1

79 9 1
                                    

Agatha tersenyum hangat pada sosok lelaki yang sudah delapan tahun bersamanya.

Raka.

Mahasiswa arsitek pendiam yang selalu memakai kemeja kebesaran dengan seluruh kancing terpaut. Celana jeans lusuh yang berganti tiga hari sekali dan sneakers hitam yang warnanya sudah memudar. Setiap langkahan kakinya tidak pernah berani menatap kedepan, selalu tertunduk.

Kini berubah seperti artis dan model papan atas. Fashionable. Tubuh tegapnya kini berbentuk kokoh dibalik balutan kemeja yang dilapisi jas dan dasi melingkar dikerah kemejanya. Celana bahan hitam yang halus, rapi dan terawat. Pantofel hitam mengkilap. Tidak lagi tertunduk, kini dengan mengagkat dagu bersama rasa percaya diri yang lelaki itu punya.

"Design Pak Adam sudah selesai?" Mobil melaju meninggalkan apartemen Gradanium Estate.

"Sudah, kok. Dari kemarin," Agatha membuka map yang ada dipangkuannya, kemudian memilah beberapa kertas dan mengambil salah satunya yang sudah menjadi sketsa bangunan milik Pak Adam.

"Waktu itu saat meninjau lokasinya, daerahnya sempit karena sudah banyak bangunan dan tanahnya sedikit miring. Aku sudah kasih tahu design kasarnya juga ke Pak Adam kalau dibagian timur gedung utama bisa dibikin sesuatu yang wah," Agatha menunjuk gambar bertulisan gedung utama yang berada dikertas itu. Kemudian beralih kesisi timur.

"Jadi, ini akan dijadikan kolam renang yang akan langsung bertemu dengan pegunungan. Tempat itu juga pas bangat sama matahari, jadi bisa sekalian berjemur. Aku sudah kasih saran ke pak Adam. Terserah, mau pakai kaca yang depannya bisa dibuka atau kaca yang atasnya dibuka."

Raka tersenyum puas pada Arsitek utama Niraga Design—yang juga berstatus sebagai pacarnya selama delapan tahun.

Mobil Raka berhenti diparkiran khusus untuk para petinggi di Niraga Design. Kemudian keluar dan mengitari mobil untuk membukakan pintu Agatha.

"Selamat pagi, Pak, Bu." Sapaan ramah untuk Agatha dan Raka saat memasuki loby kantor. Keduanya membalas tak kalah ramah.

Raka menekan angka tiga pada pada papan lift. Lantai tiga adalah ruangan milik Agatha dan juga dirinya. Pada saat pintu terbuka, didepan ruangan Raka sudah ada  Sukma—kepala divisi bagian keuangan dengan wajah cemas.

"Selamat pagi, Pak, Bu." Sukma menyapa dengan raut yang tidak bisa ditutupi. Wajahnya semakin cemas dan khawatir.

"Ada apa, Ma?"

"Raka, aku boleh langsung keruangan?" Meski menjabat sebagai pacar dari pemilik Niraga Design, Agatha tahu aturan. Mana urusan yang berhubungan dengan tugasnya, mana yang urusan pribadi kantor.

Raka mengangguk, kemudian mengusap lembut rambut Agatha dan mencium pipi wanita itu didepan Sukma, membuat Agatha mencubit perut lelaki itu.

Kurang ajar! Meski seluruh penghuni kantor mengetahui status mereka, tetap saja Agatha malu bukan main.

Agatha tidak menggubris ringisan kecil dari mulut Raka. Dia meninggalkan lelaki itu keruangan miliknya.

"Bicara didalam saja, Ma."

Raka membuka pintu ruangannya, kemudian Sukma mengikuti dari belakang.
____________

Agatha meraih bingkai foto yang berada dimeja kerja miliknya. Foto tersebut merupakan potret dirinya dan Raka semasa kuliah dulu.

Keyakinan bahwa Raka akan menjadi orang hebat terwujud dan Agatha tidak menyangka bahwa dia masih berada disamping Raka-nya. Mendampingi Raka hingga masa sekarang. Membangun Niraga Design dari masih embrio hingga kini sudah menjadi perusahaan dengan kolega bisnis tersebar di Indonesia. Sangat menjanjikan.

Taget KebohonganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang