2⏳⏭

1.1K 141 5
                                    

Sudah seminggu ini naruto tidak menampaki dirinya disekolah. Tunggu siapa yang perduli bukan. Justru dengan ia tak menampaki dirinya mereka sangat senang. Tak ada pembunuh yang menganggu pemandangan mereka disekolah.

Sejak hari ia dicemooh habis-habisan naruto memang tidak berniat untuk turun sekolah karena ia meminta pengawalnya mengajukan surat untuk sekolah dari rumah. Tanpa bertanya apa alasan tuan mudanya pengawal itu langsung mengajukannya pada kepala sekolah.

Hari-Harinya ia lalui dengan kebosanan yang melanda, hari ini cuaca sangatlah bagus dan naruto berencana ingin berjalan-jalan sebentar, mungkin ke beberapa tempat untuk menenangkan hati dan pikirannya yang sakit.

Sore ini ia berencana ingin ke sebuah tempat, tempat dimana tempat itu merupakan tempat favoritnya dulu bersama kekasih dan teman-temannya. Cafe dengan tema klasik yang begitu menenangkan lantunan musik lawas membuat suasana sangat nyaman. Sebelum tiba-tiba naruto merasa air dingin menjalar di tubuhnya.

"Ups sorry aku tidak sengaja"ucap perempuan dengan gaun kuning pendek yang kini menertawakan naruto

"Apa yang kau lakukan sialan dasar jalang"ucap naruto

"Kau yang jalang, untuk apa kau kesini!"itu adalah sasuke ia datang menghampiri sakura yang berdiri didepan meja seorang laki-laki yang terasa familiar di matanya dan benar saja itu naruto, kekasihnya. Tapi sasuke tak mau mengakuinya dan tak juga memutuskan hubungan itu.

"Bukan urusanmu"balas naruto dingin, tatapan yang dulunya lembut tak lagi terpancar disana, pipinya yang chubby kini semakin tirus, dan rambutnya yang berwarna kuning kini berganti warna menjadi coklat. Entah apa yang mendasari pemuda itu menganti penampilannya.

"Cih.. Tak ada gunanya berbicara pada  pembunuh sepertinya, sakura ayo pergi dari sini"ucap sasuke seraya merangkul pinggang sakura.

Bohong jika naruto tidak cemburu, hatinya sakit bagai ditusuk ribuan belati. Sasuke anggap apa dirinya itu. Apakah sebenci itukah sasuke padanya? Dan kembali lagi liquit bening itu membasahi kedua pipinya. Menanggis tersedu-sedu seraya meremat erat bajunya yang basah.

"Sialan.. "lirihnya seraya pergi meninggalkan cafe itu total abai dengan pandangan semua orang melihatnya acak-acakan.

"Tuan muda anda baik-baik saja wajah anda pucat sekali"ucap kakashi, naruto hanya diam tak menjawab sebelum ia masuk ke mobil ia sudah ambruk beruntung kakashi dengan singgap menahan tubuh kurus itu.

"Tuan muda, astaga kumohon bertahanlah tuan"ucap kakashi panik, jantungnya berdetak begitu cepat karena panik yang luar biasa. Mobil ia lajukan dengan kecepatan penuh seraya merapalkan doa-doanya untuk pemuda manis yang semakin pucat di kursi penumpang.

"DOKTER, KUMOHON SIAPAPUN TOLONG TUANKU"Teriaknya kesetanan setelah memasuki rumah sakit beberapa perawat berlari dengan brankar yang mereka bawa dan segera membawa tubuh lemah itu menuju
UGD.

Kakashi tidak bisa tenang sekarang, ia menelpon tuan besarnya untuk segera kembali ke jepang. Terdengar kepanikan diseberang telpon dan tak bisa dipungkiri juga kushina menangis saat mendengar anaknya masuk rumah sakit.

Dokter sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya, semakin membuat kakashi tak karuan, bagaimanapun ia sudah menganggap naruto itu seperti anaknya sendiri.

Sekitar 2 jam menunggu kepastian dari dokter hingga pintu putih itu terbuka menampilkan dokter yang menanggani naruto dengan peluh yang mengucur deras.

"Bagaimana keadaan tuan muda saya dokter?"tanya kakashi

"Pasien, mengalami tekanan berat sepertinya ia sudah lama mengidapnya, pasien cenderung menahan rasa sakit tanpa adanya pengobatan. Maka dari itu penyakitnya bertambah parah"ucap dokter tersebut dengan wajah yang prihatin

 00 : 00 (Zero 0'Clock) Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang