Setelah melalui seleksi yang diikuti pejabat kelas untuk menentukan 3 kandidat ketua OSIS, akhirnya aku ada diantaranya bersama Ameq dan Loka.
Kampanye di adakan 1 minggu setelah penentuan kandidat hari ini.
"Gila.. Gila.. Anak IPS masuk calon" Andra menghampiriku, yang saat ini berada di depan Aula, bersama dengan Ameq dan Loka.
"Lebay! Ada juga Ameq kan, pecah gak nih suara?" tanyaku dengan muka serius
"Mau pecah seberapa juga tetep IPS pasti yang menang hahaha" Andra ketawa
"Jadi aku gak diperhitungkan nih?" bicara Loka dengan nada santai
"Gak" Aku, Andra dan Ameq kompak dan serempak menjawab pertanyaan Loka
"Ih jahat" Kini kami berempat tertawa bersama.
Mitos yang beredar di SMA ini, dari dulu gak pernah ada calon ketua OSIS yang berasal dari kelas IPS, apalagi menang, nyalon aja gak masuk. Kalian taulah seperti yang aku jelaskan diawal tulisan ini. Anak IPS yang sedikit jumlahnya, dan dianggap tidak kompeten untuk mengurus organisasi terbesar SMA, lekat dengan stigma pembuat onar, kebanyakan ngocol dengan bermacam-macam hal dan lebih suka main-main.
Semoga mitos yang entah datang dari mana itu, punah dan tidak ada lagi untuk kali ini.
-000-
Seminggu berlalu, kampanye yang tidak ada duitnya, tidak berdasarkan pesanan dari siapapun, seluruh unsur di sekolah ini sukarela berkampanye agar calon yang dijagokan nya terpilih.
Anak IPS tentunya paling bersemangat, bukan karna solidaritas satu jurusan, tapi demi tujuan yang sangat ingin mereka capai, yaitu acara akhir semester sekolah ini; Konser!
Aku menjadi orang yang paling diuntungan dengan itu. Bukan karena basic ku seorang musisi tingkat sekolah, atau orang yang paling mencinta musik dari pada kandidat lain. Tapi karena beberapa bulan yang lalu, saat menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS, pencapaianku yang paling diketahui orang adalah menghadirkan konser SMA yang membawa band nasional sekaliber Tipe-X.
Bukankah hal itu menjadi terdengar biasa saja? Semua orang mampu melakukannya? Mungkin iya, jika tulisan ini dibuat oleh siswa SMAGA Semarang, atau SMA diluar Demak, yang notabennya sekolah mereka sudah terkenal dan sangat mudah mendapatkan vendor untuk mendukung diadakannya konser musik di sekolahan.
Tapi saat itu, saat sekolah kami ingin mendatangkan band nasional, tidak ada satu vendorpun di Demak yang mau untuk mensponsori acara tersebut. Tapi karna tidak ingin mengecewakan sekolah kesayanganku ini, berbagai hal aku lakukan agar konser tetap dapat dilangsungkan, sebagai bentuk perpisahan yang menyenangkan bagi kakak kelasku di kelas XII.
Akhirnya acara itu dapat berlangsung dan keberhasilanku itu membuat vendor-vendor besar mulai melirik SMA ini, awal mula OSIS makin melebarkan sayapnya.
Ingin mengulang momen itu, kampanye sukarela yang riuh dikantin, dikoprasi, dan dikelas-kelas terjadi begitu saja.
Tiba harinya pemilihan.
Butuh waktu untuk panitia yang dilakoni MPK melakukan pemungutan suara, kurang lebih 3 jam, seluruh siswa dan guru bergantian melakukan pencoblosan surat suara di aula sekolah.
"Untuk tahun ini secara resmi saya ucapkan kepada siswa IPS, selamat tahun ini tahun kalian" Pak Yanto selaku kepala sekolah membacakan hasil pemilu SMA melalui mic dan berdiri didepan ruang BK yang strategis menjadi sebuah tempat yang dapat dilihat seluruh siswa dari luar kelasnya, kecuali kelas XII yang berada dibangunan bagian belakang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naraeswari
Teen FictionApa yang bisa Ge lakukan, seluruh dunia dan keyakinannya berantakan setelah hidupnya diburu banyak pertanyaan dan gangguan dari Nara, seorang siswa SMA kelas X yang notabennya adalah adik kelasnya. Hari-hari nyaman yang harusnya dia jalani sebagai K...