- iv. sulit

53 6 0
                                    

Hyunjin menyandarkan kepalanya dibahuku. Dia seperti menangis, pertama kalinya melihat lelaki yang kuat bisa serapuh ini, aku harap Jaemin menerima kehadiran Hyunjin di pertemanan kami.

Aku cukup terkejut dan tak bisa berkata-kata. "Hyun, maaf."

"Hmh, aku mulai melupakan kejadian itu. Mengikhlaskan saudaraku dan kedua orang tuaku, mencoba menjadi seorang yang pekerja keras dan lebih dewasa. Sebenarnya, selama ini aku cukup baik karena dirawat oleh pembantu keluargaku dulu." ucap Hyunjin yang masih sedikit terisak.

"Ryu? Eh m-maaf." Hyunjin sadar telah menyandarkan kepalanya dibahuku, dia otomatis menjauhkan kepalanya dan kembali seperti awal. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kikuk.

"Ryu, kamu tadi kenapa bisa ketiduran? Mimpi buruk juga?" sejujurnya aku sangat malas menjawab pertanyaan ini.

"Aku bermimpi kakak pertamaku datang ke kelas dan duduk disebelah, lalu tersenyum, dan mengatakan banyak hal, inti dari semua itu dia bilang jangan menangis, percuma menangisi hal yang tak akan pernah bisa kembali, aku hanya menyianyiakan waktu dan air mataku-

dia tak suka bahwa aku terus-terusan menangis dan sedih seperti ini. Dia bilang mataku terlihat sembab, dia bilang jika rindu kamu lihat ke langit. Dia.. Dia masih mengingat kata-kataku waktu kecil. Kupikir itu nyata, setelah mengatakan semua itu, dia menghilang. Aku kehilangannya. Aku tak mengerti maksud dari semua kata-katanya, apakah ia sudah ikut kedua orang tuaku?" aku terisak, aku menangis. Hyunjin menepuk-nepuk pelan punggungku, dia langsung mendekatkan diriku ke dekapannya.

"Cup cup, aku sering denger Jaemin ngomong cup cup anak cantik gak boleh nangis." aku tertawa kecil didalam dekapannya masih dengan air mata yang mengalir. Aku tau Hyunjin sama rapuhnya denganku, tapi dia tetap tegar.

"Kamu bawa roti? Makan dulu sana, kasian perutnya udah protes." ternyata Hyunjin anak yang baik, tak seperti kata orang-orang.

Aku mengambil kotak bekalku dan membukanya, roti tawa yang diisi selai coklat adalah menu favoritku setelah nasi goreng mentega. Aku mengambil satu potong roti tersebut dan memberikannya pada Hyunjin.

"Untukmu, makan saja, maaf kalau rasanya kurang enak." Hyunjin mengambilnya, dan menggumam 'terima kasih' sambil tersenyum dan memakannya, bersama.

.

.

.

.

Sepulang sekolah aku langsung ke rumah Jaemin untuk menjenguknya, dan jangan lupa aku membawa Hyunjin untuk menceritakan semua hal yang terjadi di sekolah tadi, aku harap Jaemin setuju jika Hyunjin masuk ke dalam pertemanan kita.

Aku sudah sampai dirumah Jaemin, dan Hyunjin berada dibelakangku, katanya dia malu dan takut akan bertemu teman baru, apalagi dipertemukan oleh keluarganya.

Aku memencet bel dan keluarlah adiknya Jaemin, Na Yujin.

"Eh kak Ryujin, ayo masuk, Mama lagi keluar tadi." Hyunjin ikut denganku, masih setia dibelakangku.

"Langsung masuk kamarnya aja, kak. Lagi main game kayaknya deh, um.. Itu siapa?" Yujin menunjuk Hyunjin, Hyunjin semakin menyembunyikan dirinya di tubuhku yang jelas-jelas lebih pendek.

"Oh ini, namanya Hwang Hyunjin. Kenapa memang? Suka ya? Deketin aja, masih jomblo kok." aku terkekeh pelan, Hyunjin memukul bahuku pelan.

"Enggak, tumben aja bawa temen. Udah, sana kak ditunggu tuh sama kak Jaemin." Yujin berlari kecil ke kamarnya.

Aku sudah tiba di depan kamar Jaemin, aku mengetuk pintu.

"Ya, masuk aja!" itu yang kudengar dari dalam kamar Jaemin. Aku masuk diikuti Hyunjin dibelakang.

"Na.." ucapku lembut, Jaemin yang sedang memainkan ponsel langsung menoleh, dia agak terkejut.

"Ngapain bawa si berandalan kesini, Ryu?" sarkas Jaemin, oke aku maklumi Jaemin memang cukup kesal karena Hyunjin sering mengangguku.

"Na, gak boleh gitu. Aku mau jelasin semua, dengerin, oke?" Jaemin mengangguk pelan, aku berjalan mendekati kasurnya dan duduk ditepi kasur, Hyujin berdiri di belakangku.

Aku menjelaskan semua kisah Hyunjin, orang yang menjadi bahan cerita hanya diam tertunduk, cukup lucu jika diperhatikan, eh.

Untung saja Jaemin mau mengerti maksudku, dia mulai bersikap baik kepada Hyunjin walaupun belum terlalu akrab.

Waktu pulang sekolah kami habiskan untung berbagi cerita, kadang aku dan Hyunjin menangis saat menceritakan masa lalu kami, Jaemin lah yang setia menenangkan kami.

Tak terasa hari sudah malam, aku rasa Hyunjin harus pulang, aku tak ingin terjadi sesuatu nanti.

"Hyun, udah jam 7 kita pulang yuk?" Hyunjin yang masih fokus bermain game dengan Jaemin menoleh kepadaku dan memasang raut wajah tak suka.

"Hey, kasihan Jaemin sedaritadi tak tidur. Ayo pulang, aku tidak mau terjadi apa-apa nanti." aku merasa tidak enak pada Jaemin.

"Biarkan. Hyunjin menginap disini saja, temani aku malam ini, tidur dikamarku, tidur dikasurku, tidur disampingku, biarkan aku merasakan mempunyai kakak." aku dan Hyunjin terkejut, Jaemin mengatakannya sambil bermain game di ponselnya.

Aku tak menyangka, Jaemin bukanlah tipe orang yang mudah dekat dengan orang baru, bahkan belum ada 24 jam kita dekat, Jaemin mengajaknya menginap?

Aku mendekatkan wajahku ke wajah Jaemin dan menepuk-nepuk pipinya pelan. "Apakah benar ini Na Jaemin-ku? Bagaimana, bagaimana bisa menjadi seperti ini? Heol, kau benar-benar berbeda, Na!" ucapku bangga.

"Hey, memangnya kenapa?" ucap Jaemin. Hyunjin memperhatikanku dan Jaemin, menatap lekat percakapan kita berdua.

"Lagi pulang besok hari Minggu, bukan?" lanjutnya. Aku hanya mengangguk dan menjauhkan diriku dari Jaemin, kembali ke tempat dudukku.

"Baiklah, aku juga akan menginap disini! Bersama Yujin ya?" Jaemin mengangguk setuju.

Akhirnya kami memutuskan untuk menginap, tentunya orang tua Jaemin suka kami disini, lebih ramai. Aku selalu menyimpan pakaianku di kamar Yujin, tak banyak, hanya beberapa untuk berjaga-jaga kalau ingin menginap. Dan Hyunjin, meminjam pakaian milik Jaemin yang sedikit kebesaran untuk Jaemin, karena badan Hyunjin sedikit lebih besar.

Aku perlahan melupakan sisi gelap kehidupan asliku, aku merasa lebih hidup, sejak kami bertiga. Aku rasa kisah ini lebih ke tentang sahabat daripada menceritakan masa kelamku ya?

TBC

vomment+follow, thank u!

[✔] Sulit ; Shin RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang