Aku suka saung. Mau saung yang di hotel dan restoran, mau saung di tengah sawah yang cuman atap jerami, aku suka semua.
Dulu aku pernah makan timun yang baru dipetik, di dalam saung yang atapnya cuman selutut (kayak gorong-gorong, didalamnya berbaring atau duduk). Nikmat banget, padahal cuman makan ketimun.
Tapi Alfi bikin aku trauma sama yang namanya saung. Sampai sekarang aku susah sekali melupakan kejadiannya.
Ceritanya dimulai dari iseng-iseng yang berkibat fatal. Aku join grup di fesbuk, lalu kenal sama Alfi. Anaknya baik dan alim, aku suka.
Suatu ketika Alfi ngajak ketemuan, kubilang boleh saja asal ada tempat buat ketemuannya. Biasanya ketemuan batal karena sama-sama ga punya tempat.
Tapi Alfi rupanya beda. Dia bilang ada kok tempat buat ketemu, asal mau di saung sederhana.
Aku bilang lokasinya jauh, kalau deket boleh saja di saung sederhana.
Alfi bilang dia bisa jemput.
Habislah alasanku. Padahal semula tidak ada niat serius mau ketemu.
Jam lima sore Alfi menjemput. Kami naik motor boncengan ke kampung Alfi.
Saungnya sederhana tetapi cukup lengkap. Ada listrik, dispenser dan alat-alat dapur seadanya. Tempat tidurnya besar seukuran king bed, dari bambu dengan kasur busa tipis sekali. Diatasnya dipasang kelambu usang agar yang tidur tidak dikerubungi nyamuk.
Saung ini terletak di tengah kebun, jadi nyamuknya memang banyak banget.
Tapi di saung itu juga ada Bang Boim, gadun gemuk dan agak jorok yang tugasnya jaga kebun. Alfi gak cerita kalau ada orang lain sebelumnya. Aku males banget tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur. Nyesel juga gak bawa kendaraan, jadinya gak bisa pulang sendiri. Manggil ojol juga susah karena tempatnya terpencil.
Akhirnya kami tidur bertiga malam itu. Tengah malam aku dibangunin, diajak 3some. Aku gak mau karena meskipun Alfi lumayan cakep tapi Bang Boimnya bikin aku ilfeel. Jadinya mereka main berdua. Mainnya berisik banget karena Bang Boim type bot gadun yang berisiknya keras dan ga henti-henti.
Aku sebenarnya suka ngeliat Alfi main. Anaknya imut dengan permainan ala top ganas. Masalahnya cuman satu, Boimnya ini jorok dan berisik banget. Aku rasanya mau muntah.
Akhirnya sambil menutup telinga aku bisa juga tidur. Sayangnya baru sebentar aku terbangun, Alfi lagi ke kamar mandi dan Boim menggerayangi tubuhku yang bugil. Mungkin ia membuka bajuku ketika aku tidur.
Dia menjilati seluruh tubuhku dengan kasar, dengan ludah yang bau. Benar-benar mengenaskan.
Aku merasa diperkosa meskipun akhirnya aku bisa memaksanya berhenti.
Sambil bersungut-sungut Boim ke kamar mandi.
Aku bingung mau pakai baju atau mandi dulu, rasanya seluruh tubuhku ternoda sehingga pengennya mandi pakai air dan sabun sebanyak-banyaknya. Tapi kalau aku nyusul Boim, sama juga mandi bertiga. Ogah banget.
Akhirnya kututupi badanku pakai kain sarung entah punya siapa. Selesai Alfi dan Bang Boim mandi, barulah aku ke kamar mandi yang letaknya terpisah agak jauh dari saung induknya.
Rupanya pengalaman hororku belum selesai. Pas lagi mandi, kudengar ada suara mendesis yang keras dan dekat. Ketika kutengok ada ular cobra hitam tegak dengan lehernya, memandangiku dengan mata seperti bercahaya.
Aku kaget dan ketakutan setengah mati sehingga berteriak keras, kemudian pingsan.
Aku tak tau apa yang terjadi. Tapi menurut Alfi, teriakanku keras banget sehingga beberapa orang kampung datang. Badanku yang bugil ditemukan di kamar mandi, digotong rame-rame ke saung. Aku benar-benar malu kalau membayangkan kejadiannya.
Pas aku bangun, masih ada orang-orang kampung disitu. Bang Boim sudah memakaikan baju, aku tahu dia yang memakaikan dari cerita Alfi.
Itu benar-benar pengalaman terburuk yang membuat aku phobi sama saung, gubuk dan semacamnya. Meskipun di restoran atau kafe, aku langsung menolak kalau diajak ke tempat yang bentuknya mirip saung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay Nanggung
Historia CortaNamanya Faraby, mungkin keturunan Arab mungkin juga tidak. Orang-orang bilang itunya gede dan panjang. Tapi cerita ini lebih banyak berisi dialogku dan Faraby. Meski kadang kubuat cerita untuk latarnya juga, tapi tema sentralnya adalah tentang Farab...