagunya dipundakku. "Cup cup, anak cantik gak boleh nangis terus. Inget Ryu, aku gak akan bosan bilangin kamu untuk gak nangis."

Hangat, hanya itu yang kurasakan didekapannya. Pertemanan kami sehat, walaupun dulu kita pernah saling menyukai, tapi kita berusaha menghilangkan rasa itu, dan kembali seperti teman bahkan seperti saudara.

Singkatnya, setelah orang tuaku meninggal karena suatu kecelakaan saat aku kecil, aku dan kedua kakakku dirawat oleh adik dari Papa, saat itu umurku 5 tahun beranjak 6 tahun, berbeda 4 tahun dari kakak pertama dan berbeda 2 tahun dari kakak kedua, jadi kami semua berjarak 2 tahun.

Saat aku baru berumur 8 tahun, adik dari Papa alias Paman dan Bibi mengalami kecelakaan, hal itu terulang lagi kepada keluarga kami satu-satunya. Aku yang belum mengerti apa-apa hanya menangis, tepat 3 bulan setelah meninggalnya Paman dan Bibi, aku dan kedua kakakku terpisah di taman bermain.

Aku menangis kerumunan orang, tanpa sengaja bertemu Jaemin, adiknya, dan kedua orang tuanya disana, ternyata kita bertetangga. Singkatnya, hubungan kami yang tadinya hanya sebatas tetangga menjadi sebuah keluarga.

Biaya sekolahku diurus oleh Ayah Jaemin, kebutuhan sehari-hari aku ambil dari gaji part time. Ya, aku berkerja paruh waktu di kafe dekat rumah, memang jarang masuk sih, hehe.

.

.

.

.

Aku sudah sampai dirumah ini, sendiri lagi. Beberapa kali keluarga Jaemin mengajakku untuk tinggal dirumah mereka, tapi aku menolaknya, aku tak mau meninggalkan rumah dengan berjuta kenangan ini.

Hari mulai petang, matahari mulai berpindah ke tempat lain, dan bulan mulai terlihat di antara awan putih. Sekarang aku berada di balkon lantai atas rumahku. Ya, rumahku bertingkat, tapi tak seindah rumah milik Jaemin.

Rasanya ingin menangis lagi, tapi aku ingat kata-kata Jaemin, dan ingat kata-kataku saat kecil dulu.

"Kak Jaehyun? Masih ingat kata-kataku? Sekarang kakak sama bang Lucas gak? Apa kabar kalian?" aku tertawa kecil.

"Untung ada keluarga Jaemin lho yang bersedia bantu aku. Kalian masih disini kan? Aku selalu berpikir buat ikut Mama sama Papa, tapi Jaemin selalu ada buat aku. Dia udah seperti kakakku sendiri, tapi rasanya masih berbeda saat aku sama kalian..."

"Aku kangen Mama sama Papa, kalian gak kangen? Kok gak pernah ngunjungin krematorium Papa sama Mama?"

"Kalian ikut Mama sama Papa?"

Aku terus bermonolog, setiap harinya seperti ini, aku harap Jaemin tak tahu tentang ini. Aku masih terus menangis setiap harinya, hanya aku yang tahu. Menangis dimanapun, dirumah ini terlalu banyak kenangan, entah mengapa aku selalu ingin disini walaupun sakit rasanya.

Aku berjalan lunglai ke dapur untuk memasak seporsi makanan, mungkin hanya ayam goreng. Sesekali bersenandung ria, menghilangkan stress.

Aku sudah selesai memasak, tinggal makan saja. Aku tidak pernah duduk di meja makan lagi, terlalu banyak kenangan. Aku melangkahkan kaki menuju ruang keluarga, duduk di sofa berukuran sedang dengan sandaran juga, aku menyalakan televisi, menampilkan grup kesukaanku NCT 172.

Lumayan lah hiburan.

.

.

.

.

TBC

Jung Jaehyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jung Jaehyun

Jung Jaehyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucas Wong

───────────────

next? vomment+follow, thank u!

[✔] Sulit ; Shin RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang