2

53 10 0
                                    

Niraga Design atau Agatha Larasati.

Dua-duanya bagian penting dalam hidup Raka. Terlalu sulit untuk dijadikan sebuah pilihan.

Niraga Design adalah bukti perjuangan. Sedangkan Agatha adalah salah satu alasan dirinya berjuang.

Sementara pusing untuk mengambil keputusan, Rani juga mendesak Raka untuk segera memutuskan Agatha karena Rani sudah memiliki calon yang cocok untuknya. Ibunya ini, entah kapan bisa menerima Agatha. Kekasihnya selalu kurang dimata Rani.

Sialan!

"Pecat Agatha dengan cara tidak terhormat."

Tiga hari berlalu dan Raka masih belum mengambil keputusan. Selama tiga hari itu juga Raka menghindari Agatha.

Dirinya harus berfikir jernih, sementara itu Niraga semakin diujung tanduk. Raka sudah mencari investor lain, sialanya para lelaki tua berkantong tebal menginginkan keuntungan 70%, sudah gitu hanya berani memberi sedikit. Apa-apaan itu? Bukannya untung malah rugi.

Keuntungan besar untuk investor yang hanya sedikit membantu kantornya,

Atau—

Keuntungan besar untuk Niraga dengan mengorbankan Agatha?

Hubungannya dengan Agatha pun sedikit goyah karena masalah Niraga dan restu dari Rani. Pemikiran gila sudah terangkai setelah pertemuannya dengan Bayu. Mengakhiri hubungan dengan Agatha juga tidak terlalu buruk karena tidak direstui, kan? Namun, kesabaran Agatha yang menemaninya selama delapan tahun membuatnya tidak enak hati. Tentu juga karena rasa sayang terhadap wanita itu.

"Raka Pradipta!" teriakkan Rani membuyarkan pikirannya yang berat, "Kamu dari tadi dengerin Ibu ngomong nggak, sih?"

Sekitar satu jam lalu Rani datang ke apartemennya bersama seorang wanita cantik dengan membawa koper sedang.

Raka menatap wanita yang sudah melahirkannya. Kemudian beralih sekilas pada wanita disamping Rani.

Wanita dengan tinggi sekitar 165cm. Kulit putih mulus, rambut panjang blonde sedikit curly. Wajahnya lembut. Bodynya sangat menarik dengan bokong dan dada yang besar.

Hanya menarik. Karena hanya tubuh Agatha yang lebih menarik dan menggoda. Meskipun milik Agatha tidak sebesar milik wanita itu.

"Ini Olivia, anak dari teman arisan Ibu. Anaknya baik, Ka. Nggak kalah cantik dari Agatha. Lembut bangat," Rani memberikan ponsel yang menampakkan wajah lembut seorang wanita pada Raka. Lelaki itu menaikkan satu alisnya, bertanya maksud dari tujuan Rani ini, "Coba kenalan, siapa tahu kamu cocok, Ka. Bulan depan dia pulang dari LA,"

Iya, Raka ingat siapa wanita itu. Wanita yang satu bulan lalu ditunjukan fotonya oleh Rani. Dan menjadi pembicaraan utama dimeja makan selama satu bulan penuh saat dirinya pulang kerumah.

"Iya, Bu. Gak usah teriak, Raka nggak budek." Dengusnya, menatap jengah Rani karena serius dengan ucapannya satu bulan lalu. Raka tidak habis pikir dengan Rani, Agatha itu masih menjadi kekasihnya.

"Kamu denger nggak dari tadi Ibu ngomong?" Raka tidak menjawab membuat Rani mendengus jengkel, "Oliv baru pulang dari LA, nggak tahu kalau rumahnya lagi direnov. Mendadak, nggak ada persiapan tinggal dimananya. Jadi, Oliv tinggal disini sementara."

Raka melongo mendengarnya, lalu berdecih. Rani pikir anaknya ini bodoh?

"Apa?" tangtang Rani saat mengetahui wajah kesal Raka.

"Dia bisa tinggal dirumah, jadi temen Rana."

"Nggak bisa."

"Bu—"

Taget KebohonganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang