Chapter 72

5 1 0
                                    

Chapter72 [Keputusan Zahira]

"Disini tidak ada yang salah Zahira,
kita hanya di tipu oleh keadaan."
-Satriawijaya-

***

"Apa kau ingin pergi sekarang?" Pria dengan tangan yang dimasukkan kedalam kantong dengan kepala yang agak diangkat untuk melihat para karyawan yang sedang menyapa dirinya dan juga gadisnya. "Iya, aku juga sudah menandatangi kontrak untuk masuk kedalam agensi disana dan debut menjadi seorang aktris disana! Memangnya?" pertanyaan terakhirnya ia hentikan ketika sekelabat pikiran sedihnya keluar begitu saja dari otaknya.

"Zahira, aku tidak akan memaksamu untuk tetap tinggal di Indonesia untuk menemaniku," ujar Zahir. Pria itu mulai memutar badannya sembilan puluh derajat dari sebelumnya diikuti oleh Zahira dan segera Zahir pun mulai menggenggam tangan gadis yang memiliki kulit seputih dan semulus sutra. "Kau tahu? Kita akan tetap bersahabat walau kita tidak bersama-sama bukan?" tanyanya.

Anggukan antusias dari Zahira lantas membuat sebuah senyuman melengkung di bibir Zahir, pria yang memiliki lesung Pipit itu. Zahir segera menggandeng tangan Zahira hingga menuju ke  dalam mobilnya. "Masuklah," ucap Zahir. "Apa kau tidak mau masuk bersamaku? Apa kau tidak mau menemaniku berkemas Boba?" tanya Zahira.

"Tentu saja aku akan membantumu, nanti aku akan menghubungi mu dan aku akan datang ke rumah mu Zahira." Zahira melihat bagaimana mata indah Zahir itu melihat dirinya dan tanpa disuruh, kepala nya tiba-tiba seperti ada yang menggerakkannya dan mulai naik turun, membuat sebuah gerakan yang disebut anggukan. "Sampai jumpa!" Keduanya saling melambaikan tangan hingga mobil berwarna hitam dengan logo sultan entertaintment pergi.

Zahir kembali masuk kedalam kantor milik ayah Zahira, ia kembali memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celananya dan berjalan layaknya seorang CEO seperti biasanya. Kau jenjang dengan sepatu Hitamnya melangkah setelah bahu Zahir sudah mulai hilang dari penglihatannya bersama dengan jejaknya. Pria dengan setelah jam hitam dan kacamata hitamnya mulai tersenyum miring dan lantas pergi dari tempatnya sekarang.

***

"Aku akan mandi," ujar Angga membuka pembicaraan dan Mulai mengangkat pantatnya dari tempatnya duduk, ruangan yang tenang itu kemudian ricuh dengan ributnya dua sahabatnya yang konyol dan kocak itu. "Hei, aku yang akan mandi duluan, kau akan butuh waktu lama untuk menghapus dosa mu jadi kau diakhir saja," lanjut Iqbal. "Tidak bisa yah Ferguso, aku yang akan mandi terlebih dahulu," timpal Bagas.

"Ah kalian ini," ujar Iqbal di ikuti oleh gerakan ketiga insan yang langsung masuk kedalam kamar mandi secara bersamaan yang membuat ketiganya itu mengganjal di daun pintu kamar mandi. "Ah sialan kenapa kalian begitu egois," ucap Angga. "Hai minggir lah, aku tidak dapat bernafas." ucap Iqbal.

"Disini ada dua kamar dan tiga kamar mandi, gunakanlah kamar mandi itu, kenapa kalian begitu ingin menggunakan kamar mandi ini," ujar Angga yang membuat ketiganya mulai bergerak dan segera Angga menutup kamar mandi sedangkan Iqbal dan Bagas segera saling bertatapan di depan kamar mandi lalu mulai menjulurkan lidahnya.

***

Langkah berat yang dibuat gadis itu membuat dirinya sekarang sudah sampai di dalam kamar nya dan mulai merebahkan badannya. "Ah? Kenapa hidupku ini sangat memusingkan? Kepalaku rasanya seperti berputar." Tangan putih itu mulai memegangi kepalanya dan memijatnya pelan.

