[25] Dia tidak mencintaimu

1.4K 192 157
                                    







***Selamat Membaca***







"Satu keranjang lagi, sayang."

Nyonya Kim meletakkan satu keranjang besar berisi baju-baju milik Taehyung yang baru kemarin dicuci.

"Ibu ... tangan Jinjin bisa patah. Jangan banyak-banyak, Ibu. Jinjin bisa mati." Keluh Seokjin berlebihan.

"Hush! Ngomong apa kamu! Tidak ada orang yang meninggal gara-gara menyetrika, sayang. Jangan mengada-ada!" Sembur Nyonya Kim dengan mata melotot.

"Tapi Ibu ... kenapa hanya Jinjin yang dihukum? Kenapa Taetae tidak? Bukankah Taetae yang mencium Jinjin?" Protes si manis semakin panjang saja. Pintar sekali berkilah.

"Kata siapa? Kak Taetae juga mendapat hukuman, sayang. Dia tidak dapat jatah uang saku selama seminggu." Jawab Nyonya Kim dengan sabar.

"Cuma itu?"

"Tidak! Dia juga mendapat tiga pukulan di bokong setiap hari, selama satu minggu penuh. Adil, kan?" Nyonya Kim mengelus dada menghadapi putra manisnya.

"Kenapa Taetae tidak menyetrika bersama Jinjin saja, Ibu?"

Rupanya, si manis masih merasa belum ikhlas akan hukumannya. Protesnya terus terlontar entah sampai kapan.

"Sayang, menyetrika adalah hukuman untukmu. Jadi, harus kamu sendiri yang mengerjakannya. Kak Taetae harus bekerja dan kuliah, jadi tidak ada waktu baginya untuk menyetrika. Kau paham sekarang?" Nyonya Kim mencubit kedua pipi Seokjin dengan gemas.

"Seharusnya Taetae dan Jinjin menyetrika bersama, Ibu." Kukuh si manis yang masih gigih menyuarakan keadilan.

"Kenapa begitu?" Nyonya Kim tak kalah heran.

"Kalau Taetae dan Jinjin menyetrika bersama ... pasti akan romantis Ibu."

GUBRAK!

"Hmm, maunya. Tidak boleh! Pintar sekali kau mencuri kesempatan, hoh?" Nyonya Kim mencubit kembali pipi si manis. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Baiklah, Ibu mau memasak dulu sayang. Ibu tinggal ya."

"Iya, Ibu. Jinjin berani dan pintar." Sahut si manis mantap.

Setelah satu jam berkutat dengan tumpukan pakaian kusut, si manis akhirnya berhasil menyelesaikan hukumannya. Meskipun terasa berat di awal, ada perasaan lega kala melihat semua hasil kerja kerasnya tersebut. Semua pakaian milik Ibu, Taetae dan dirinya sendiri, kini telah tersusun dengan rapi.

"Ternyata Jinjin memang pintar. Dan sangat manis." Puji Seokjin pada dirinya sendiri. Dia berkali-kali mengusap tumpukan baju beraneka warna yang telah disusunnya dengan sedemikian rupa.

"Baju Taetae tampan ... baju Ibu cantik ... baju Jinjin manis. Wah ... Jinjin memang hebat. Bisa menyetrika sebanyak ini. Keren!" Kagumnya lagi. Merasa bangga sekali akan prestasinya hari ini.

"Sudah semua, sayang?" Tegur Nyonya Kim. Dia meletakkan sepiring tteobokki buatannya dan segelas es jeruk di atas meja.

Seokjin bangkit berdiri dan menghampiri Ibunya yang sudah duduk di sofa. Nyonya Kim langsung membubuhkan kecupan sayang di pelipis putra manisnya itu kala Seokjin sudah duduk di sampingnya.

"Jinjin sudah menyelesaikan semuanya, Ibu. Apa Jinjin boleh tidur dengan Taetae malam ini?" Celetuk Seokjin tanpa dosa. Dia tetap tidak menyerah rupanya.

Nyonya Kim tergelak. Tak habis pikir dengan permintaan Seokjin yang jelas-jelas tidak akan dia kabulkan.

"Kau mau Ibu hukum lagi, hah?"

GULAKU [TAEJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang