Chapter 76

4 1 0
                                    

Chapter76 [Setengah tahun]

Duduk dengan kepala yang ditundukkan dengan kaki yang ia mainkan, halte bis mungkin adalah tempatnya untuk melupakan semua rasa lelah dari nona yang satu ini. "Lelahnya hari ini! Aku ingin cepat-cepat tidur di rumah," lirihnya. Handphone nya mengeluarkan sebuah notif yang tak lain dari manager pribadi sekaligus kakaknya, Arnold.

"Kau dimana? Kenapa kau tidak mau di jemput oleh mobil? Apa kau baik-baik saja? Apa kakak harus menjemput mu sekarang ini? Dimana kamu sekarang? Kau sekarang naik apa? Apa yang kau lakukan Zahira? Cepat pulang lah!" Arnold begitu mencemaskan adiknya yang tidak mau pulang bersama dengan supir pribadinya.

Dari jendela kamarnya disana ia berdiri dengan hati yang bergemuruh dan khawatir, ia memainkan handphonenya sembari menatap ke gerbang pintu rumah besarnya tersebut. Bus telah datang dan Zahira segera naik dan lantas memilih kursi duduk yang masih kosong. Jendela bus terbuka membuat angin sepoi-sepoi masuk kedalamnya.

"Aku masih saja memikirkan nasib Angel? Aku tidak tahu jika ternyata keadaan telah membuat nya harus seperti ini, apa besok aku harus datang ke universitasnya? Ah tapi besok aku harus pembacaan naskah drama, tidak mungkin jika aku harus meningggalkan mimpiku?" batin Zahira.

Pikirannya seperti tidka mau di hentikan, matanya selalu beredar menatap para pengguna jalanan serta gedung tinggi di Seoul ini. Omongan Angel tadi masih saja membekas di dalam otaknya, ia memikirkan nasib Angel dan berusaha membantu nya, tapi sepertinya niat itu terurungkan karena Angel tadi tidak akan pernah mau menerima bantuan dari siapapun terutamanya musuhnya!

"Kenapa aku baru tahu sekarang? Aku salah jika harus melukai mentalnya dulu." Omongan itu tidak dapat terselesaikan dengan baik karena ada satu pesan masuk kedalam handphonenya lagi. "Apa kau sudah pulang Babo? Cepatlah beristirahat, aku akan menelepon mu nanti," tulis Zahir di obrolan pesan di sebuah aplikasi chatting. Berbeda hal nya dengan gadis ini, pria ini malahan lebih Santai.

Mengendarai mobilnya menapaki setiap jengkal tanah di negara sakura ini. Ia melihat handphone nya berdering satu kali lantas berhenti, dan ia sudha menduga bahwa itu pesan dari Zahira. Tak mau ambil resiko, ia segera menjalankan mobilnya hingga masuk kedalam rumah canggihnya, tak jauh berbeda dengan Zahira.

"Aku pulang." Seperti sudah kehilangan nutrisi, ia loyo dan masuk kedalam kamarnya setelah melewati para keluarga nya yang menanyakan keadaannya terutama kakak keduanya. "Hari ini sangat melelahkan, kaki ku rasanya pegal sekali," ujarnya lantas mulai memegang kakinya dan kemudian memanggil pembantunya.

***

"Oh tuhan, hari ini sangat menyenangkan," ujaran itu keluar dari mulut Angel, gadis yang sekarang ini tengah melepas jaketnya dan pergi kedalam lemari nya untuk mengambil baju dan pergi kedalam kamar mandi. "Kau tahu Anetha, aku tadi di puji oleh dosen ku karena aku memiliki tarian yang sangat bagus dan aku memiliki peluang untuk masuk ke dalam agensi besar." Jina berkomentar tentang hari ini tepat di balkon kamarnya.

"Benarkah? Tapi tadi Angel juga mendapatkan pujian karena menyanyikan lagu milik Ariana Grandee dengan sangat bagus dan ia juga di puji sama persis dengan mu," balas Anetha yang lantas membuat bibir sahabatnya itu mempout.

