Bagian Dua

44 11 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah selama ini begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah selama ini begini

Di atas kasur spons yang sudah mulai menipis karena terus digunakan, dara yang tahun ini berada di penghujung usia 24 tahun menggeliat--merentangkan kedua tangan ke atas. Mulutnya menguap hingga memungkinkan kerumunan lalat masuk tanpa hambatan. Tangannya meraba-raba lantai di bawah kasur mencari keberadaan ponsel cerdas yang selalu setia menemaninya kemanapun--lebih setia dari band musik.

Menekan tombol power hingga layar yang tadinya hitam berubah bercahaya menampilkan gambar layar berupa fotonya ketika berlibur ke Anyer tahun lalu. "Masih pagi ternyata. Hoam, ngantuk banget." Namun tak urung Dilya  bangkit duduk lalu merentangkan kedua tangan.

Melakukan gerakan pemanasan dengan mengarahkan tangan kiri ke kanan dengan tangan kanan menjepitnya. Menghitung satu sampai delapan sebanyak dua kali kemudian mengganti tangan. Tak lupa ia meregangkan badannya yang terasa pegal akibat semalam banyaknya barang baru yang datang hingga ia dan rekan-rekannya harus segera menyusun barang-barang ke dalam raknya masing-masing.

"Capek banget, ya Allah. Mana nanti malam ganti harga lagi." Besok sudah tanggal 16 dan setiap lima belas hari sekali Algamaret selalu mengadakan promosi barang-barang yang berbeda dari sebelumnya. Hal itu menyebabkan seluruh karyawan Algamaret harus rutin mengganti kertas harga.

Bukan hanya barang promosi, bisa dikatakan semua barang harus diganti kertas harganya tiap 15 hari sekali. Ya bukan pekerjaan yang terlalu besar, hanya bila di rangkap dengan pekerjaan nge-rak sebelumnya tentu saja jadi lelah. Tak jarang mereka akan menginap di toko agar ketika tim pengawas datang (yang sering datang tak diduga) tidak memberikan nilai minus pada kinerja mereka.

"Punggung gue rasanya mau patah, mau datang bulan kayaknya. Ini lagi kost-an berantakan, astagfirullah aku berdosa banget. Beres-beres dulu lah sebelum cari sarapan."

Dilya membereskan barang-barangnya yang berantakan. Meletakkan tas di gantungan. Merapikan cucian dan mengumpulkannya bersama cucian lain dalam keranjang. Menata piring yang baru selesai ia cuci.

Membuka jendela membiarkan sinar matahari masuk hingga kamarnya tidak akan pengap.

"Mbak Ila, enggak kerja?" Tiara, mahasiswi di salah satu universitas swasta yang ngekost di tempat yang sama dengannya.

The Broked Wings Not Mean End Off AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang