IX

508 116 60
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Kami mengunjungi perkebunan yang baru saja dibicarakan oleh Helios. Setibanya di sana, aku dibuat terkejut, begitu pun yang lainnya. Tampak sekali terpatri kuat di raut wajah mereka.

Beberapa babi hutan dan hewan liar pengerat lainnya dikumpulkan menjadi satu di sisi lain kebun dengan kondisi yang tidak lazim. Tubuh dari hewan-hewan tersebut tampak putih pucat dan kaku seperti membatu. Apa yang menyebabkan mereka begini?

Corvius tiba-tiba menarik lengan bajuku dan ia menunjuk ke arah langit.

“Ada ap-”

Lidahku terasa kelu setelah melihat apa yang ada di sana. Burung-burung itu lagi. Sebenarnya ada apa? Apakah tingkah mereka begini karena mengetahui ada sesuatu yang tidak beres?

“Nyonya!” panggilku pada seseorang yang akhirnya dapat kutemui di sini. Entah di mana keberadaan nenek tua itu di saat aku ingin menanyainya banyak hal.

“Kau ... siapa?” tanyanya dengan wajah waswas.

“Ah, aku pendatang di sini. Kami yang akan membantu seluruh rumah di desa Cetus untuk kembali mendapatkan aliran air,” ucapku. “Namaku Orion Helix. Kau bisa memanggilku Helix.”

Wanita itu menatapku ragu, setelahnya ia memperhatikan ke arah teman-temanku yang sedang memeriksa ke setiap sudut kebun.

“Mereka teman-temanku,” ucapku lagi memberitahu. “Oh, kami juga sudah bertemu dengan nyonya Merie.”

“Begitu,” angguknya tiba-tiba tersenyum ramah. Ah, apakah semua hal yang ada di desa ini hanya boleh dilakukan atas izin nenek tua itu?

“Aku ingin bertanya tentang beberapa hal kalau kau mengizinkan,” ucapku berusaha sopan dan hati-hati.

Wanita itu membuka topi kerucut anyamannya sembari beristirahat di pinggiran pematang yang mengarah ke kebun labu. Tentu saja aku mengikuti apa yang dilakukannya, tidak mungkin aku berbicara dengannya yang duduk sementara aku berdiri.

“Bertanya? Kau ingin bertanya tentang apa, Nak?” tanyanya.

“Ah, kudengar air di desa ini, maksudku ... di beberapa rumah-”

“Ya, mati. Ku rasa desa ini sudah dikutuk,” ucapnya terdengar pasrah.

“Astaga, Nyonya. Bagaimana bisa kau berasumsi begitu?” tanyaku bingung.

Wanita itu menatapku dengan mata menyipit. “Beberapa hari yang lalu ... seseorang telah mati di sini, di desa ini.”

“Mati? Karena dikutuk?” Keningku mengernyit.

Kepalanya menggeleng lemah. “Tidak ada yang tahu. Kami menemukannya di sekitaran air terjun dengan kondisi tubuh yang ... sama seperti hewan-hewan itu.”

Wizards Journey : The Cursed VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang