Chapter 25

5 3 0
                                    

#LOVE_AT_THE_END_OF_MY_BREATH
#Cinta_Diakhir_Nafasku
Chapter25 [Cukup aku yang tahu]

"Banyak hal yang perlu kamu pertimbangkan untuk memilih siapa yang terbaik untuk menjadi pendamping hidup, sebenarnya itu salah, hanya satu hal yang terpenting, ialah dia yang mampu menjaga hatimu."

***

"Dalam menjalani hubungan, sakinah berarti mengandung makna ketenangan, mawaddah mengandung arti rasa cinta, rahmah itu mengandung arti kasih sayang. Jika tiga hal itu ada pada dirimu maka percayalah, keberkahan akan selalu mendampingimu," ucap Arjuna yang duduk di kursi balkonnya.

"Dan kata ‘Cinta’ muncul sebanyak 90 kali dalam alquran. Namun menariknya, tak ada satupun yang mendefinisikan kata cinta itu sendiri, melainkan membahas tentang konsekuensi pertama dari perasaan cinta, yaitu sebuah komitmen." Arjuna menaruh bukunya dan berdiri dari duduknya.

"Islam hanya berbicara tentang Komitmen. Jika kamu benar-benar mencintai sesuatu atau seseorang, maka kamu harus berkomitmen. Jika tidak, maka pengakuanmu akan cinta sejati sesungguhnya tidak nyata sama sekali," ucap Arjuna . "Zahira, Menunggumu dalam kesabaran lebih indah bagiku daripada mengungkapkannya. Menantimu dalam doa lebih bermakna daripada menjelaskannya. untuk itu tunggulah," lanjutnya.

"Zahira kamu tahu siapa yang kini aku cintai? Bacalah kata pertamanya," ucap Arjuna. "Dan Zahira kau tahu? Bahkan Aku ingin cinta yang akan berkata: "Bahkan kematian pun tidak akan memisahkan kita karena kelak kita akan dipertemukan kembali di surga, Insya Allah." ucap Arjuna sembari tersenyum manis.

Disisi lain, ruangan dengan nuansa gelap dan lampu yang senantiasa berkelap-kelip bak sebuah lampu disco emang disco sih. Dari atas panggung sana nampak seorang DJ wanita tengah bermain memutar lagi dengan earphone. Laki-laki tinggi dengan gelas yang terisikan seperempat Soju tengah mabuk.

Angga, iya laki-laki itu adalah Angga. Angga yang tengah asyik menari itu tiba-tiba saja dihampiri oleh seorang wanita. Bergoyang bersamanya dan! Angga kini pulang dengan sempoyongan sambil menyetir mobilnya tak tentu arah, mungkin ini bukan kali pertama ia mabuk, karena ia sudah berkali-kali mabuk untuk bersenang-senang saja.

"Perpisahan adalah kesedihan yang begitu manis, tersayang. Namun, Anda tidak dapat mengatakan kami tidak menunjukkan waktu yang baik kepada Anda. Nikmati diri Anda di luar sana. Di rumah sakit jiwa. Jangan lupa. Jika ini menjadi terlalu sulit. Selalu ada tempat untuk Anda di sini." Angga masih saja menjalankan mobilnya dan untungnya jalanan malam ini begitu sepi oleh kendaraan.

"Kegilaan bagaikan pintu darurat. Anda dapat melangkah keluar dan menutup pintu terhadap segala ketakutan yang pernah terjadi. Anda dapat menguncinya di sana selamanya". ucap Angga tersenyum miring.

Cinta segitiga masih saja terjadi, ketika Zahira gadis bar-bar itu gelisah dan Arjuna sang buaya buntung yang optimis, dan ditengah tengah ada sebuah penghalang yang selalu berkedudukan sebagai sekat dan jarak diantara keduanya, dia adalah Angga.

Bukan Zahira namanya jika tidak dapat membuat luluh pria. Tapi, apa omongan kali ini mampu membuat pria bertekuk lutut dan menurutinya untuk yabg kesekian kalinya? Zahira masih saja belum tenang Jiak belum bisa menyingkirkan sebuah tombak dalam hubungannya. Bahkan Angga bagaikan belek yang basah terkena bedak dan tidak mau hilang walaupun diambil sekalipun.

***

"Abang wake up wake up," ucap Zahira.

"Kenapa sih baby, kamu mau tidur sama Abang? Atau mau roti sobek Abang, bilang aja! Tunggal ambil tuh, tapi biarin Abang tidur dek, tadi malam Abang tuh lembur ngerjain tugas tauk," ucap Arnold dengan suara khas orang yang baru bangun tidur. Arnold yang tidak mengerti dengan kemauan adiknya malahan membuka kaos oblong miliknya.

"Abang, adek kan udan ngasih tau tadi pagi, adek aku kondangan kerumah mantan aku, jadi ayok bangun, kita Dateng bareng, Syifa udah Dateng sama Vin mask gue nggak ada temennya sih, ayo bang," ucap Zahira.

"Mandiin, baru ntar mau," ucap Arnold.

"Mandi sendiri ah, adek mau mandi nih, cepetan sana! Ayo," ucap Zahira memasukkan kakaknya kedalam kamar mandi. "Pas kan! Kamu belum mandi, kita mandi bareng yuk," ucap Arnold. "Mandi bareng dosa," ucap Zahira. "Bukan yang tidak muhramnya, tapi kita kan mahram," ucap Arnold.

"Adek tetep nggak mau." Zahira segera berlari.

Keduanya pun akhirnya mandi di kamar masing-masing. "Zahira sayang, kamu dimana nak?" ucap Reza. "Hira dikamar mandi Abi, tunggu bentar lagi keluar," ucap Zahira. Lima belas menit akhirnya Zahira keluar dari kamarnya dengan baju handuknya.

"Ada apa bi?" tanya Zahira.

"Itu, Syifa tadi udah jemput kamu tuh," ucap Reza. "Syifa? Cepet suruh kekamar Zahira bi," pinta Zahira. "Yaudah iya." Reza pergi tapi sebelum pergi Zahira terlebih dahulu memeluk sesosok ayah sekaligus ibu untuk dirinya untuk mengucapkan ucapan terimakasih.

Syifa masuk dan melihat Zahira tengah merapikan jilbabnya didepan cermin. "Ih cantik banget deh pakek batik segala, tuan putri Sunda sudah siap, sah para saksi sah, Alhamdulillah," ucap Syifa menggodanya. Zahira pertama menatapnya sinis tapi tatapan kedua berubah dengan pelukan hangat.

"Sayang!" ucap Vin dan Arnold bersamaan.

"Udah siap?" tanya Syifa dan Zahira berbarengan dan keduanya mengangguk. "Ciee couple an," ucap Vin dan Zahira langsung memberikan tatapan gagaknya. Kedua sepasang pria dan wanita itu pun masuk kedalam dua mobil yang berbeda, sorry yah nggak niat buat sombong tapi pengen pamer.

Langkah kaki anggun dengan sepatu hak tingginya berjalan dengan sepatu hitam milik Arnold. Zahira dan Syifa Selalu saja setia menggandeng pasangannya untuk masuk kedalam gedung mevvah itu. Para tamu undangan kagum terutama nyokap mantannya yang dulunya pernah menjadi calon mertua.

"Boleh minta foto kak," ujar seorang bocil.

"Oh boleh, sini handphonenya," ucap Zahira berjongkok sambil berfoto bersama dengan bocil. Tak hanya bocil saja tapi dari kalangan lansia dan juga ibu-ibu pembawa pulang makanan juga berfoto yang senantiasa dengan kresek hitamnya. Bapak-bapak jamet yang selalu dijewer istrinya juga tak kalah saing.

"Wah jadi ajang pencarian bakat eh jodoh nih," ucap Syifa. "Hoohh," ucap Zahira. "Kamu mau pesen apa sayang?" tanya Arnold. "Terserah Abang aja deh, aku mau semuanya kog," ucap Zahira dan Arnold pun mengajaknya untuk berkeliling mencari makanan yang enak.

"Buka mulutnya ... Pesawatnya mau lewat ... " ucap Arnold dan Zahira langsung membuka matanya eh mulutnya bak seorang anak kecil. "Enak nggak?" tanya Arnold dan Zahira mengangguk. "Tunggu bentar." Arnold pun membersihkan bisa di ujung bibir adiknya itu yang mampu membuat para remaja di sana langsung memujinya. "Co cwit," ujarnya.

"Ra, nyok kita salaman," ucap Syifa.

"Eh bang Vin, lu abis tanam benang? Tiba-tiba aja lu nggak mau ngomong, gara-gara gue marahin tadi, ya Allah gitu doang," ucap Zahira. "Apaan sih, siapa yang nggak mau ngomong, nih gue ngomong," ucap Vin.

"Yaudah hayyuk, hayyuk!" ucap Zahira.

Zahira dan Arnold pun naik ke panggung bersama dengan Syifa dan Vin. Mula-mula mereka bersalaman dengan nyokap pengantin wanita dengan riasan yang sangat tebal. Hingga akhirnya Zahira sudah berada didepan pengantin pria yang dulunya adalah pacarnya.

To be continued

Hai pembaca gelap, semoga cepat dapat hidayah yah, aku doain deh supaya sehat selalu! Okeyhh? Buruan vote dan coment, kalau nggak fiks Lo sukak sama gue, nggak! Karena nggak ngevote kek kalian itu tuh kek sengaja nggak ngetove gue gitu.

Vote and coments

Love At The End Of My Breath [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang