3

64 10 1
                                    

Agatha tiba dikantor dengan malas. Sudah satu minggu dirinya bekerja dengan membawa mobil sendiri. Sikap Raka juga semakin aneh. Tidak pernah datang lagi keruangannya, mengajak makan siang atau menginap diapartemen nya.

"Kamu duluan aja, Tha. Kerjaan aku masih banyak," Begitu jawaban Raka jika Agatha yang mengajaknya makan siang akhir-akhir ini. Sepertinya Agatha harus bicara dengan Raka.

"Raka sudah datang?" tanya Agatha pada sekretaris Raka.

"Belum, Bu." Agatha mengangguk, setelah itu kembali keruangannya.

Setengah jam berlalu Agatha semakin gusar bersama tumpukkan kertasnya. Agatha bangkit dan pergi ke pantry. Membuat satu cangkir kopi hitam dengan satu setengah sendok gula. Setelah mendapatkannya Agatha kembali keruangannya. Duduk disofa lalu menyalakan televisi.

Pemilik AS Arsitek Corp menjejal dunia baru. Tahun depan-pesta demokrasi akan dimulai. Banyak sekali pengusaha muda yang menjadi kandidat, salah satunya pengusaha muda Andra Sadewa. Lelaki berumur 26 tahun itu akan menjadi salah satu calon Gubernur Jawa Barat, menggantikan Bapak Feri yang sudah menjabat selama 2 kali. Mari kita simak alasan Andra terjun kedunia politik.

Agatha sempat bergeming mendengarnya. Wanita itu benar-benar tidak pernah ingin tahu apa yang terjadi dengan keluarganya. Kalau bukan karena berita ini, mungkin Agatha tidak tahu jika masa jabatan papahnya akan segera usai.

Agatha kembali fokus menonton berita ditelevisi ruangannya yang tengah menampilkan salah satu pengusaha muda sukses yang Agatha ketahui sangat berwibawa, percaya diri, jiwa pemimpin, tampan dan kaya raya-tipe menantu idaman Mahendra. Hanya satu sikap buruknya, suka gunta ganti wanita. Lelaki yang tidak masuk dalam list calon pacar Agatha. Sangat jauh berbeda dengan Raka.

Ingatan Agatha dipukul mundur ke beberapa tahun silam-saat Papahnya terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat. Seperti biasa, demi menutupi identitasnya Agatha harus menyamar menjadi gadis nerd. Kalau saja itu bukan acara papahnya, malas sekali Agatha hadir di fake circle.

Malam itu hanya ada satu orang yang menarik perhatian Agatha, kehadiran Andra Sadewa. Agatha ingat sekali bagaimana sopannya Andra didepan keluarganya, menangkap bahwa itu memang sikap aslinya, tidak ada pencitraan. Sikapnya yang lembut dan tidak memandang siapa dirinya-meski dalam penampilan nerd.

"Hai..." sapanya saat Agatha sedang mengambil minuman.

Agatha tersenyum kaku, "Halo..."

Hening.

"Aku duluan, ya." Agatha berusaha keluar dari situasi canggung tersebut. Alih-alih terbebas, justru semakin terjebak.

"Boleh gabung?"

Ah, mau tidak mau Agatha menuruti. Mana mungkin menolak, bisa kena semprot kalau Andra menceritakan kepapah dan Omanya. Akhirnya mereka duduk disatu meja.

"Agatha, maaf sekali." bukanya tidak enak, "Kok, saya nggak pernah lihat kamu, kalau ada acara seperti ini, ya?"

Agatha yang sedang mengunyah kue tersedak, dengan sigap Andra memberinya minum, tangannya bergerak untuk mengusap punggung Agatha. Manis sekali bukan? Kalau lelaki lain, mana mungkin mau duduk bersama gadis nerd, tetapi makeup bold. Sangat aneh.

Sadar, Agatha. Ingat Raka, dan ingat bahwa Andra seorang playboy.

Sebelum kedatangan Abhi dan Rena, Agatha sesekali meliriknya dan ternyata Andra juga tengah menatapnya. Tidak ada percakapan berarti, namun, kehadiran Abhi dan Rena cukup membantunya keluar dark situasi aneh yang terbentuk bersama Andra. Tak sampai disitu, Agatha lagi-lagi menangkap Andra sedang menatapnya saat melakukan sesi foti dengan keluarga besarnya.

Taget KebohonganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang