Chapter 38

9 1 0
                                    

Chapter38 [Kerinduan yang tiada Tara]

Kamu adalah lembaran kertas yang akan ku isi dengan tulisan sebagai prioritas. Jika penaku menyentuh maka biarkanlah ia menari sebagaimana mestinya, jikalau kamu tak suka, kamu boleh memilih penghapus yang mana saja.
~Arjuna nya buaya~

***

Arjuna masih berfikir apa ia harus pergi ke rumah Zahira atau tidak? Arjuna pun akhirnya pun pergi dan mulai Menganti jaket tipisnya itu dengan pakaian yang bagus dan rapi. Arjuna segera bersiap-siap, tak hanya Arjuna saja diseberang sana wanita cantik dengan kuncir kudanya juga sama-sama tengah bersiap-siap untuk pergi.

"Oke gue akan menemui mu Zahira," ucap Arjuna.

"Tidak, ini bukan waktu yang tepat! Aku harus pergi karena aku sangat sibuk bye-bye," ucap Zahira sambil mencium kucing kesayangannya dan mulai turun dengan baju lengan panjang karena cuaca yang cukup dingin. "Lu mau kemana dek?" tanya Arnold sambil memegang laptopnya. "Ah, gue mau rapat penting di luar bang sama pemilik saham," bohongnya. "Oh yaudah," ucap Arnold. Diseberang sana pula Arjuna tengah ditanya adiknya mau kemana dan jawabannya sama dengan Zahira.

"Yaudah bye, assalamualaikum," ucap Zahira. "Wa'aliakumussalam," balas Arnold. Zahira keluar dari rumahnya yang begitu besar tersebut. "Nona hari ini ingin pakai mobil yang mana?" tanya seorang dengan jas rapi, dia adalah sekertaris Park yang mengurus semua keperluan Zahira. "Oh tidak pak, aku mau jalan kaki saja," ucap Zahira.

"Baiklah! Sampai jumpa!" ucap sekertaris Park sambil membungkukkan badannya dan diikuti Zahira yang pergi dari tempat asalnya. "Baby!" ucap Azmi dari belakang. "Bawalah ini, jangan sampai lu sakit yah! Ini musim hujan, ntar pas akhir tahun awas aja kalau lu sakit," ucap Azmi sambil menjulurkan sebuah payung. "Oh, yasudah aku pergi dulu sampai jumpa," ucap Zahira.

"Kau tahu yang harus kau lakukan?" tanya Azmi. "Baik," ujar sekretaris Park sambil membungkukkan kepalanya. Dilain sisi Arjuna juga sekarang tengah berlari menyusuri jalan yang sangat indah dengan banyak sekali dedaunan yang jatuh tertiup oleh angin. "Kek di Drakor deh," ucap Zahira. Dua tangan yang berbeda empu tiba-tiba menengadahkan tangannya dan mengambil salah satu kelopak bunga yang terjatuh dan melepaskannya.

Zahira dan Arjuna sekarang sudah berada di jalanan sepi di tengah-tengah sebuah taman. Brak! Keduanya jatuh bersama-sama dan saling bertabrakan. "Ih bisa gak sih ku itu pake mata? Kalau lu punya dendam mending ngomong, jangan kek gini dong Wak," ucap Zahira sambil berdiri dan merapikan bajunya yang kotor. "Yey lu juga salah tukang onar," ucap Arjuna yang masih belum tahu bahwa didepannya adalah Zahira.

"Me-mentimun?"

"Ra-ratu onar?"

Arjuna bergegas mendekat dan memeluk tubuh wanita yang lebih muda darinya. Zahira kaget, sudah beberapa hari ia menjauhinya tapi kenapa Sangat sulit untuk menjauhinya hingga bisa bertahan lama? Kenapa harus bertahan sangat pendek sependek ini? Entahlah. Zahira dan Arjuna duduk di bangku samping mereka.

"Aku merindukanmu tuan putri? Aku sangat merindukanmu, lebih dari segalanya. Rinduku lebih besar dari lautan dan setinggi gunung," ucap Arjuna menggenggam tangan Zahira. Dan Zahira masih tidak berucap, ia seperti tengah dikendalikan oleh seseorang, tadi ia sangat ingin sekali untuk marah pada Arjuna tapi kenapa sekarang rasa itu hilang dan digantikan dengan rasa rindu yang amat.

Zahira kembali memeluk pria gagah didepannya itu, dan dengan ragu-ragu Arjuna membalas pelukan itu. Keduanya sekarang tengah meluapkan semua rasa rindu mereka. "Aku bahkan sangat merindukanmu Arjuna," ucap Zahira.

***

Angin berhembus lembut menyapu wajah seorang pria yang tengah bergulat dengan komputer di depannya. Ia tengah mencari sebuah informasi yang sangat susah untuk dicari. "Ah, kenapa Sangat susah untuk mencari wanita itu padahal wanita itu wanita yang berkarir, pasti sangat mudah! Tapi kenapa sampai sekarang kita tidak bisa menemukan wanita itu, sepertinya komputer milik kita sudah disabotase," ucap seorang pria dengan setelah jas rapi dengan rambut hitamnya.

"Ah mengapa? Kalian ini kenapa sangat sulit untuk mendapatkan alamat rumah dari wanita itu," ucap pria yang juga sama-sama tengah bergelut, tapi bedanya dia tengah mengerjakan topik yang lain. "Oh CEO Alex? Kau tahu kita sudah mencari wanita itu lebih dari dua bulan lebih? Memangnya kenapa? Ada wanita banyak di luaran sana? Kenapa harus wanita itu?" ucap pria tadi kepada pria yang ia sebut CEO dia adalah Zahir.

"Ya! Aku mendapatkannya, aku mendapatkan informasi tentangnya, ah kenapa baru sekarang?" ucap seorang pria yang di kartu namanya bertuliskan nama Chaiden. "Wah hebat! Keren sekali!" ucap pria bernama Jastin, pria yang tadi mengeluh pada ceo-nya. "Ya, sekarang bacakanlah dimana dia tinggal," ucap Zahir. "Dia tinggal di sebuah kompleks bernama," ucapan Chaiden terputus karena informasi tadi telah menghilang secara tiba-tiba mungkin karena sinyal.

"Ah! Aish! Maaf pak CEO tapi tiba-tiba saja informasi tersebut hilang," ucap Chaiden. 'Ini sudah yang kesekian kalinya, siapa yang menyabotase layanan dan data punyaku? Siapa sebenarnya imposter dalam permainan ini, tidak mungkin ini karena sinyal karena setiap kali orang telah menemukan informasi tentang Zahira, itu selalu saja menghilang tiba-tiba,' batinnya.

Dari sebuah perusahaan disana duduk banyak sekali orang yang tengah bertugas dan mereka adalah dalang dari terjadi semua masalah di Perusahaan dari Zahir sendiri. Dia adalah tim yang dibentuk oleh Azmi khusus untuk Zahira karena ia tidak mau adiknya itu dapat menemui pria yang sudah membuatnya terluka dulu, Zahira yang memang sudah menceritakan kejadian itu kepada kakak-kakaknya. "Untung tidak telat," ujar salah seorang karyawan.

***

"Mengapa kau menghilang tanpa kabar tuan putri dan tiap kali aku cari kau di kampus selalu saja aku tidak pernah mendapatkanmu, sepertinya kau sengaja untuk menghindar dan menjauhiku bukan?" tanya Arjuna. "Maafkan mentimun jika mentimun berbuat salah," ucap Arjuna sambil menjewer kupingnya sendiri. "Apa kau masih marah soal yang kemarin itu?" tanya Arjuna.

"Tidak, aku hanya ingin menghindari mu saja, apa tidak boleh? Karena kau terlalu cerewet dan menyebalkan sangat-sangat menyebalkan hingga aku ilfil," ucap Zahira sambil melahap es krim ditangannya dan lupa akan tujuan awalnya untuk memborong sosis viral dan Cimory viral. "Ah begitukah? Kau sudah membuatku khawatir jadi kau harus ku beri hukuman," ucap Arjuna.

Arjuna segera mencolokkan tangannya pada eskrim nya lalu mengoleskannya pada pipi Zahira. Zahira pun juga tak ikut kalah ia mencolokkan pula es krimnya pada wajah Arjuna dan sekarang mereka berdua saling bermain colek mencolek hingga hampir menuju ke pinggiran jalan.

Ceprot

(Bayangin aje itu genangan air yang dilewati mobil!)

Sebuah mobil yang sembrono tiba-tiba lewat dan membasahi muka Zahira yang dipenuhi dengan krim. "Sksksksk🤣." Arjuna tertawa terbahak-bahak melihat betapa lucunya Zahira yang melihat pantulan dirinya di cermin. Zahira bahkan sangat terkejut melihat wajahnya yang dipenuhi krim yang bertemu dengan air kotor.

"Huwwwaa mentimun, Zahira jadi jelek!" Zahira tiba-tiba mengumpat di balik jaket tebal Arjuna dan mulai mencari kenyamanan disana. Arjuna bahkan sempat kaget dan tertawa secara bersamaan karena melihat Tingkah konyol wanita ini. "Zahira," panggilnya dan Zahira segera mendongak ke atas saking tingginya Arjuna dengannya. Dan kecupan manis mendarat di kening Zahira dan keduanya bisa kalian bayangkan, mematung!

"Kamu tetap cantik, baby!"

To be continued
Gaje ya Wak? Hehe masih di semester awal
Belum pro kek kak Poppy. Oh iya jangan lupa
Vote yah guys biar si author males ini
Makin rajin dan makin semangat!

Love At The End Of My Breath [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang