BAB 1

79.8K 9.3K 72
                                    

Gadis bernama Agatha itu mengacak-acak rambut panjangnya dengan frustasi, berharap otak udangnya itu mengerti dengan maksud dari novel yang baru saja ia baca.

Sudah lebih dari tiga kali Agatha membaca buku fiksi dengan sampul berwarna merah muda tersebut, tetapi ia masih belum mengerti  bagian terakhirnya.

“Hah …. aku lelah, lebih baik tidur daripada memikirkannya,” Kata Agatha.

Ia melirik jam dinding biru yang menunjukkan pukul sebelas malam, melewati jam tidur biasanya. Ia kembali menghela napas panjang, bola matanya berputar malas.

“Indahnya kehidupan,” Ucapnya ketus.

Ia berjalan menuju tempat tidur yang berada di pojok ruangan. Sebelum itu, ia merapikan meja belajar dan juga mengambil bungkus makanan yang berserakan di lantai.

Acara berberesnya pun selesai, Agatha membaringkan tubuh kecilnya di kasur yang empuk. Ia beberapa kali berputar, agar mendapatkan posisi tidur yang nyaman. Tak lupa dengan guling kesayangannya, tak peduli jika gulingnya itu akan berubah menjadi pocong, ia akan tetap menyayangi gulingnya.

“Selamat malam,” Agatha bermonolog. Sesudah membaca doa, ia memejamkan mata. Tetapi, malam ini terasa berbeda dengan malam sebelum-sebelumnya.

***

Cahaya matahari masuk, menembus matanya yang masih tertutup rapat. Ia menggeram kesal, gadis itu pun memutar badannya, membelakangi cahaya matahari. Namun, cahaya itu tetap kokoh untuk membangunkannya.

Ia mengulurkan tangan, mencoba meraih ponsel yang ia letakkan di meja. Agatha menyerngit keheranan, ia tak merasakan meja kecil yang terletak di samping ranjangnya.

Dengan spontan, ia duduk dengan nyawa yang belum terkumpul. Agatha semakin keheranan setelah melihat benda-benda yang tidak pernah Agatha lihat.

Ia semakin dibuat bingung dengan ranjang besar yang sedang ia hinggapi sekarang.

Ruangan yang asing ini membuat Agatha berasumsi bahwa ia sedang diculik. Dengan cepat Agatha menggelengkan kepala, membuang jauh-jauh pikirannya itu.

“Mungkin aja, aku diculik holkay.” Agatha mulai tertawa.

“Tidak mungkin lah, bodoh.”

Untuk sejenak, Agatha tak memikirkan apapun. Sampai ia berinisiatif untuk berjalan menuju cermin yang berada di dekat sebuah meja berwarna emas.

Agatha turun dari ranjang, ia menatap kedua kakinya yang terasa seperti menyusut. Tubuhnya pun terasa sangat ringan, Agatha menggaruk kepalanya bingung.

“Aduh!”  Tak sadar, ia telah menarik beberapa helai rambut. Agatha mengerjapkan matanya saat melihat helaian rambutnya yang tidak berwarna hitam, melainkan berwarna putih keperakan.

Ia ingin berteriak sekarang, rambut hitam yang menjadi kebanggannya itu berubah menjadi warna putih.

“Nggak mungkin uban ‘kan?”

Agatha semakin mempercepat langkahnya. Ia merasa aneh, mulai dari ruangan yang asing, kakinya atau tubuhnya yang menyusut serta rambutnya yang berubah menjadi putih.

Sampailah Agatha di depan cermin bulat besar. Betapa terkejutnya Agatha yang tak mendapati bayangannya di cermin. Melainkan pantulan seorang gadis kecil yang kemungkinan berumur sepuluh tahun.

ASRAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang