***
Atmosfir panas mengelilingi Vivid Tattoo Studio pagi itu. 3 pria bertubuh besar terlihat sedang menyudutkan seorang gadis berusia 20-an yang disinyalir merupakan pemilik tempat itu. Sumpah serapah, caci maki hingga umpatan kasar terlontar dari mulut seorang pria yang memimpin komplotan tersebut.
"Dimana akal sehatmu? Ini sudah bulan ke-3 kau tidak membayar uang sewa. Berterimakasihlah pada bos besar karena sudah memberimu tenggang waktu untuk pelunasan"
"M-maafkan aku, tapi usaha kami memang sedang sepi pengunjung akhir-akhir ini. Aku mohon beri waktu sedikit lagi. Aku berjanji akan melunasinya dalam waktu satu bulan" Pinta gadis itu dengan suara bergetar, dia benar-benar takut sekarang. Takut jika benar harus diusir dari tempat ini.
Merasa emosinya sudah memuncak, pria itu pun memerintahkan dua anak buahnya untuk mengobrak-abrik tempat itu. Bingkai-bingkai kaca yang terpajang disana menjadi pelampiasan amarah mereka.
Rekan kerja sekaligus sahabat sang pemilik studio itu pun tak sanggup untuk menahan air matanya, kala melihat sample-sample hasil karyanya yang semula terpasang di dinding telah luluh lantah oleh ulah orang-orang tak berperasaan ini.
Pemimpin dari kelompok pria itu dengan kasar menarik rambut gadis yang sedari tadi menangisi bingkai-bingkai kaca itu. Sang pemilik studio pun dibuat terkejut olehnya, bibirnya seketika terkatup rapat, tenggorokannya terasa kering. Sungguh dia ingin berteriak meminta pertolongan sekarang, tapi apa daya lidahnya seakan mendadak beku. Keluh tak mampu berucap, diselimuti ketakutan yang luar biasa.
"H-heejin, t-tolong aku! Argghhh" Isak gadis yang kerap disapa Jiwoo itu ketika tangan besar pria tersebut semakin kuat menarik rambutnya.
"Kalian berdua sama saja! Hanya mengandalkan kata-kata manis setiap bulan agar bisa selalu menunda pembayaran. Cuih! Aku sudah muak dengan janji palsu kalian" Pria itu meludah ke arah wajah Jiwoo yang sedari tadi berada di cengkramannya.
Heejin yang melihat itu pun sudah tidak kuasa melihat pemandangan yang terpapar jelas di depannya. Akhirnya air mata itu pun keluar dari mata cantiknya begitu pula dengan Jiwoo yang kini terlihat semakin menyedihkan dengan liur menjijikkan yang baru saja mendarat di pelipis kanannya. Sang seniman tato itu merasa sudah tidak ada pilihan lain. Heejin pun merendahkan tubuhnya, membuang jauh harga dirinya untuk menyelamatkan sahabat kesayangannya.
"Aku mohon lepaskan dia, hanya dia yang aku punya saat ini" Mohon Heejin yang kini tengah bersujud di kaki pria itu.
Pria itu pun menghembuskan napasnya berat, ia benar-benar muak berhadapan dengan orang-orang miskin tidak tau diuntung seperti mereka berdua ini. Dia melemparkan gadis yang semula ada di cengkeramannya pada kedua temannya yang berdiri di belakang. Tanpa ampun dengan tega ia menginjak salah satu tangan Heejin yang menapak di lantai.
"Baiklah kalau itu permintaanmu. Aku akan memberimu satu kesempatan dengan satu syarat" Seringai licik terlihat di wajah pria itu.
"Apapun itu akan ku lakukan tuan. Tolong segera lepaskan sahabatku" Tangis Heejin yang tetap setia pada posisinya di bawah sana.
"Aku beri kau waktu dua minggu untuk melunasi semuanya. Aku akan membawa temanmu sebagai jaminan. Bagaimana? Tawaran yang menarik bukan?" Pria tersebut berjongkok lalu menarik dagu Heejin, memaksanya untuk menatap wajah mengerikan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ink My Whole World [LOONA 2JIN]
Fanfiction[Warning: GXG Content] Jeon Heejin yang berprofesi sebagai seorang seniman tato harus menghadapi kenyataan pahit karena sahabatnya harus ikut terlibat dalam menanggung kesalahan yang ia perbuat. Kemana ia harus mencari 5 Juta Won dalam waktu dua min...