Decitan pintu membuat dirinya segera melirik kearah pintu kamarnya, Arnold! Kakaknya itu masuk dengan luapan amarah yang tidak bisa ditangani lagi dan hampir saja membuncah. "Zahira? Kenapa kau jalan dengan pria itu? Kau tahu bukan jika pria itu adalah pria yang jahat, pria itu yang telah meninggalkan mu?" tanya Arnold.

"Dia bukan meninggalkan ku Abang, Tapi dia hanya di culik oleh keadaan, kau tahu kenapa aku bisa percaya dengannya? Karena aku telah bertemu dengan ayahnya Zahir dan ia telah menceritakan semuanya kepadaku," ucap Zahira.

Flashback on_-

"Zahira, apa kau bisa membelikan makanan untuk ku?." Zahira keluar dari ruangan Arjuna dan lantas keluar dari rumah sakit dan beralih ke cafe. Saat itu dirinya tidak semangat, tapi karena ini permintaan sang kakak sulung yang membuat dirinya harus nurut. "Permisi, tolong satu coffe dan juga dua bungkus steak," ucap Zahira. "Zahira?" Seseorang menepuk pundaknya yang lantas membuat dirinya menoleh kearah pria yang sudah berumur itu.

"Jadi? Selama ini aku salah besar? Aku telah menuduhnya bahwa dirinya itu berbohong padaku, aku sudah tidak mempercayainya! Aku sangat bodoh, aku sangat bodoh!" ucap Zahira menyesali perbuatannya, Entah siapa pepatah itu! Tapi lagi dan lagi, pepatah benar bahwa cepat atau lambat kebenaran akan terungkap dengan cara apapun.

"Disini tidak ada yang salah Zahira, kita hanya di tipu oleh keadaan." Pria dengan uban yang agak lumayan banyak dengan wajah sawo matang dan juga wajah tanpa rambut, dia adalah tuan Satria. "Terimakasih, karena telah memberitahu bahwa semuanya itu tidak benar om," ujar Zahira.

Flashback off_-

"Jadi?" Tak kuasa melanjutkan omongan nya, Zahira yang sudah tahu arah mana ucapan kakaknya langsung mengangguki nya. Sore telah berganti malam, matahari telah diganti dengan bulan dan para awan sekarang menghilang dan menampakkan para bintang yang indah.

"Semuanya sudah ku masukkan ke dalam koper, aku tidak menyangka besok akan pergi ke Korea, gimana jadinya jika aku bertemu para Oppa disana, Cha Eun woo? Kim so Hyun? Hyun bin? Aduh." Dirinya kini lupa daratan ketika mengingat bagaimana tampan dan Maco nya idolanya itu. Hingga tidak sadar ada seorang wanita yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Permisi!" ujar Syifa. "Eh Syifa, lu kog baru Dateng sih, ayo bantu aku kemasin alat make up ku dong." Zahira sudah tidak sabar dan segera menarik Syifa masuk kedalam kamarnya dan keduanya segera mengemasi alat make up Zahira di meja rias Zahira. "Syifa? Apa kau sudah mempersiapkan semua keperluan mu disana?" tanya Zahira dan dengan cepat pertanyaan mendapatkan anggukan dari sang sahabat, Syifa. "Ah, syukurlah!"

"Ini apa yah? Ini cincin apa?" Syifa melihat sebuah cincin dengan berlian mahal diatasnya itu menyelip di laci meja rias sang sahabat. "Hah? Cincin ibu? Kog lu bisa nemuin sih fa? Aku udah nyari kemana mana, gue kira ilang, eh ternyata disini," ucap Zahira. Jari-jari tangan nya pun dengan lihai segera mengambil alih cincin yang di berikan oleh ayahnya tepat setelah dirinya itu lulus SMA.

"Ah? Aku hari ini sangat beruntung! Aku sangat bahagia hari ini, aku sangat senang hari ini ya tuhan, akhirnya hari yang aku tunggu-tunggu datang juga," ucap Zahira sambil memakai cincin itu di jari tengahnya sebelah kanan. "Apa yang membuat mu senang Boba?" Suara yang sangat familiar di telinga kedua sahabat itu tiba-tiba saja masuk dan menggema di ruangan ini.

To be continued
Akankah cinta Zahir dan Zahira terhalang lagi?
Bagaimana nasib selanjutnya dengan Arjuna?
Tunggu saja di episode selanjutnya!

Love At The End Of My Breath [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang