Agatha memasuki loby kantor dengan tatapan para penghuni mengikuti langkahnya. Bertanya melalui tatapan, 'Kemana saja tiga hari nggak masuk?'
Setelah kejadian itu, Agatha memutuskan untuk tidak bertemu Raka selama tiga hari. Menutup semua akses Raka dengan memblokir semua yang bisa Raka hubungi—pulang kerumah orang tuanya saat hari mulai menggelap. Karena Agatha harus menenangkan diri terlebih dahulu.
"Masih ingat rumah? Udah cape, kan? Nyerah aja, Tha."
"Kamu hidup udah enak, gampang, malah nyari yang susah."
Agatha masih ingat sambutan papah dan mamahnya saat Agatha menginjakkan kaki dirumahnya, sendiri.
Sialan! Itu rumahnya sendiri mengapa seperti orang asing?
Setibanya diruangan, Agatha langsung mengunci pintu—menutup seluruh kaca ruangannya—duduk dikursi kerja—menyalakan laptop dan mulai mengetikkan sesuatu.
"Lo pasti bisa, Agatha!"
"Ini pilihan yang tepat!"
"Jangan ragu, jangan takut. Lo nggak akan nyesal setelah ini!"
Agatha menguatkan dirinya sendiri saat mesin pencetak mulai bergerak mengeluarkan selembar kertas berisikan tulisan yang baru saja dia ketik. Kemudian Agatha mengambil dan melipat nya, lalu memasukkan nya ke sebuah amplop.
Surat pengunduran diri.
Agatha ingin sekali tetap tinggal. Namun, Agatha tidak ingin membuat dirinya semakin kalut, berantakkan dan mengenaskan. Bekerja bersama orang yang melukainya bukanlah pilihan tepat. Raka bisa menganggap dirinya budak cinta. Sebab, setelah untuk kedua kalinya dikhianati masih saja bertahan. Atau menilai bahwa Agatha takut kehilangan harta Raka. Lucu sekali. Agatha bahkan bisa saja membungkam mulut Raka dengan harta yang keluarga besarnya punya. Niraga hanya seujung kukunya saja dibandingkan dengan kekayaan Oma Nadia.
Selain itu, bisa saja dirinya menjadi tidak profesional. Kinerja nya menjadi buruk karena pikirannya mudah terkontaminasi dengan apa yang terjadi antara Agatha dan Raka.
Tidak ada pilihan selain ini. Jalan hidupnya benar-benar menggelikan. Delapan tahun menemani Raka-nya yang gembel hingga akhirnya menjadi seperti sekarang. Mengurus Niaraga Design bersama. Dari masih ruko hingga kini gedung berlantai tujuh belas. Meninggalkan rumah karena Agatha percaya Raka-nya adalah kehidupan baru yang tuhan kirim.
Sebenarnya, Agatha sudah memiliki keinginan itu sejak SMP kelas 9, namun saat itu dirinya masih terlalu kecil, masih terlalu takut. Dan baru berani mengambil keputusan saat kuliah. Saat menemukan sesuatu yang baru bersama Raka.
Agatha memejamkan mata seperkian detik lalu membukanya kembali. Wanita itu mengeram saat tidak sengaja matanya justru menemukan foto dirinya dan Raka dimejanya.
Agatha meraihnya dan langsung membuang ketempat sampah yang berada didekatnya.
Agatha menggigit bibir bawahnya kuat, mengalihkan rasa sesak yang kembali menguasai dirinya. Perlahan matanya mulai memanas. Tidak, Agatha tidak boleh menangis. Wanita itu sudah berjanji saat itu, setelah mobilnya terparkir dirumahnya, dirinya tidak boleh menangisi seorang bajingan atau nanti keluarganya akan menertawai lelucon yang dirinya mainkan sudah berakhir. Bukan karena keluarga saja, Agath juga tidak boleh larut dalam kubangan luka ini. Agatha tidak boleh menyiksa dirinya karena Raka. Cukup Agatha menyiksa dirinya karena keluarga saja.
Setelah menghabiskan waktu hingga hampir jam makan siang, akhirnya Agatha keluar dari tempat persembunyiannya. Mengabaikan seluruh pasang mata yang ingin sekali tahu apa yang sedang terjadi dengan Arsitek utama Niraga Design sekaligus pacar dari bos mereka—hilang selama tiga hari, lalu masuk kedalam ruangan dengan mengurung diri sampai tidak ada yang bisa menerobos masuk karena Agatha mengabaikan seluruh ketukkan dipintunya, mengabaikan telfon yang masuk diruangannya. Peduli amat dengan omongan orang yang pasti mengatakan Agatha tidak profesional atau seenak jidatnya. Toh, dia akan tetap meninggalkan Niraga Design—biro Arsitek, yang wanita itu kembangkan bersama Raka sejak masih piyik hingga kini menjadi sesuatu yang wah dan sangat menjamin. Juga meninggalkan kebrengsekkan Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taget Kebohongan
RomanceSatus sosial yang membuat hubungan Agatha dan Raka terhambat oleh restu dari orangtua kedua pihak. Namun, Agatha dan Raka tidak menyerah. Agatha yang statusnya sebagai kalangan atas, ditentang keras hubungannya dengan Raka oleh keluarga besarnya. H...