.
.
Samar-samar cuitan burung terdengar di telinga. Aku sempat terkejut mengetahui kasurku yang empuk berubah menjadi keras, namun beberapa menit kemudian aku sadar bahwa ini bukanlah rumah yang biasa aku tinggali bersama ayah dan ibu. Setelah membiasakan mata dengan cahaya, aku menggeliat karena merasakan pegal-pegal yang luar biasa.
“Oh, Avior. Di mana yang lain?” tanyaku saat menyadari semua ranjang telah kosong kecuali miliknya dan milikku. “Dan kau sudah bersiap? Maksudku, sepertinya kau tidak terlihat seperti orang yang baru bangun.”
“Memang tidak.” Avior tersenyum. “Aku baru saja mengganti bajuku yang basah, sementara yang lain masih bermain di air terjun.”
“Bermain?” Mataku membulat. “Bukankah kita tidak boleh sembarangan-”
“Kalau malam,” angguknya. “Kegiatan kita memang dibatasi sesuai dengan kebiasaan mereka. Pergilah ke sana sebelum semua orang kembali.”
Aku mendengkus kesal. “Kenapa aku tidak dibangunkan? Kenapa kalian bangun pagi sekali? Pukul berapa ini?”
“Pukul sembilan pagi. Kami sudah membangunkanmu, tetapi kau tidak bergerak sama sekali.”
Sejenak aku memperhatikan ekspresi Avior, menelisik untuk mencari kemungkinan kalau-kalau ia berbohong. Namun nihil, aku tidak menemukan celah sedikit pun.
“Apakah kau kesulitan untuk tidur?” tanyanya sambil membereskan pakaian.
Aku mengernyit bingung. “Dari mana kau tahu?”
“Ah, jadi itu benar?” tanyanya lagi seraya terkekeh. “Aku hanya menebaknya. Kau terlambat bangun, maka kuasumsikan kau kekurangan waktu tidur.”
Kepalaku mengangguk paham. Alasannya memang masuk akal dan lagi pula itu benar, aku memang kesulitan tidur semalam.
“Apakah Helios mengatakan sesuatu pagi ini? Atau Corvius meracau lagi tentang kekhawatirannya?” tanyaku membuat Avior menatapku lurus.
“Jangan berkata begitu, kau tahu benar Corvius. Dia tidak pernah membual soal apa yang telah diucapkannya.”
“Kalau begitu, kau percaya tentang soal tuduhannya pada Helios? Apakah kedatangan para Disipliner kemari karena ... tahanan itu bersembunyi di sini? Apakah kita kemari untuk menghadapi mereka?” tanyaku semakin penasaran. Avior hanya mengedik kecil.
Sudah kuduga semua orang percaya pada Corvius, sebenarnya termasuk aku. Ayahnya bekerja di kementerian, tepatnya di departemen Hukum Sihir. Mereka bertugas memberi putusan hukuman dan masa tahanan terhadap siapa saja yang melanggar aturan di Delonix.
Lalu, apa yang menjadi masalahnya? Jawabannya yaitu karena ayah dari Corvius pasti sangat tahu, tahanan seperti apa yang saat ini sedang dicari-cari, seberapa bahayanya dia, dan aturan apa yang dilanggarnya hingga perlu diberi putusan untuk dikurung di Inferitum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizards Journey : The Cursed Village
FantasiPenduduk yang tersisa tampak terpukul melihat salah satu saudara sedesanya harus mati dalam kondisi yang tragis. Desa Cetus, adalah desa yang dikutuk. Begitu yang mereka tanamkan dalam pikiran. - Orion Helix Ver. #1 Ilmusihir 5/2/21 DON'T COPY MY WO...