XII

379 93 34
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Saat itu juga kami membongkar penutup alat penyaring air tradisional yang sebelumnya sempat kucurigai karena masalah seekor katak. Eris mengernyit memperhatikanku yang sibuk melihat-lihat tiga bak besar berbeda yang tertanam di tanah. Bak pertama merupakan bak pengendap, lalu airnya dialirkan ke bak kedua yang berisi pasir-pasir penyaring, sementara bak ketiga merupakan air bersih yang sudah siap dialirkan ke rumah-rumah warga.

“Kami memasak airnya sebelum dikonsumsi,” ucap Eris.

Aku mengangguk paham. Sepertinya tidak ada yang mencurigakan di sini. Lalu apa yang kulihat tadi? Apa yang bergerak-gerak dan membuat katak itu membeku? Sejujurnya aku juga belum mengatakan perihal ini pada yang lain, takut-takut aku salah melihat, dan benar saja.

“Jangan katakan kalau kau ingin melakukan ini agar bisa terhindar dari permintaanku tadi.” Mata Eris menyipit padaku, ucapannya terdengar lebih galak dari pertemuan kami di awal.

“Ayahku seorang Disipliner, kau pikir dia akan diam saja saat mengetahui anaknya diperlakukan seperti ini? Pemaksaan,” ucapku santai.

Dalam hati sebenarnya aku terkikik geli. Disipliner? Aku hanya memanfaatkan fakta saja. Siapa yang ingin mati konyol hanya karena melakukan sumpah morietur seperti tadi? Sejujurnya kedatangan kami kemari memang untuk membantu. Tetapi siapa sangka masalahnya serumit ini dibandingkan permasalahan teknologi?

“Kau yakin tidak akan melibatkan mereka yang berwenang? Ini masalah besar.” Aku berdiri setelah berjongkok cukup lama. Helios, Arctur, Bailey, dan Wiles masih sibuk berbincang soal sistem penyaringan air, sementara Corvius sibuk mencatat dibantu Avior.

“Dan aku akan melangkahi para tetua di sini, Tuan Helix. Aku meminta bantuanmu dan teman-teman yang lain hanya karena kalian berada di sini saat kejadian dan sudah terlanjur tahu banyak.” Eris menoleh sejenak ke arah perumahan yang nampak masih sepi meskipun matahari sudah meninggi.

Daguku menunjuk ke arah kanan. “Kau tahu siapa dia?” Eris melirik ke arah Corvius lalu beralih padaku tanpa jawaban. “Ayahnya bekerja di departemen Hukum Sihir.”

“Oh, itulah kenapa kalian mengatakan bahwa aku akan dikurung di Inferitum jika sesuatu terjadi padanya?” Eris terkekeh namun aku menyadari bahwa tampaknya ia tidak terlalu berminat pada sesuatu yang berurusan dengan 'perkotaan’.

“Begitulah.” Aku mengedik. “Tidakkah kau memiliki cita-cita?”

“Cita-cita?”

Aku mengangguk. “Bersekolah dan mendapatkan rekomendasi pekerjaan yang lebih baik.”

“Kau mau membiayainya?” tanyanya menantang.

Aku tersenyum simpul seraya menatap langit biru. Masalah penyaringan air tidak dapat kami temui titik cerahnya. Semua tampak normal-normal saja, lalu bagaimana sekarang? Apakah memang bukan air yang menjadi masalahnya? Tetapi semua kejadian berawal dari sungai dan air terjun. Mungkin hanya nyonya Merie sajalah yang memiliki perbedaan kasus.

Wizards Journey : The Cursed VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang