Seorang anak laki-laki dan perempuan sedang berpelukan di tengah hamparan bunga yang berwarna-warni. Anak gadis itu mengangkat kepalanya sambil tersenyum sumringah.
Si bocah laki-laki mencubit hidung kecil temannya sampai memerah. "Hei, sakit!" Protes gadis itu. Ia melepaskan pelukannya. Bersedekap dada sambil mendengus jengkel.
"Maaf, Alyena." Bocah itu terdengar tidak berucap dengan tulus.
Alyena mendesis kesal. Mengetok kepala anak laki-laki itu walau harus berjinjit. "Pendek," Ledeknya dengan bangga.
Wajah Alyena bersemu merah. Meremas sisi gaunnya dengan kuat. Ia menggeram kesal, ingin memukul anak itu sekali lagi."Kau yang terlalu tinggi!"
"Terima kasih ... "
"Kok terima kasih? Kau itu terlalu tinggi, seperti jerapah."
"Jerapah? Hewan dengan leher panjang itu, oh astaga." Anak laki-laki itu menyentuh lehernya dengan panik.
Alyena tertawa cekikikan. Ia berlari kecil sembari melompat-lompat. Anak laki-laki itu menatapnya sendu. Mencoba untuk menerawang apa yang akan terjadi di masa depan.
"Alyena, kita ... akan terus bersama 'kan?"
Alyena mengangguk dengan tegas. "Tentu saja, bahkan maut takkan bisa memisahkan kita!" Alyena memeluk tubuh jangkung anak itu dengan sangat erat.
Yarrow menatap Alyena dengan datar. Gadis itu dengan cepat berlari ke arah Hugo dan segera menodongkan pistol ke arahnya. Hati lelaki itu mencelos.
Darah keluar dari mulut Hugo, ia kesulitan bernapas. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Alyena menutupi dada Hugo yang terkena tembakan. Sekilas terlihat cahaya di balik jari-jari itu.
Yarrow menurunkan pistolnya, melirik Sophia yang menangis ketakutan. "Kenapa kau menembaknya! Oh tidak, pangeran!" Teriak Sophia panik.
Yarrow mencegat Sophia yang hendak menghampiri Hugo. Menatap tajam gadis itu, membuatnya mundur.
"Apa maumu!" Alyena mengencangkan pegangannya pada pistol. Mengambil ancang-ancang untuk menembak.
"Alyena ... apakah kau tega menembak temanmu sendiri?" Yarrow memutar-mutar pistolnya dengan santai. Alyena membalas tatapan Yarrow tak kalah datar.
"Jangan bercanda, aku bahkan tidak mengenalmu, bajingan!"
Alyena terdiam. Ia mengangkat kepala dengan mata yang membola. Menatap topeng putih Yarrow dengan lamat. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.
Sensasi menakutkan tapi juga menyenangkan untuk Alyena. Ia tersenyum lebar. Sophia bahkan menatap Alyena bingung. Hugo memandangi mata Alyena. Ia tahu apa maksud dari tatapan itu.
Hugo ikut menatap Yarrow dengan intens.
"Kau ... Kau adalah Zotikos," Ceplos Hugo.Yarrow diam tak menjawab. Ia hanya berdiri tegap, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Alyena menatap tajam Yarrow setajam pisau.
Alyena memantapkan posisi pistolnya. Menyeringai lebar, seperti telah menunggu saat-saat ini.
Saat hendak menarik pelatuknya, Hugo melarang Alyena. Menurunkan pistol itu dengan sedikit tenaga. "Kau gila?" Tanya Alyena dengan nada tinggi.
Dari sana, Yarrow memperhatikan kedua orang itu. Ia mengangkat pistolnya kembali. Mengarahkan pistol itu ke Hugo.
Sophia menutup matanya tak berani melihat.
Beberapa menit Sophia menutup matanya. Tapi ia tidak kunjung mendengar suara tembakan. Sophia mengintip sedikit dari celah jarinya.
Rupanya, tangan Yarrow berhenti di udara. Ia tak kunjung menarik pelatuk karena tiba-tiba dirinya merasa ragu untuk menembak. Alyena menyeringai, ia segera mengambil kesempatan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASRAR [TERBIT]
Fantasy(Judul sebelumnya: The Graceful Villain) "Kita akan terus bersama, sampai maut tidak bisa memisahkan kita berdua." Agatha, gadis yang mempunyai hidup biasa-biasa saja. Tidak ada yang unik dalam hidupnya. Suatu hari, Agatha membaca ulang sebuah novel...