"Setengah tahun lagi kita akan selesai ngampus dan lantas aku akan pastikan akan terpilih menjadi direktur di kantor utama dan setelah itu aku yakin bahwa aku bisa memenangkan penghargaan dan membuat sebuah agensi besar, dan bisa membuat sainganku itu menjadi." Handphone tiba-tiba berbunyi. "Ah sialan! Appa," ia mengumpat sebelum akhirnya ia melihat siapa yang meneleponnya.

"Halo pah, ada apa?" tanyanya. "Kau tahu, ayah sebentar lagi akan menjadi seorang direktur, tunggu setelah ini kau bisa membalaskan dendam mu dengan sangat mudah." ujaran itu kemudian di timpal dengan omongannya. "Tidak, aku akan melakukan ini dengan mandiri ayah, hanya orang lemah yang harus membuatkan bantuan ayahnya,"

"Kadang bersikap lemah itu perlu sayang, jadi baiklah terserah kamu, tapi jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada ayah," ujar ayahnya lantas kemudian mematikan telepon terlebih dahulu. "Apa yang dikatakan ayahmu Jina?" tanya Anetha. "Wae? Adadeh kau tidak harus kepo kan ini itu privasi ku dengan ayahku," ujar Jina.

***

Hari yang cerah dengan cahaya mentari dari ufuk timur yang menyinari kota Korea Selatan serta Jepang, cuaca yang cukup dingin ini tak mampu membuat gadis yang tidak suka dingin ini untuk tidak mandi. Ia melancarkan niatnya untuk mandi dan beberapa menit kemudian Zahira telah masuk kedalam mobilnya untuk pergi ke tempat syuting.

Mentari kali ini ternyata ampuh untuk membangun kan pria yang tidak suka dibangunkan, Zahir melihat bagaimana indahnya pagi ini di rumahnya, ia segera membersihkan kotoran matanya lantas segera pergi ke walk in closed setelah mandi beberapa menit, lain halnya dengan Zahir, Angel lebih asyik mengoleskan selai ke permukaan roti.

Anetha dan Jina yang tidak suka di buru-buru itu masih tertidur dengan pulasnya di kasur yang empuk sesaat setelah alarmnya itu berbunyi. Angga, pria yang sudah tidak tinggal di hotel ini memilih tinggal di rumah yang cukup besar. Ia segera memakai topi persis dengan penumpang yang ingin dilihat wajahnya oleh Angel.

Sekarang ia sedang pergi ke sebuah perusahaan industri yang memproduksi semua macam skincare. Mereka berempat sekarang telah berdiri tepat di universitas, tempat syuting, kantor cabang dan juga perusahaan skincare. "Hari ini aku pasti bisa menjalaninya dengan sangat baik,"

***

Zahira sibuk dengan pembacaan naskah nya dan ia terpilih menjadi pemeran utama di drama debutnya ini. "Mohon bantuannya," ujar Zahira yang di angguki oleh para pemeran lainnya. "Perkenalkan namaku Lee chin-sun, kau pasti tidak asing lagi dengan ku bukan?" Pertanyaan langsung di balas jabatan tangan oleh Zahira. Berbeda dengan Zahira Zahir sekarang lebih fokus tentang perusahaannya.

"Maaf pak, sebentar lagi rapat akan di mulai," ujar sekertarisnya. "Baiklah." Zahir segera keluar dari ruangannya hingga masuk kedalam ruang meeting atau rapat. "Selamat siang," ujarnya. "Baiklah pak, hari ini kita akan membahas tentang sebuah tander yang harus kita menangkan untuk mendapatkan sebuah keuntungan yang membuat LY company ini bisa berjalan dengan maksimal," terang Zahir.

Ketika mata Zahir fokus kepada para manager berbeda dengan Angel, matanya lebih fokus kepada sebuah dosen paruh baya yang sedang menerangkan tentang bagaimana cara membuat sebuah film yang bagus. "Apa ada yang harus di tanyakan?" tanya Dosen. Angga, pria yang sudah membunuh ayahnya ini sekarang sudah memiliki ambisi untuk menjadi seorang idol setelah ia tahu bahwa hidup ini sangat keras.

"Setengah tahun lagi,"

To be continued
Yuhuuuu, up gees

Love At The End Of My Breath [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang